Hulu dan Hilir, Antara Kebun dan Kedai (Bagian 5 #citarumkita)
Supply and demand, begitu kata orang manajemen biasa menyebutnya. Kebutuhan kedai kopi harus sebanding dengan penyuplai kopinya itu sendiri. Visi kami tentunya harus terus selaras dengan kami yaitu “mission to conserve nature”. Tidak hanya komitmen penyaluran dana dan dukungan kegiatan, dari berjalannya proses bisnis itu sendiri pula konservasi terus berjalan. Tumbuhan kopi yang sejuta manfaat, kedai kopi yang mencontohkan bagaimana bijaknya dalam berkeseharian mulai dari mengurangi penggunaan sedotan dan gelas plastik hingga komitmen bersama kelompok tani untuk mengurangi pestisida dalam perawatan kebunnya.
Jauh sebelum menemukan hulu manajemen kopi atau perkebunan kopi yang ideal hingga saat ini. Kami dipertemukan terlebih dahulu oleh IGW (Institut Gunung Wayang). Sebuah komunitas asli dari warga hulu Sungai Citarum dengan sekumpulan anak-anak muda yang berani bergerak dalam bidang pengembangan agribisnis, ekonomi kerakyatan, serta aktif dalam kegiatan sosialisasi dan pengembangan pertanian organik. Terbentuk dari segala permasalahan yang ada di Gunung Wayang, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung.
Uus Kusmana, merupakan seorang yang bertemu secara langsung dengan kami dalam berkegiatan di Situ Cisanti. Beruntung kami dipertemukan oleh orang yang mempunyai semangat dan gerakan yang sama untuk memajukan masyarakat dan lingkungan desa. Dengan betapa rumitnya permasalahan yang ada di Kecamatan Kertasari dan diambil alihnya pengelolaan wisata oleh petugas Citarum Harum yang diisi dari pasukan militer membuat kami mempercayakannya dan berlanjut ke Kecamatan Pacet yang bersebelahan dengan Kecamatan Kertasari.
Tidak mudah untuk menyatukan kembali desa yang baru pertama kali kami berkenalan. Tercatat kami sudah mencoba implementasi ke Desa Mandalahaji, Desa Cinanggela dan Desa Pangauban. Dari ketiga desa tersebut pada akhirnya kami berjodoh dengan semangat anak-anak muda Desa Cinanggela. Kopi Girimukti merupakan nama kelompok tani asli sana yang diketuai oleh Isal. Dengan ketinggian sekitar 1.800 MDPL sangat cocok untuk ditanami jenis kopi arabika.
Tidak mudah untuk menyatukan kembali desa yang baru pertama kali kami berkenalan. Tercatat kami sudah mencoba implementasi ke Desa Mandalahaji, Desa Cinanggela dan Desa Pangauban. Dari ketiga desa tersebut pada akhirnya kami berjodoh dengan semangat anak-anak muda Desa Cinanggela. Kopi Girimukti merupakan nama kelompok tani asli sana yang diketuai oleh Isal. Dengan ketinggian sekitar 1.800 MDPL sangat cocok untuk ditanami jenis kopi arabika.
Arabika merupakan jenis kopi yang memiliki cita rasa yang lebih kompleks dan seringkali dikombinasikan dengan rasa buah-buahan yang berada didekatnya atau biasa disebut fruity dan sedikit asam. Semakin tinggi lahan penanaman kopinya maka semakin baik pula pertumbuhannya. Tentunya ini semakin meningkatkan semangat kami untuk terus mengembangkan dan menargetkan mengikuti kejuaraan kopi spesialti yang ada di Indonesia hingga kancah Dunia.
Perjuangan bertahun-tahun mulai terlihat perkembangannya. Dengan modal keyakinan antar sesama anggota dan ketelitian dalam proses kopi. Pada tahun 2022 kami berhasil mendapatkan penghargaan 15 besar nasional kopi spesialti. Kami percaya bahwa usaha rasa kopi merupakan usaha atas kejujuran dalam setiap pengolahannya.
Pada akhirnya kami bersyukur, rasa yang selama ini subjektif atas penilaian sendiri mampu dibuktikan secara objektif dengan penilaian dari ahlinya dalam kompetisi nasional. Ini adalah awal semangat kami untuk terus mempopulerkan kopi Indonesia ke kancah dunia dengan mengikuti kompetisi ke tingkat yang lebih tinggi dan memasarkannya dengan kualitas tinggi.