Bukan Diburu, Paus Sperma Ini Mati Akibat Sampah Plastik
Kita masih ingat, Januari sebanyak 13 paus sperma mati terdampar di beberapa pantai di Jerman. Berita itu menghiasi berbagai media internasional, sebagai headline.
Waktu itu, nekropsi terhadap bangkai-bangkai paus raksasa tersebut belum dilakukan. Hanya spekulasi saja yang beredar penyebab kematiannya, mulai global warming hingga keracunan pestisida.
Meski kini diketahui penyebab yang paling mungkin adalah kegagalan cardiovascular akut, namun apa yang ditemukan di perut paus tersebut sungguh mengerikan. Sekaligus, peringatan keras bagi kita semua.
Di perutnya, ditemukan gumpalan-gumpalan pastik, sebagai bukti nyata bahwa lautan kita memang terus dibanjiri plastik dalam taraf yang mengerikan.
Paus-paus sperma tersebut menepi di pantai Tonning, di laut utara Jerman. Semuanya relatif muda, 10 hingga 15 tahun, dan semuanya dalam kondisi sehat. Kawasan tersebut adalah salah satu tempat dimana paus seringkali menepi, satu diantara 30-an tempat menepi paus yang tersebar di Belanda, Prancis, Denmark, dan Jerman.
Paus sperma biasanya makan cumi-cumi, udang, kepiting, dan ikan. Namun, paus-paus ini tanpa sengaja memakan barang-barang aneh mulai dari bagian mobil yang terbuat dari plastik, pecahan ember, dan mungkin yang paling ‘mengerikan’ adalah jaring ikan sepanjang 15 meter!
Kematian paus-paus tersebut memang karena mereka terdampar di perairan yang terlalu dangkal. Jika seekor paus tak berada di perairan yang dalam, sehingga berat tubuhnya menghancurkan organ-organ internalnya.
“Penemuan ini adalah bukti yang nyata tentang akibat manusia yang selalu plastic-oriented” kata Robert Habeck, menteri lingkungan hidup di negara bagian Schleswig-Holstein, sebagaimana dikutip dari The Inertia.com.
“Satwa-satwa tak mungkin lagi mengomsumsi plastik tanpa sengaja, yang menyebabkan mereka menderita. Paling mengerikan adalah, mereka kelaparan namun perutnya penuh gumpalan plastik,” tambahnya.
Ini memang bukan hal baru. Cetacea dan makhluk-makhluk laut lain juga banyak yang ditemukan mati dengan perut penuh sampah yang kita buang. Hal ini sudah berlangsung puluhan tahun.
Kita tentu pernah melihat sebuah gambar yang menyayat hati dari Pulau Midway, ketika seorang fotografer menemukan anak burung albatros yang perutnya penuh plastik. Anak burung ini telah diberi makan secara tidak sengaja oleh induknya dengan plastik, yang dikira makanan. Mereka kelaparan, tapi disaat bersamaan, induknya terus menyuapinya dengan plastik.
Pada 2011, seekor paus sperma ditemukan mati di sebuah pantai di Yunani, dengan perut membengkak. Para peneliti mengira paus ini makan cumi-cumi raksasi, tapi saat mereka membedah perutnya, lebih dari 100 tas plastik berikut sampah plastik lain ditemukan di dalamnya.
Satwa-satwa yang mati karena plastik kian bertambah dan menjadi peringatan bagi manusia, betapa plastik sekali pakai yang selalu kita gunakan sudah begitu membahayakan.
“Sampah plastik yang ditemukan di perut paus-paus di atas adalah kejahatan manusia yang mengerikan” kata Hal Whitehead, peneliti paus dari Dalhousie University, Kanada.
Meskipun sebagian besar negara-negara di dunia tak lagi memburu paus besar-besaran, namun kita masih terus membunuhnya dengan cara berbeda.
Dikutip dari Mongabay.co.id