Tak Semua Orang Tahu, Betapa Berharganya ...

Buat penongkrong sekretariat yang mau bagi-bagi kabar, undangan nongkrong, para tua-tua ngomong, atau kabar-kabar umum lainnya.
Post Reply
User avatar
Gejor
astacala.org addict
Posts: 529
Joined: Wed Mar 30, 2005 5:10 pm
Location: Jakarta
Contact:

Tak Semua Orang Tahu, Betapa Berharganya ...

Post by Gejor »

Kongres pecinta alam Se-Jawa Barat II baru saja selesai dilaksanakan. Sekretaris jenderal baru pun sudah terpilih untuk menjalankan tugas yang telah diamanatkan kongres selama dua tahun ke depan. Setelah berpamitan dengan semua peserta, satu persatu para peserta tersebut meninggalkan area Bumi Perkemahan Batu Kuda Manglayang yang dijadikan sebagai tempat berlangsungnya Kongres. Begitu pula dengan saya, delegasi dari Astacala.

Hari telah beranjak senja. Untuk turun ke jalan raya dari bumi perkemahan ini dibutuhkan waktu sekitar satu jam jalan kaki. Tanpa menunggu lama, saya menaiki angkutan kota menuju Bundaran Cibiru. Karena perut sudah keroncongan minta diisi, saya pun mampir dulu ke sebuah warung makan di dekat Bundaran Cibiru itu untuk memenuhi perut yang dari tadi siang belum diisi.

Selesai makan, angkot jurusan Cibiru - Cicadas sudah menunggu dan siap berangkat. Waktu itu angkot penuh sehingga tas ransel yang saya bawa diletakkan diatas angkot supaya tidak membuat sesak di dalam. Angkot pun berjalan tanpa ada firasat apa pun dari saya. Sejenak angkot tersebut mengisi bahan bakar dulu di pom bensin yang tak jauh dari Bundaran Cibiru. Kemudian, barulah angkot tersebut tancap gas tanpa menaikkan penumpang lagi di jalan karena kondisinya yang penuh. Beberapa puluh menit berjalan, tiba-tiba saja dari samping kanan angkot, seorang supir angkot lain memberi tahu bahwa ada barang yang jatuh di belakang.

Saya tersentak kaget. Tas ransel saya sudah tak ada lagi di atap angkot. Tanpa pikir panjang, saya langsung turun dan lari mengejar tas yang telah jatuh. Sekitar seratus meter berlari, tidak ditemukan apa-apa. Bahkan setiap angkot atau motor yang lewat saya stop dan tanyai, tapi tidak satu pun dari mereka melihat tas ransel yang saya maksud.

Saat itu, kebetulan ada tukang ojek yang sedang nongkrong menunggu penumpang. Saya langsung saja meminta tukang ojek tersebut untuk membawa saya menyusuri jalan raya yang saya lewati tadi walaupun harus melawan arah. Karena menurut perkiraan, terlambat sedikit saja pasti tas tersebut sudah diambil orang. Dan saya tidak mau kehilangan sesutu yang bagi saya sangat berharga. Ya, bendera Astacala dan stempel organisasi ada di dalam tas ransel tersebut. Itu merupakan sesuatu yang berharga yang harus saya cari sampai dapat.

Sambil menyusuri jalan raya, saya tak henti-hentinya berdoa kalau saja tas saya ditemukan oleh orang lain semoga orang tersebut berbaik hati untuk mengembalikan tas beserta isinya. Saya masih punya sedikit harapan karena di dalam tas tersebut ada alamat Astacala. Juga tak henti-hentinya saya bertanya dan meninggalkan alamat sekretariat pada setiap orang yang saya temui dan tukang warung yang masih buka di sepanjang jalan.

Akhirnya, sampai di Cibiru tempat saya naik angkot sebelumnya, tas tersebut belum juga ditemukan. Akhirnya saya menyusuri lagi jalan raya kembali menuju pangkalan ojek tempat saya naik. "Tos aya anu nyandak panginten Sep. Emangna aya anu berharga? (Sudah ada yang ngambil mungkin Sep. Memangnya ada yang berharga?)", tanya si Mamang Tukang Ojek dalam bahasa Sunda. "Aya mang. Nya eta bendera sareng stempel organisasi (Ada Mang, yaitu bendera sama stempel Organisasi)". Mendengar itu Si Mamang bersikap biasa saja tidak seperti tadi seperti sebelumnya. "Ooo, parukan Mamang mah aya artos atawa barang berharga anu sanes. Upami bendera mah kan tiasa meser deui atawa ngadambel (Ooo, Mamang kira ada duitnya atau barang berharga lainnya. Kalau bendera kan bisa beli atau buat lagi)". Mungkin Si Mamang tidak tahu atau tidak mengerti kenapa saya tetap mencari tas itu. Baginya bendera itu bisa dibuat lagi dengan mudah. Setelah saya jelaskan, Si Mamang hanya manggut-manggut saja, entah mengerti atau tidak.

Pencarian pun terhenti sejenak karena semua daerah yang memungkinkan sudah saya telusuri. Bahkan setiap orang yang nongkrong di beberapa tempat pun sudah dihubungi tapi tidak ada tanda-tanda yang mengarah objek pencarian. Setengah putus asa, saya pun pamitan pada Si Mamang tukang ojek setelah membayar ongkos ojeknya.

Tapi pencarian saya tidak berhenti. Karena sepertinya saya butuh bantuan, maka saya pun menelpon Achmad Fauzi "Otong" (A-037-API) untuk membantu mencari, tapi sayang telponnya tidak bisa dihubungi. Kemudian saya pun menelepon ke Sekretariat Astacala. Di ujung telepon, terdengar suara samar-samar. Karena dalam kondisi sedikit panik, saya tidak bisa mengenalinya? "Ini siapa nih?" tanya saya. Ternyata itu adalah suara Purnomo Sidiq "Gapung" (A-025-H). "Ini Ulil ya? Udah... Cepetan balik ke sekre. Tas lu udah ada di sekre".

Sedikit tidak percaya, saya pun bertanya balik. "Ah... Yang bener lu Pung?". "Iya. Tadi ada dua orang ke sekre, namanya Harry nganterin ke sini. Tas lu jatuh di sekitar Gede Bage katanya". Alhamdulilah. Akhirnya doa saya terkabul. "Selamet... Selamet... Alhamdulillah...".

Setelah itu telepon di wartel tepian jalan itu pun saya tutup. Kemudian tangan saya merogoh kantong yang ternyata masih ada rokok ardath yang hanya tinggal sebatang, tapi nikmatnya minta ampun. Nikmaaaaaaaatttttt banget!!! Asli... Nikmat buanget blur. Sampai sekarang saya masih merasakan nikmatnya rokok ardath itu.

Setelah sampai di sekretariat, tak lupa besoknya saya menelepon kang Harry yang sudah berbaik hati sudah menyelamatkan semuanya. Terima kasih. Semoga keteledoran dan ketololan saya ini tidak terulang lagi. Cukup sekali saja. []

Tulisan oleh Ulman Noviadi
Diambil dari Buletin Bivak Edisi Agustus - September 2002
Gepeng
astacala.org maniac
Posts: 177
Joined: Wed May 24, 2006 8:17 am

Re: Tak Semua Orang Tahu, Betapa Berharganya ...

Post by Gepeng »

welcometothejungle.....

sangat menegangkan bro.....mengharukan...mendebarkan....arti sebuah tanggungjawab!!! mantap!!!

viva ASTACALA!!!
honje26
Post Reply