Astacala Lintas Alam 10 : Situ Cisanti, Hulu Sungai Citarum

Sabtu, 25 Oktober 2014, Astacala Lintas Alam (ALA) 10 berhasil diselenggarakan. Dengan mengangkat tema “Feel What Mother Nature’s Offer”, kegiatan yang rutin diadakan per dua tahun ini adalah bentuk perwujudan manfaat Astacala bagi civitas akademika Telkom University untuk meningkatkan kemampuan segenap civitas dalam berkegiatan di alam bebas. Sebagai Perhimpunan Mahasiswa Pecinta Alam sudah selayaknya Astacala menjadi wadah civitas akademika untuk berkegiatan di alam terbuka.

ALA 10
ALA 10

ALA 10 digelar di Kawasan Situ Cisanti, Ciparay, Bandung Selatan. Selain panorama alam yang indah Situ Cisanti juga memiliki mata air yang mengaliri sungai terpanjang di Provinsi Jawa Barat: Citarum. Selain mengajak peserta untuk melintasi alam, ALA 10 juga mengajak peserta untuk berpartisipasi membersihkan kawasan situ. Serta memberikan edukasi lingkungan, khususnya tentang mata air Citarum.

Persiapan Keberangkatan
Persiapan Keberangkatan

Sebanyak 47 orang peserta mengikuti ALA 10. Terbagi menjadi sembilan kelompok yang akan menyelesaikan beberapa lomba selama kegiatan. Para peserta sudah terlihat antusias sejak perlombaan pertama yaitu mendirikan tenda dome. Beberapa kelompok terlihat mengalami kesulitan karena hal ini merupakan kali pertama bagi mereka. Keseruan ALA 10 berlanjut dengan lomba memasak. Dengan bahan sederhana yang disediakan, peserta diwajibkan membuat satu menu masakan. Diluar dugaan, para peserta berhasil memukau dewan juri. Laiknya perlombaan masak profesional, mereka memperhatikan detail penyajian masakan dengan baik. Hal yang mungkin tidak akan dilakukan seseorang ketika memasak menggunakan nesting.

Lomba Masak
Lomba Masak

Berada di alam terbuka dan dinginnya malam tidak membuat para peserta ALA 10 mengurung dirinya dalam balutan kantung tidur. Peserta justru asyik mendengarkan talkshow yang diisi oleh Pak Atep, pengurus Situ Cisanti. Dalam acara ini, Pak Atep menyampaikan beberapa hal. Seperti sejarah Situ Cisanti, peran situ pada Sungai Citarum, serta manfaatnya bagi warga sekitar.

“Situ ini luasnya tujuh hektar, manfaatnya begitu banyak bagi warga. Sebagai perairan bagi sawah dan kebun warga di enam Rukun Warga dan menjadi tempat menghilangkan stres para warga setelah bekerja, atau menjadi tempat bermain anak-anak”, terang Pak Atep.

Tak hanya tentang Situ Cisanti, ALA 10 juga mengajak para peserta untuk memahami lebih jauh makna dari kata alam lewat puisi indah ciptaan Blasius, salah satu anggota Astacala. Ditutup dengan pemutaran film “Pelangi di Citarum” buatan Greenpeace Indonesia, yang sebelumnya juga pernah diputar oleh Astacala di Fakultas Teknik Telkom University. Harapannya para peserta lebih menyadari kehadiran Sungai Citarum, yang merupakan sumber perairan penting di Kota Bandung. Sekaligus juga lebih intensif menjaga kebersihan sungai tersebut.

Talkshow Situ Cisanti
Talkshow Situ Cisanti

Hari terakhir Astacala Lintas Alam 10 dimulai dengan mengunjungi mata air Citarum yang sebelumnya telah dikenalkan oleh Pak Atep. Pada kesempatan ini peserta diberi kesempatan untuk mencicipi segarnya mata air ini dengan meminumnya langsung. Begitu jernihnya sumber air yang ada membuat dasar mata air ini terlihat begitu jelas berbeda 180 derajat dengan kondisi sungai Citarum selepas hulu.

“Mata air ini juga mengalir ke danau, tapi karena danau ini buatan manusia jadi airnya terlihat keruh. Padahal itu karena bagian dasar danau. Tempat ini juga dijadikan tempat ziarah untuk beberapa warga”, ujar Pak Atep.

Beberapa warga memang terlihat berdatangan ketika matahari mulai meninggi, mereka datang untuk berziarah. Karena tak jauh dari mata air terdapat petilasan Pangeran Dipati Ukur.

Peserta melanjutkan kegiatan dengan trekking dari pos ke pos untuk menyelesaikan beberapa permainan. Diantaranya permainan lempar bola air dengan menjadikan salah satu sebagai ratu yang tidak boleh terkena air. Dengan tujuan mengingatkan para peserta untuk saling menjaga satu sama lain.

Permainan berikutnya adalah bola labirin. Peserta mengalungkan papan labirin yang akan dilalui bola. Dengan tujuan melatih kerjasama dan komunikasi dalam sebuah tim. Pada permainan berikutnya ada permainan lempar bola dengan mata tertutup ke arah sasaran yang dibentangkan oleh rekan kelompoknya. Hal ini bertujuan untuk mengajak peserta agar dapat saling percaya satu sama lain.

Keceriaan Peserta ALA 10
Keceriaan Peserta ALA 10

Permainan terakhir adalah foto bersama. Walaupun permainan sederhana, peserta yang diharuskan berdiri di atas matras yang terbagi tiga secara bersamaan dapat menimbulkan kesan indahnya kebersamaan bagi para peserta. Peserta juga diajak untuk menyebrangi situ menggunakan perahu karet, selain memberikan pengalaman, juga dapat melatih kekompakan dalam tim. Tidak hanya itu, peserta juga melakukan ‘Operasi Semut’ yang merupakan kegiatan bersih-bersih di areal Situ Cisanti, sebagai bentuk nyata kepedulian mahasiswa terhadap lingkungan.

ALA 10
ALA 10

Ditutup dengan wajah ceria yang terlukis dalam sebuah foto, ALA 10 berhasil menyampaikan pesan sang ibu pertiwi. Sampai jumpa dua tahun lagi pada Astacala Lintas Alam 11! []

Tulisan oleh Fitra Ariffanto (A-108-LH)
Foto Dokumentasi Astacala

3 thoughts on “Astacala Lintas Alam 10 : Situ Cisanti, Hulu Sungai Citarum

  1. @amalia salam kenal jg
    Akses transportasi umumnya ga ada euy
    mending pake kendaraan pribadi, sperti motor atau mobil, kalo ramean bisa jg carter angkot
    bilang aja ke arah situ cisanti, bisa lewat ciparay atau lewat pengalengan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *