Road Map Diving A
Posted: Tue Oct 27, 2009 3:33 pm
dear pengurus,
saya ingin bertanya spt apa road map cabang ilmu diving astacala ke depan nya ?
mohon di paparkan rencana pengurus baik target, garis besar, garis lurus dan garis mencleng2 lainnya mengenai masa depan cabang ilmu ini kedepan,
mengingat kita sudah mengirimkan beberapa personil sebagai awal gerak kita, ada baiknya kesempatan yg sudah didapat itu selayaknya memberi manfaat dan menjadi pembuka pintu kesempatan lain di masa depan, tidak saja untuk personal, tapi juga untuk astacala secara organisasi, generasi selanjutnya, dan -yang jauh lebih baik- alam raya ini.
sekian pertanyaan saya, mumpung lagi ingat nanya
sekalian share, sedikit cerita
----------
From: xxxx
Date: Mon, 19 Oct 2009 00:56:14 -0700 (PDT)
To: <[email protected]>
Subject: [SDI] Penipuan Modus Dive Trip ke Komodo
Rekan divers,
Informasi dibawah ini kami sampaikan agar hal serupa yang telah menimpa kami tidak terjadi pada rekan divers lainya. salam dari kami korban penipuan Dive Trip Komodo oleh rekan kita Nita Niti Noti xxxx@yahoo. com
aBoy dkk
--
Melalui catatan ini kami ingin membagi kronologi peristiwa penipuan, penggelapan uang dan perbuatan tidak menyenangkan yang dilakukan oleh Monita, alias Nita Yusuf alias Monit Dedi Busmaun alias nitnot alias xxxx@yahoo. com
Catatan ini dibuat atas kesepakatan kami, para korban tindak kejahatan penipuan yang dilakukan oleh ybs, agar teman sesama diver atau dengan siapapun nantinya Nita berhubungan, memiliki pengetahuan mengenai sepak terjang yang bersangkutan. Penelusuran di lapangan menunjukan, aksi tipu menipu ini bukan kali pertama dilakukan ybs.
Kronologis kejadian sebagai berikut :
Pada bulan Mei 2009, seusai pameran selam Deep Indonesia 2009 di Jakarta, Monita mengusulkan untuk melakukan perjalanan menyelam ke Pulau Komodo dengan liveaboard “Blue Dragon”, milik pengusaha Malaysia. Yang bersangkutan menawarkan diri untuk mengatur perjalanan tersebut dan bertindak selaku “point of contact” dengan Blue Dragon selanjutnya disingkat BD. Terkumpulah 13 orang peserta, (14 orang termasuk Monita) untuk mengikuti diving trip tersebut. Disepakati, bahwa jadual yang mungkin untuk perjalanan tersebut dilakukan lima bulan kemudian yaitu 11-16 Oktober 2009 dengan empat tahap pembayaran. Seluruh peserta melakukan pembayaran dengan lancar sesuai jadual setiap bulannya melalui nomor rekening BCA yang bersangkutan untuk diteruskan kepada Blue Dragon.
Selain pembayaran untuk paket 5 hari 4 malam di BD, Monita juga menawarkan untuk membelikan tiket pesawat Denpasar-labuan Bajo pp; Jakarta-Denpasar pp; serta akomodasi selama di Bali dan Labuanh Bajo. Yang disambut baik oleh teman-teman. Semua melunasi seluruh pembayaran kepada Monita.
Selama lima bulan, para peserta menanti dan membayangkan perjalanan trip tersebut dengan antusias. Tak ada insiden yang mencurigakan. Hanya "insiden2 kecil", seperti, tak pernah ada tanda terima uang dari yang bersangkutan, namun kami selalu memberitakan setiap pengiriman uang lengkap dengan bukti transfer via BCA- sehingga kita pikir "ah aman lah, sama teman ini", permintaan informasi mengenai itinerary tidak digubris. Dalam pandangan saya secara pribadi, pengaturan trip berjalan tidak sesuai prosedur yang biasa kami lakukan dengan kawan2 diver bila kami merencana trip bersama. Sehingga saya pribadi memutuskan mengatur hotel, tiket pesawat dan detail lainnya secara mandiri. Namun sungguh, dugaan bahwa kami sedang dijaring dalam upaya penipuan terencana, tidak pernah terlewat dalam pikiran kami. Absurd. Bahwa Monita, yang kami kenal mampu melakukan perbuatan penipuan, sungguh tidak masuk akal. Beberapa mengenal Monita sejak tahun 2006 dan ybs dikenal gemar meng-organized trip ke Ambon dan Raja Ampat, nyaris tanpa insiden.
Singkatnya, pada hari H kami berkumpul (setelah 5 bulan penuh antisipasi, berikut sulitnya mengatur jadual cuti dari kantor masing2). Kami terbang dari berbagai daerah asal, Jakarta, Surabaya, Semarang, Makassar, Kuala Lumpur dan berkumpul Bali, pada tanggal 9 Oktober. Rencananya, pada tanggal 10 October kami akan bertolak ke Labuan Bajo bersama-sama. Saya, Tono, Ratih, kebetulan tiba lebih awal di Denpasar. Aboy, Meis, Veni, Irine, Steven, Reko dan Dida tiba pada hari yang sama dengan pesawat lebih malam. Sedangkan Mimin, Hani dan Baim terbang sore hari (dengan tiket yang dibelikan oleh Monita).
Tak ada kecurigaan. Tak ada prasangka buruk. Sampai pukul 15,00 tanggl 9 Oktober, kurang dari 24 jam sebelum keberangkatan kami menerima kabar, teman2 yang hendak terbang ke Bali terlantar di bandara Cengkareng Jakarta. Mereka tidak menemukan nama2 mereka dalam daftar pemesanan tiket. Alias Monita tak pernah membelikan tiket teman2 dari Jakarta ke Denpasar. Kecurigaan salah satu teman membuat dia menelpon langsung pihak Blue Dragon di Bali dan mendapat kabar mengejutkan "Trip atas pesanan Ibu Monita telah kami cancelled 2 hari lalu, karena uang pelunasan tidak pernah dilakukan," . Seperti disambar geledek, kami bertiga-Tono/ Ratih/Yayu, bergegas menghubungi pihak BD. Dari pihak BD kami mengetahui hanya uang down payment sebesar 16,5 juta saja yg telah dibayarkan Monita selama 2 tahap. Sisa 70% uang kontrak utk trip tsb tidak pernah dibayarkan. Begitupun uang tiket Denpasar-Bajo pp. Kurang lebihnya Monita membawa lari sekitar 80 juta rupiah uang kami. Tak ada alasan masuk akal dari kekacauan pengaturan trip ini selain, Monita membawa lari uang dan menggelapkan uang. Bila ybs memiliki niat baik, uang tersebut semestinya diteruskan pada pihak BD sesuai perjanjian kontrak sewa meyewa tepat waktu.
Sekalipun demikian kami masih punya kesempatan utk melanjutkan trip tsb karena kapal 7 kabin milik BD masih available yang akhirnya kami putuskan untuk tetap meneruskan rencana perjalanan Komodo dan membayar ulang sisa uang sewa kapal tersebut. Kerugian immaterial yang kami derita lebih dari jumlah nominal uang kami yang hilang. Kami berhasil mengatur perjalanan yg kemudian ditempuh dengan berbagai rintangan. Seperti tidak tersedianya tiket pesawat Denpasar-Bajo mengingat padatnya rute tsb. Teman2 harus mengeluarkan lebih banyak uang dan energi terbang dari Denpasar menuju Bima, berkendaraan dg mobil 4-5 jam menuju Sape, bermalam di atas perahu kayu dan berlayar 5 jam dari Sape menuju Gili Lawa di daerah perairan Pulau Komodo. Begitu pun, rute kembali, berlayar 30 jam dengan kapal PELNI dari Labuan Bajo menuju Benoa, Bali .
