Gemuruh Jeram Sungai Asahan
Gemuruh derasnya sungai itu menyambutku
Buih-buih memecah dan beriak kencang
Air itu terus menggulung batu-batuan yang besar
Entah mengapa bulu romaku terkuduk melihatnya
Belum pernah aku melihat yang seperti ini sebelumnya
Bahkan kurasakan aliran darahku kejantung tak secepat aliran sungai itu…
Siang hari itu kami berdiri di samping derasnya Sungai Asahan. Kami para peserta berserta beberapa orang panitia yang tergabung dalam rangkaian Kenal Medan Arung Jeram pada acara Temu Wicara Kenal Medan (TWKM) XXIII sedang melaksanakan briefing sebelum melakukan kegiatan di siang itu. Kami semua peserta pun diberi arahan oleh seseorang instruktur senior dari Jeram Alas. Ia memberikan gambaran dan pemahaman tentang Sungai Asahan. Ia memberi informasi bahwa Sungai Asahan merupakan sungai dengan jeram terekstrim ke-3 di dunia yang memiliki jeram dengan grade 4+. Jeram di Sungai Asahan sendiri merupakan jeram yang bervariasi dari jenis pillow, standing wave, hole, dan variasi jenis-jenis jeram yang lain hampir semua terdapat di Sungai Asahan. Ia juga memberi informasi bahwa Sungai Asahan ini memiliki 7 jeram yang memiliki nama khusus. Seperti Jeram Rizal Nurdin, jeram sucking hole, jeram tiger sucks, jeram Simatupang 1, jeram Simatupang 2, jeram bigben, dan jeram nightmare. Sedangkan sisanya dipenuhi jeram-jeram yang tak bernama. Kemudian setelah ia memberi informasi dan gambaran sungai Asahan kami para peserta diajak untuk melakukan scouting darat oleh dia. Kami berjalan menuju titik start pengarungan yang berjarak sekitar 10 menit dari base camp yang merupakan sebuah home stay milik departemen pariwisata di pinggir sungai Asahan.

Sesampainya di titik start kami disuguhi pemandangan jeram yang mencengangkan. Betapa tidak, di titik start saja jeram-jeram besar langsung menanti. Kemudian Pak Udara memberi informasi bahwa Sungai Asahan sendiri untuk rubber boat di mulai dari titik start tersebut. Sedangkan dari bendungan Sigura-gura sendiri hingga titik finish merupakan jalur untuk kayak dengan grade 4+ dan jalur pengarungan yang sempit. Setelah itu kami mulai berjalan untuk melakukan scouting. Beliau menunjuk cara-cara untuk melewati beberapa jeram di Asahan. Sembari berjalan beliau pun tak lupa menceritakan pengalamannya selama mengarungi Sungai Asahan baik selama kejuaraan dan juga membawa tamu. Setelah kami melakukan akhirnya kami pun kembali ke base camp kami dan melaksanakan acara bebas hingga malam hari.
Lagi-lagi gemuruh itu…
Meskipun bunyi deru dari traktor pembangunan jalan terasa kencang
Dentuman pukulan-pukulan palu ke batu pun terasa pengang
Tapi tetap saja deru sungai itu tetap terdengar lebih kencang
Gemuruh sungai itu menelan suara-suara yang lain
Bahkan gemuruh itu nyaris menelan keberanianku…
Di pagi keesokan harinya, kami semua pun bersiap untuk melakukan pengarungan pendek di anak sungai Asahan. Kami akan melakukan pengarungan dari Batu Mamak ke jembatan finish untuk melakukan persamaan persepsi teknik pengarungan para peserta. Sesudah kami diberi arahan oleh panitia, kami pun mulai mempersiapkan peralatan untuk pengarungan tersebut. Kami semua mulai naik kembali ke atas truk untuk bersiap berangkat. Kami pun mulai berangkat. Hamparan pohon kelapa sawit dan pohon nira berjajar selama perjalanan kami. Deretan air terjun mengiringi perjalanan kami. Perkampungan-perkampungan penduduk yang merupakan bagian dari Kabupaten Asahan dilewati oleh kami. Tampak sebagian besar penduduk di bantaran Sungai Asahan bekerja berladang ataupun berdagang. Kami disambut dengan pemandangan traktor-traktor besar serta para pekerja dari dinas perhubungan yang sedang membangun jalan. Kami berpikir kenapa baru sekarang setelah ada perkebunan kelapa sawit diadakan pembangunan jalan, kenapa tidak dari dulu.

Tak terasa 1 jam berlalu dan kami telah tiba di tempat yang akan dijadikan tempat pengarungan. Para peserta menurunkan perahu-perahu yang terlipat serta peralatan-peralatan pengarungan yang lain. Kami pun segera membuka lipatan perahu dan memompa perahu. Tampak para peserta yang baru saja bertemu beberapa hari yang lalu sudah mulai akrab dan saling bersenda gurau. Peralatan siap, kami segera memasang peralatan keselamatan pengarungan kami dan segera mengangkat perahu ke samping titik start. Pengarungan pun dimulai setelah para peserta melakukan briefing serta pemanasan. Kami mulai mendayung. Di sana kami mulai menyamakan persepsi tentang aba-aba dan teknik mendayung. Jeram-jeram kami lewati meskipun terasa kurangnya kekompakan tim kami. Memang terasa sangat sulit untuk menciptakan kekompakan antar tim yang baru bertemu beberapa hari yang lalu dari berbagai latar belakang.
Setibanya di titik istirahat para peserta beristirahat sejenak setelah melakukan 1 jam pengarungan. Hidangan kacang hijau dan biskuit menjadi santapan istirahat kami. Tak lupa beberapa batang rokok kami hisap selagi kami beristirahat. Setelah kami beristirahat selama 15 menit kami pun bersiap untuk mempraktekkan renang pasif dan renang aktif. Perahu sudah siap untuk melakukan back up kepada kami. Satu per satu para peserta turun dan mulai berenang mengejar perahu hingga semua peserta berhasil naik ke atas perahu. Setelah semua peserta berhasil naik ke atas perahu perjalan kami lanjutkan. Perjalanan pun menghabiskan waktu 2 jam karena kondisi flat dari sungai anak asahan ini sendiri. Setelah kami sampai ke titik finish, kami pun bersiap pulang.
Sekali lagi degup jatungku terasa makin cepat
Jeram-jeram itu menunggu seakan ingin memakanku
Gemuruh sungai terasa seperti teriakan pengusiran
Aku tak akan berpaling lagi karena hanya ini yang aku punya
Ya, hanya seonggok nyali ini yang aku punya
Keesokan harinya kami kembali bersiap. Setelah semalam kami sepakat untuk melakukan pengarungan di Sungai Asahan, meskipun kami hanya akan melewati satu titik jeram. Kami sepakat akan melewati jeram Rizal Nurdin. Jeram ini adalah sebuah standing wave dengan 2 patahan serta disambut dengan beberapa standing wave yang lebih kecil dengan hiasan beberapa pillow. Para peserta dan panitia sudah bersiap pada tempatnya. Beberapa panitia telah siap pada titik-titik rescue untuk menolong peserta apabila terjadi sesuatu. Peserta telah dibagi bagi pada tim-tim tertentu yang dibagi berdasar kemampuan peserta. Setelah kami siap kami pun memulai pengarungan per tim. Dari atas jembatan yang merupakan batas dari Kabupaten Asahan dan Kabupaten Tobasa, kami yang tidak mengarung mengamati tim yang sedang melakukan pengarungan. Tampak juga beberapa peserta terlihat gugup dan ragu untuk mengarung. Tapi akhirnya mereka semua berani dan memutuskan untuk melanjutkan pengarungan.

Satu persatu tim melewati jeram tersebut. Deburan jeram Rizal Nurdin terasa deras menyambut kami. Tampak beberapa perahu seakan dimakan jeram tersebut. Tetapi akhirnya semua perahu karet berhasil dengan sukses melewati jeram tersebut. Pengarungan pendek itu sendiri menempuh waktu pengarungan sekitar 5 menit. Para peserta tampak terlihat puas meskipun belum mengarungi Sungai Asahan secara keseluruhan, minimal mereka telah mencoba jeram Rizal Nurdin yang cukup terkenal di kalangan para pecinta arung jeram. Akhirnya kami semua kembali ke base camp setelah mengarungi sungai tersebut. Di malam hari kami kembali ke base camp. Para peserta banyak yang melakukan sharing ilmu serta berbincang-bincang. Ada pula dari para peserta yang bersiap untuk istirahat. Serta beberapa peserta berada di depan api unggun menikmati suasana malam di Sungai Asahan karena malam ini akan menjadi malam terakhir kami sebelum esok kami harus kembali lagi ke Medan.
Gemuruh sungai itu akan selalu teringat
Ia yang hampir menelan keberanianku
Ia yang hampir menghilangkan nyaliku
Entah kapan aku akan mendengar kembali gemuruh itu
Meskipun gemuruh itu nanti hilang menjadi bendungan
Gemuruh itu akan selalu terdengar
Ya, gemuruh aliran sungai itu
Asahan namanya…
Tulisan oleh Blasius FDSW
Foto Diambil dari Dokumentasi TWKM XXIII Arung Jeram