Yang Fana Adalah Waktu, Styrofoam Abadi!

Styrofoam, atau orang awam biasa menyebutnya gabus, umumnya berwarna putih bersih, empuk, dan ringan. Styrofoam yang dibuat dari kopolimer styrene ini kerap dijadikan bungkus makanan lantaran mampu mencegah kebocoran dan mampu mempertahankan bentuknya saat dipegang. Selain itu, bahan tersebut juga mampu mempertahankan panas dan dingin tetapi tetap nyaman dipegang. Bentuknya yang ringan menjadikan styrofoam mudah dibawa. Makanan yang disimpan di sana juga tetap segar dan utuh. Tidak hanya itu, alasan dipilihnya styrofoam sebagai bahan pembungkus makanan terlebih karena biaya pengemasannya yang murah. Kelebihan itulah yang membuat para pedagang lebih menyukai styrofoam untuk membungkus makanan dibandingkan menggunakan kertas minyak.

Mengenal Polistirena foam atau yang biasa disebut Styrofoam, dihasilkan dari campuran 90-95% polistirena dan 5-10% gas seperti n-butana atau n-pentana. Polistirena foam dibuat dari monomer stirena melalui polimerisasi suspensi pada tekanan dan suhu tertentu, selanjutnya dilakukan pemanasan untuk melunakkan resin dan menguapkan sisa blowing agent.

Styrofoam pertama kali dibuat pada 1839 oleh Eduard Simon, seorang apoteker Jerman, dan disempurnakan oleh seorang kimiawan organik Jerman lainnya, Hermann Staudinger. Styrofoam padat murni adalah sebuah plastik tak berwarna, keras dengan fleksibilitas yang terbatas yang dapat dibentuk menjadi berbagai macam produk dengan detil yang bagus.

Styrofoam banyak digunakan sebagai tempat pembungkus makanan praktis. Mulai dari restoran cepat saji, pedagang jajanan di pinggir jalan, hingga dalam berbagai acara dan kegiatan, styrofoam sering kali menjadi pilihan, dan bisa kita jumpai setiap hari.

Styrofoam sebagai wadah makanan (sumber google)

Dampak stryrofoam

Dibalik semua kelebihan dan keunggulan yang ada, stryrofoam dapat menyebabkan dampak yang buruk, baik itu untuk kesehatan ataupun lingkungan.

Dilihat dari aspek kesehatan manusia, styrofoam mengandung bahan-bahan yang diketahui merupakan zat karsinogenik (pencetus kanker) dan sejumlah dampak negatif lainnya bagi kesehatan. Bahan tersebut, yaitu:

  1. Stirena
    Stirena dapat dengan mudah terlepas ke dalam makanan yang berminyak, berlemak atau mengandung alkohol, terutama ketika makanan dalam keadaan panas. Akibatnya dapat menimbulkan kerusakan pada sum-sum tulang belakang, masalah pada kelenjar tiroid, sampai kepada anemia. Stirena ini juga dapat mengurangi produksi sel darah merah yang sangat dibutuhkan tubuh untuk mengangkut sari pati makanan dan oksigen ke seluruh tubuh sehingga muncul gejala disfungsi saraf seperti kelelahan, gelisah, dan sulit tidur. Stirena juga bisa bermigrasi ke janin melalui plasenta ibu yang sedang mengandung, dan berpotensi mengontaminasi ASI (air susu ibu).
  2. Benzena
    Benzena akan bereaksi dengan cepat begitu terkena uap panas dari makanan yang dimasukkan ke dalam styrofoam. Benzena yang masuk ke dalam tubuh akan menyasar jaringan darah. Benzena tidak dapat larut dalam air sehingga tidak dapat dikeluarkan melalui urin maupun feses, kemudian menumpuk pada lemak di dalam tubuh. Hal inilah yang dapat memicu munculnya penyakit kanker.
Sampah styrofoam yang terdampar di pantai (sumber google)

Dari aspek lingkungan, styrofoam bahkan mengakibatkan kerusakan lingkungan yang fatal, seperti:

  1. Satwa air tercemar styrofoam
    Sampah styrofoam yang dibuang sembarangan akan sangat merusak lingkungan karena ia sulit untuk terurai secara alami. Styrofoam dapat terurai dengan sempurna menghabiskan waktu yang sangat fantastis, yaitu sekitar 500 tahun. Seperti poin sebelumnya, styrofoam lama kelamaan akan terurai menjadi bentuk yang sangat kecil, yang disebut mikroplastik. Mikorplastik ini akan termakan oleh ikan dan satwa air lainnya, satwa air tersebut akan mati seketika. Ikan yang sudah tercemar oleh mikroplastik ini juga dapat dimakan oleh burung, kura-kura, dan lainnya.
    Beberapa kasus pernah terjadi menyangkut tercemarnya air dengan styrofoam. Kasus tersebut adalah kematian masal satwa air dan binatang-binatang kecil lainnya. Kematian ini disebabkan oleh adanya plastik di dalam perut ikan-ikan tersebut.
  2. Pemanasan Global
    Pembuatan styrofoam menghasilkan limbah yang sangat banyak di dunia. Styrofoam terbuat dari gas dan polyester dengan menggunakan agen blowing seperti CFC (freon) yang dapat merusak lapisan ozon bumi. Lapisan ozon yang bolong akan sangat mudah cahaya matahari masuk tanpa disaring lebih dulu. Akibatnya, suhu bumi akan menjadi lebih panas. Panas yang terjadi di bumi akan mencairkan es di kutub utara dan selatan, naiknya permukaan laut, dan masalah global warming lainnya.
  3. Kerusakan Lingkungan
    Styrofoam dapat mencemari lingkungan, penyebabnya karena penggunaan yang masif akan menyebabkan timbunan sampah yang tak kunjung reda. Styrofoam sebenarnya dapat didaur ulang, namun proses pendaurulangan styrofoam masih tetap menghasilkan 57 senyawa yang masih berbahaya bagi lingkungan.
    WHO menyatakan bahwa limbah styrofoam adalah limbah yang termasuk dalam limbah terbesar dunia urutan ke-5. Berbeda dengan sampah-sampah organik yang dapat terurai dalam waktu tertentu, styrofoam tidak dapat terurai sama sekali.

Apa yang dapat kita lakukan ?
Dengan kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh maraknya penggunaan styrofoam. Berikut ini beberapa solusi untuk mengurangi sampah styrofoam:

  1. Recycle
    Karena styrofoam yang tidak dapat diurai selamanya, maka terciptalah ide untuk menggunakan kembali (Recycle) styrofoam yang sudah tidak terpakai menjadi suatu karya seni yang menjual, seperti patung, diorama, properti, miniatur, hiasan, dan lain sebagainya.
  2. Menggunakan wadah pribadi
    Salah satu bentuk pengurangan penggunaan styrofoam adalah dengan menggunakan wadah yang dibawa dari rumah. Supaya pada saat membeli makanan diluar seperti bakso dan seblak, maka tidak perlu menggunakan styrofoam lagi sebagai pembungkus makanan.
  3. Menolak diam
    Memang tidak mudah untuk menyadarkan masyarakat tentang bahayanya penggunaan styrofoam, namun dengan kampanye mungkin dapat sedikit membuka wawasan masyarakat tentang styrofoam. Salah satu caranya dengan mengadakan kerja bakti, sosialisasi, seminar, mengundang ahli lingkungan untuk berdiskusi dengan masyarakat, pelatihan daur ulang sampah, dan lain sebagainya.

Dengan jumlah styrofoam yang kita gunakan setiap harinya, dikalikan jumlah penduduk bumi dikalikan jumlah hari, dapat kita bayangkan berapa banyak sampah styrofoam yang kemudian akan menumpuk mencemari bumi. Dengan berbagai kandungan kimia yang terdapat didalamnya, berapa banyak organisme bumi yang akan menerima dampaknya? Dengan konsumsi sampah styrofoam kita saat ini, bisa jadi puluhan tahun yang akan datang, bumi berubah menjadi daratan styrofoam.

Namun yang pasti, kita semua meski membayar sangat mahal dengan semakin banyaknya penggunaan styrofoam. Pilihan ada ditangan kita, apakah kita hanya diam atau memilih mewariskan bumi yang lestari untuk anak cucu kita ?

 

Referensi:
Makalah Styrofoam, Herman Yosef
Kompasiana
banuasehat.com
sains.kompas.com
Peluang bisnis daur ulang sampah styrofoam
en.wikipedia.org/wiki/Styrofoam


Tulisan oleh Damai Laksmi (AM – 017 – Lentera Cakrawala)
Ilustrasi oleh Aulia Rahman (AM – 018 – Duri Samsara)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *