Gunung Slamet 3432 Mdpl

Related Articles

Gambaran Umum

Gunung Slamet adalah gunung tertinggi di Jawa Tengah dan kedua tertinggi di  Pulau Jawa dengan ketinggian 3432 mdpl. Secara administratif gunung ini terletak di perbatasan Kabupaten Banyumas, Brebes, Pemalang, Tegal, dan Purbalingga. Gunung ini bertipe strato volcano dan masih aktif. Ada beberapa jalur pendakian yang dipakai untuk mencapai puncak Gunung Slamet. Jalur-jalur tersebut antara lain dari Bambangan, Kaliwadas, Baturaden, Guci, dan lain-lain. Artikel ini akan membahas Pendakian Gunung Slamet melalui jalur Baturaden.

Gunung Slamet 3432 Mdpl

Jalur Pendakian

Dibanding dengan jalur Bambangan, jalur Baturaden memang kalah populer di kalangan pendaki. Pendakian melalui jalur ini kebanyakan dilakukan oleh pendaki lokal (pendaki di sekitar Gunung Slamet). Hal ini dikarenakan jalur ini memotong punggungan barat Gunung Slamet (jalur Kaliwadas)  dari selatan sehingga relatif lebih menanjak dan memakan waktu lebih lama dibandingkan jalur pendakian lain. Seiring dengan ditutupnya jalur utama pendakian Gunung Slamet yaitu jalur Bambangan sejak th 2009 hingga saat yang ditentukan, para pendaki mulai melirik jalur lain termasuk jalur Baturaden. Pada Jalur Baturaden ini, jalur utama cukup mudah dikenali dan terdapat banyak marker di sepanjang jalur. Tetapi para pendaki tetap harus berhati–hati ketika turun ataupun ketika hari mulai gelap karena ada beberapa percabangan pada jalur ini.  Satu hal lagi yang perlu diperhatikan adalah persediaan air. Seperti jalur pendakian Gunung Slamet yang lain, sumber air di jalur Baturaden bergantung pada sungai musiman sehingga disarankan pendaki membawa persediaan air yang cukup dari bawah karena pada musim kemarau kebanyakan sungai tersebut kering.

Akses dari Kota Terakhir dan Perizinan

Untuk mendaki Gunung Slamet dari Baturaden perjalanan bisa dimulai dari Kota Purwokerto. Dari Terminal Purwokerto menggunakan angkutan kota jurusan Baturaden dan turun di Gerbang Baturaden dengan biaya Rp. 5000,00 per orang (September 2011). Kemudian dari Gerbang Baturaden bisa berjalan kaki atau naik ojek ke arah Pancuran Pitu. Awal jalur ini merupakan jalan setapak yang terletak di kanan jalan ke arah Pancuran Pitu.

Perizinan

Untuk perizinan bisa dilakukan dengan melapor ke pecinta alam setempat sehingga pendakian kita tetap terpantau karena memang tidak ada perizinan resmi untuk mendaki melalui jalur ini. Untuk memasuki daerah wisata Baturaden sendiri dikenakan biaya Rp. 3.000,00 pada hari biasa dan Rp. 5.000,00  pada hari libur (September 2011).

Jalur Pendakian Baturaden

  • Start – Pos 1

Kordinat Titik Start adalah 109o13’04’’E, 07o18’05’’S. Titik Start berupa tempat yang datar dan lapang  yang biasa untuk berkemah di kanan jalan menuju arah Pancuran Pitu yang dilanjutkan dengan jalan setapak memasuki hutan damar. Medan dari Titik Start  menuju Pos 1 berupa jalan setapak tanah yang landai. Hutan berupa hutan homogen pohon damar yang dikelola oleh KPH Banyumas. Banyak terdapat tempat datar untuk mendirikan tenda di sepanjang perjalanan menuju Pos 1. Tepat sebelum  Pos 1 kita akan melewati sungai kecil dan dilanjutkan tanjakan terjal dengan batuan yang licin. Setelah tanjakan tersebut kita sampai di Pos 1. Pos 1 berupa tempat datar dengan pohon–pohon besar yang membuat suasananya menjadi teduh. Tidak begitu luas, kira–kira hanya cukup untuk 2 tenda dengan ukuran 4 orang.  Sumber air di Pos 1 ini adalah sungai musiman yang kita temui sebelum Pos 1 tadi, tetapi ketika kemarau panjang sungai tersebut kemungkinan kering. Perjalanan dari Titik Start hingga Pos 1 memakan waktu kira–kira 1 jam.

  • Pos 1 – Pos 2

Perjalanan menuju Pos 2 diawali dengan tanjakan yang masih berupa jalan setapak tanah. Secara umum medan masih cukup landai dan bersahabat namun sesekali kita akan menemui tanjakan–tajakan ringan di sepanjang perjalanan. Setelah Pos 1 vegetasi mulai berubah menjadi hutan heterogen bersemak. Akar-akar pohon yang banyak terdapat di sepanjang jalan membentuk tangga alami memudahkan kita untuk melewati tanjakan–tanjakan namun kadang menyulitkan karena sering juga membuat kaki tersangkut. Di jalur ini mulai banyak ditemui pohon–pohon tumbang yang menghalangi jalan. Setelah sekitar 2,5 jam  perjalanan sampailah kita di Pos 2. Pos 2 terletak di koordinat 109o12’29’’E, 07o17’18’’S. Pos 2 ini berupa tempat datar yang lapang. Pos 2 ini kira–kira memuat  3-4 tenda  ukuran 4 orang ditandai dengan pohon tumbang yang menghalangi jalan masuknya. Di Pos 2 terdapat sumber air berupa sungai yang cukup bisa diandalkan walaupun sedang musim kemarau. Untuk menuju sungai tersebut, kita mengambil jalan turunan pada percabangan tepat setelah Pos 2. Di situ terdapat sungai yang lumayan besar. Pada musim kemarau sungai tersebut hanya berupa genangan air kotor sehingga harus disaring dan dimasak dahulu sebelum dikonsumsi.

  • Pos 2 – Pos 3

Pos 2, Terlihat Ada Pohon Tumbang di Jalan Masuknya

Dari Pos 2 menuju Pos 3 tidak terlalu jauh, kira–kira hanya memakan waktu sekitar 1 jam. Medan berupa jalan tanah setapak yang menanjak dengan vegetasi masih berupa hutan heterogen bersemak. Pos 3 terletak di kordinat 109o12’23’’E, 07o16’50’’S ditandai dengan adanya tugu triangulasi yang menunjukkan  ketinggian 1664 mdpl. Pos 3 tidak terlalu luas, kira-kira hanya bisa untuk 2 tenda ukuran 4 orang.

  • Pos 3 – Pos 4

Pos 3, Terlihat Triangulasi Penunjuk Ketinggian

Setelah Pos 3 medan mulai konsisten menanjak terjal. Jalan yang dilalui masih berupa jalan setapak dengan vegetasi berupa hutan heterogen bersemak. Dalam perjalanan ke Pos 4 ini tangga–tangga akar pohon mulai terasa sangat berguna seiring dengan medan yang semakin menanjak. Di sepanjang perjalanan terdapat beberapa tempat datar yang di sebut pos bayangan yang cukup untuk 1 – 2 tenda dan  sangat berguna karena jarak Pos 3 ke Pos 4 lumayan lama yaitu sekitar 3 – 4 jam. Pos 4 sendiri terletak di kordinat 109o12’03’’E, 07o15’55’’S. Di Pos 4 ini mempunyai dua bagian terpisah oleh semak belukar, bagian depan hanya bisa untuk mendirikan 2 – 3 tenda, sedangkan bagian belakang di utara bagian depan bisa untuk mendirikan 3 – 4 tenda dengan suasana lebih teduh dan lembab.

  • Pos 4 – Pos 5 (Plawangan)

Pos 4

Jalur menuju Pos 5 berupa jalan tanjakan menuju sebuah puncakan. Susana pendakian yang mulanya selalu teduh mulai terasa panas karena  pohon-pohon besar sudah mulai jarang dan berganti dengan cantigi. Vegetasi mulai didominasi oleh semak belukar sehingga sering kita harus bersusah payah melewati jalur berupa terowongan–terowongan semak belukar. Mendekati puncakan jalan semakin menanjak. Di puncakan inilah pertemuan jalur Baturaden dengan Kaliwadas. Dari sini arah pendakian yang mulanya ke utara berubah menjadi ke timur dan medan yang akan dilalui menjadi lebih datar bahkan menjadi turunan. Daerah di sepanjang jalan menuju Pos 5 ini merupakan daerah rawan kebakaran, bisa dilihat dari banyaknya bekas kebakaran yang kita temui. Setelah berjalan sekitar 3 jam dari Pos 4 kita akan sampai di Pos 5. Pos 5 berupa dataran bertingkat dengan beberapa pohon besar di sekitarnya. Keberadaan pohon–pohon ini melindungi Pos 5 dari terpaan angin secara langsung sehingga membuatnya menjadi tempat bermalam yang cukup aman. Terdapat tempat yang cukup luas untuk mendirikan beberapa tenda di sini. Dari Pos 5 ini kita bisa melihat dengan jelas medan yang akan kita lewati menuju puncak Gunung Slamet. Pos 5 merupakan batas vegetasi. Letak kordinat Pos 5 adalah 1109o12’26’’E, 07o14’55’’S dan di sinilah para pendaki biasa meninggalkan barang bawaannya sebelum menuju puncak jika pulangnya akan kembali ke jalur Baturaden atau Jalur Kaliwadas.

  • Pos 5 (Plawangan) – Puncak

Puncak Slamet, Terlihat Gunung Sundoro dan Sumbing di Kejauhan

Jalur dari Pos 5 menuju puncak berupa tanjakan batu yang terjal. Perjalanan menuju puncak sangatlah kering karena bisa dibilang dari Pos 5 menuju puncak sudah tidak ada lagi tanaman. Medan berupa batu–batuan lepas dengan jalur yang kurang jelas. Awalnya kita harus mengambil tepat di tengah punggungan kemudian setelah sampai di bibir kawah jalur akan melipir ke arah kanan menuju puncak Gunung Slamet dengan ketinggian 3432 mdpl. Para pendaki diharapkan tidak terlalu lama di puncak karena adanya bau belerang yang cukup menyengat dari gunung berapi yang masih aktif ini. Puncak Gunung Slamet ditandai dengan tugu tumpukan batu. Perjalanan dari Pos 5 menuju puncak bisa ditempuh dengan waktu sekitar 1 jam.

Sumber Acuan

Beberapa sumber acuan yang digunakan untuk data Gunung Slamet ini adalah peta bakosurtanal 1:25000 lembar 1308- 614 Rempoah dan 1308-632 Ngrambe serta catatan perjalanan anggota Astacala pada September 2011.

Tulisan oleh Bayu Wicaksono
Foto dari Dokumentasi Astacala

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Artikel Menarik

Pembangunan Berkelanjutan Makin Mendesak

{nl}        Kebutuhan untuk keluar dari pola pembangunan konvensional dan memasuki pola pembangunan berkelanjutan makin mendesak. Jika tidak segera mengubah haluan, dampak negatif pada...

Petualang Si “Jejak Petualang”

Keluar masuk hutan bertemu suku-suku pedalaman, naik turun gunung dan menyusuri derasnya aliran sungai tak membuat gadis bertubuh mungil ini gentar. Tak jarang menjadi...

Cerita Baru Pada Peminatan yang Tak Terlupakan

Sebuah kenyataan yang sulit dipercaya awalnya. Karena tepat tanggal 8 Maret 2022, aku dan lainnya memulai perjalanan dari sekretariat Astacala menuju Yogyakarta untuk melaksanakan...