Kami akan melaporkan Monita secara resmi ke kepolisian Atas semua perbuatanya yang telah dilakukannya.
saya ingin bertanya spt apa road map cabang ilmu diving astacala ke depan nya ?
mohon di paparkan rencana pengurus baik target, garis besar, garis lurus dan garis mencleng2 lainnya mengenai masa depan cabang ilmu ini kedepan,
mengingat kita sudah mengirimkan beberapa personil sebagai awal gerak kita, ada baiknya kesempatan yg sudah didapat itu selayaknya memberi manfaat dan menjadi pembuka pintu kesempatan lain di masa depan, tidak saja untuk personal, tapi juga untuk astacala secara organisasi, generasi selanjutnya, dan -yang jauh lebih baik- alam raya ini.
sekian pertanyaan saya, mumpung lagi ingat nanya
sekalian share, sedikit cerita
----------
From: xxxx
Date: Mon, 19 Oct 2009 00:56:14 -0700 (PDT)
To: <[email protected]>
Subject: [SDI] Penipuan Modus Dive Trip ke Komodo
Rekan divers,
Informasi dibawah ini kami sampaikan agar hal serupa yang telah menimpa kami tidak terjadi pada rekan divers lainya. salam dari kami korban penipuan Dive Trip Komodo oleh rekan kita Nita Niti Noti xxxx@yahoo. com
aBoy dkk
--
Melalui catatan ini kami ingin membagi kronologi peristiwa penipuan, penggelapan uang dan perbuatan tidak menyenangkan yang dilakukan oleh Monita, alias Nita Yusuf alias Monit Dedi Busmaun alias nitnot alias xxxx@yahoo. com
Catatan ini dibuat atas kesepakatan kami, para korban tindak kejahatan penipuan yang dilakukan oleh ybs, agar teman sesama diver atau dengan siapapun nantinya Nita berhubungan, memiliki pengetahuan mengenai sepak terjang yang bersangkutan. Penelusuran di lapangan menunjukan, aksi tipu menipu ini bukan kali pertama dilakukan ybs.
Kronologis kejadian sebagai berikut :
Pada bulan Mei 2009, seusai pameran selam Deep Indonesia 2009 di Jakarta, Monita mengusulkan untuk melakukan perjalanan menyelam ke Pulau Komodo dengan liveaboard “Blue Dragon”, milik pengusaha Malaysia. Yang bersangkutan menawarkan diri untuk mengatur perjalanan tersebut dan bertindak selaku “point of contact” dengan Blue Dragon selanjutnya disingkat BD. Terkumpulah 13 orang peserta, (14 orang termasuk Monita) untuk mengikuti diving trip tersebut. Disepakati, bahwa jadual yang mungkin untuk perjalanan tersebut dilakukan lima bulan kemudian yaitu 11-16 Oktober 2009 dengan empat tahap pembayaran. Seluruh peserta melakukan pembayaran dengan lancar sesuai jadual setiap bulannya melalui nomor rekening BCA yang bersangkutan untuk diteruskan kepada Blue Dragon.
Selain pembayaran untuk paket 5 hari 4 malam di BD, Monita juga menawarkan untuk membelikan tiket pesawat Denpasar-labuan Bajo pp; Jakarta-Denpasar pp; serta akomodasi selama di Bali dan Labuanh Bajo. Yang disambut baik oleh teman-teman. Semua melunasi seluruh pembayaran kepada Monita.
Selama lima bulan, para peserta menanti dan membayangkan perjalanan trip tersebut dengan antusias. Tak ada insiden yang mencurigakan. Hanya "insiden2 kecil", seperti, tak pernah ada tanda terima uang dari yang bersangkutan, namun kami selalu memberitakan setiap pengiriman uang lengkap dengan bukti transfer via BCA- sehingga kita pikir "ah aman lah, sama teman ini", permintaan informasi mengenai itinerary tidak digubris. Dalam pandangan saya secara pribadi, pengaturan trip berjalan tidak sesuai prosedur yang biasa kami lakukan dengan kawan2 diver bila kami merencana trip bersama. Sehingga saya pribadi memutuskan mengatur hotel, tiket pesawat dan detail lainnya secara mandiri. Namun sungguh, dugaan bahwa kami sedang dijaring dalam upaya penipuan terencana, tidak pernah terlewat dalam pikiran kami. Absurd. Bahwa Monita, yang kami kenal mampu melakukan perbuatan penipuan, sungguh tidak masuk akal. Beberapa mengenal Monita sejak tahun 2006 dan ybs dikenal gemar meng-organized trip ke Ambon dan Raja Ampat, nyaris tanpa insiden.
Singkatnya, pada hari H kami berkumpul (setelah 5 bulan penuh antisipasi, berikut sulitnya mengatur jadual cuti dari kantor masing2). Kami terbang dari berbagai daerah asal, Jakarta, Surabaya, Semarang, Makassar, Kuala Lumpur dan berkumpul Bali, pada tanggal 9 Oktober. Rencananya, pada tanggal 10 October kami akan bertolak ke Labuan Bajo bersama-sama. Saya, Tono, Ratih, kebetulan tiba lebih awal di Denpasar. Aboy, Meis, Veni, Irine, Steven, Reko dan Dida tiba pada hari yang sama dengan pesawat lebih malam. Sedangkan Mimin, Hani dan Baim terbang sore hari (dengan tiket yang dibelikan oleh Monita).
Tak ada kecurigaan. Tak ada prasangka buruk. Sampai pukul 15,00 tanggl 9 Oktober, kurang dari 24 jam sebelum keberangkatan kami menerima kabar, teman2 yang hendak terbang ke Bali terlantar di bandara Cengkareng Jakarta. Mereka tidak menemukan nama2 mereka dalam daftar pemesanan tiket. Alias Monita tak pernah membelikan tiket teman2 dari Jakarta ke Denpasar. Kecurigaan salah satu teman membuat dia menelpon langsung pihak Blue Dragon di Bali dan mendapat kabar mengejutkan "Trip atas pesanan Ibu Monita telah kami cancelled 2 hari lalu, karena uang pelunasan tidak pernah dilakukan," . Seperti disambar geledek, kami bertiga-Tono/ Ratih/Yayu, bergegas menghubungi pihak BD. Dari pihak BD kami mengetahui hanya uang down payment sebesar 16,5 juta saja yg telah dibayarkan Monita selama 2 tahap. Sisa 70% uang kontrak utk trip tsb tidak pernah dibayarkan. Begitupun uang tiket Denpasar-Bajo pp. Kurang lebihnya Monita membawa lari sekitar 80 juta rupiah uang kami. Tak ada alasan masuk akal dari kekacauan pengaturan trip ini selain, Monita membawa lari uang dan menggelapkan uang. Bila ybs memiliki niat baik, uang tersebut semestinya diteruskan pada pihak BD sesuai perjanjian kontrak sewa meyewa tepat waktu.
Sekalipun demikian kami masih punya kesempatan utk melanjutkan trip tsb karena kapal 7 kabin milik BD masih available yang akhirnya kami putuskan untuk tetap meneruskan rencana perjalanan Komodo dan membayar ulang sisa uang sewa kapal tersebut. Kerugian immaterial yang kami derita lebih dari jumlah nominal uang kami yang hilang. Kami berhasil mengatur perjalanan yg kemudian ditempuh dengan berbagai rintangan. Seperti tidak tersedianya tiket pesawat Denpasar-Bajo mengingat padatnya rute tsb. Teman2 harus mengeluarkan lebih banyak uang dan energi terbang dari Denpasar menuju Bima, berkendaraan dg mobil 4-5 jam menuju Sape, bermalam di atas perahu kayu dan berlayar 5 jam dari Sape menuju Gili Lawa di daerah perairan Pulau Komodo. Begitu pun, rute kembali, berlayar 30 jam dengan kapal PELNI dari Labuan Bajo menuju Benoa, Bali .
Kami akan melaporkan Monita secara resmi ke kepolisian Atas semua perbuatanya yang telah dilakukannya.