Harta Karun untuk Semua (Esai Peduli Lingkungan)

Opini, liputan, laporan kegiatan lingkungan.
Post Reply
User avatar
Gejor
astacala.org addict
Posts: 529
Joined: Wed Mar 30, 2005 5:10 pm
Location: Jakarta
Contact:

Harta Karun untuk Semua (Esai Peduli Lingkungan)

Post by Gejor »

Aloha...

Ini ada artikel bagus dapat dari salah satu milisku. Kucopy paste aja yah...
Semoga bermanfaat dan bisa kita amalkan...


:great:


Oleh: Dewi Lestari

> Hari ini kiriman buku yang saya pesan dari
> Amazon.com datang. Ada satu buku yang langsung saya
> sambar dan baca seketika. Judulnya: "Stuff - The
> Secret Lives of Everyday Things". Buku itu tipis,
> hanya 86 halaman, tapi informasi di dalamnya
> bercerita tentang perjalanan ribuan mil dari mana
> barang-barang kita berasal dan ke mana barang-barang
> kita berakhir.
>
> Dimulai sejak SD, saat saya pertama kali tahu bahwa
> plastik memakan waktu ratusan tahun untuk musnah,
> saya sering merenung: orang gila mana yang mencipta
> sesuatu yang tak musnah ratusan tahun tapi masa
> penggunaannya hanya dalam skala jam-bahkan detik?
> Bungkus permen yang hanya bertahan sepuluh detik di
> tangan, lalu masuk tong sampah, ditimbun di tanah
> dan baru hancur setelah si pemakan permen menjadi
> fosil.
>
> Sukar membayangkan apa jadinya hidup ini tanpa
> plastik, tanpa cat, tanpa deterjen, tanpa karet,
> tanpa mesin, tanpa bensin, tanpa fashion. Dan
> sebagai konsumen dalam sistem perdagangan modern,
> sejak kita lahir rantai pengetahuan tentang awal dan
> akhir dari segala sesuatu yang kita konsumsi telah
> diputus. Kita tidak tahu dan tidak dilatih untuk mau
> tahu ke mana kemasan styrofoam yang membungkus nasi
> rames kita pergi, berapa banyak pohon yang ditebang
> untuk koran yang kita baca setengah jam saja, beban
> polutan yang diemban baju-baju semusim yang kita
> beli membabi-buta.
>
> Untuk aktivitas harian yang kita lewatkan tanpa
> berpikir, yang terasa wajar-wajar saja, pernahkah
> kita berhitung bahwa untuk hidup 24 jam kita bisa
> menghabiskan sumber daya Bumi ini berkali-kali lipat
> berat tubuh kita sendiri?
>
> Untuk menyiram 200 cc air kencing, kita memakai 3
> liter air. Untuk
> mencuci secangkir kopi, kita butuh air sebaskom.
> Untuk memproduksi satu lapis daging burger yang
> mengenyangkan perut setengah hari dibutuhkan sekitar
> 2,400 liter air. Produksi satu set PC seberat 24 kg
> yang parkir di atas meja kerja kita menghasilkan 62
> kg limbah, memakai 27,594 liter air, dan mengonsumsi
> listrik 2,300 kwh. Bagaimana dengan chip kecil yang
> bekerja di dalamnya? Limbah yang dihasilkan untuk
> memproduksinya 4,500
> kali lipat lebih berat daripada berat chip itu
> sendiri.
>
> Mengetahui mata rantai tersembunyi ini bisa
> menimbulkan berbagai reaksi. Kita bisa frustrasi
> karena terjepit dalam ketergantungan gayahidup yang
> tak bisa dikompromi, kita bisa juga semakin apatis
> karena tidak mau pusing. Yang jelas, sesungguhnya
> ini adalah pengetahuan yang sudah saatnya dibuka.
> Pelajaran Ilmu Alam, selain belajar penampang daun
> dan membedah jantung katak, dapat dibuat lebih
> empiris dengan mempelajari hulu dan hilir dari
> benda-benda yang kita konsumsi, sehingga tanggung
> jawab akan alam ini telah disosialisasikan sejak
> kecil.
>
> Pernahkah kita merenung, saat kita memasuki gedung
> FO empat lantai,
> Pasar Baru, atau berjalan-jalan ke Gasibu pada hari
> Minggu di mana ada lautan PKL: tidakkah semua baju
> dan barang-barang itu mampu memenuhi kecukupan
> penduduk satu kota? Tapi kenapa barang-barang ini
> tidak ada habisnya diproduksi? Setiap hari selalu
> ada jubelan pakaian baru yang menggelontori pasar.
> Pernahkah kita merenung, saat kita memasuki
> hypermarket dan melihat ratusan macam biskuit,
> ratusan varian mie instan, dan ratusan merk sabun:
> haruskah kita memiliki pilihan sebanyak itu?
>
> Pernahkah kita merenung, apa yang kita inginkan
> sesungguhnya jauh melebihi apa yang kita butuhkan?
>
> Atas nama kecukupan, satu manusia bisa hidup dengan
> limapasang baju dalam setahun, bahkan lebih. Atas
> nama fashion, jumlah itu menjadi tidak berbatas.
> Atas nama kebutuhan, satu manusia bisa hidup dengan
> beberapa pilihan panganan dalam sehari. Atas nama
> selera dan nafsu, seisi Bumi tidak akan sanggup
> memenuhi keinginan satu manusia.
>
> Permasalahan ini memang bisa dilihat dari berbagai
> kaca mata. Seorang ekonom mungkin akan menyalahkan
> sistem kapitalisme dan globalisasi. Seorang
> sosialis akan mengatakan ini masalah distribusi dan
> pemerataan. Tapi jika kita runut, satu demi satu,
> bahwa Bumi adalah kumpulan negara, negara adalah
> kumpulan kelompok, dan kelompok adalah kumpulan
> individu,
> permasalahan ini akan kembali ke pangkuan kita. Dan
> kesadaran serta kemauan kitalah yang pada akhirnya
> akan memungkinkan sebuah perubahan sejati.
>
> Belum pernah dalam sejarah kemanusiaan keputusan
> harian kita menjadi sangat menentukan. Tidak perlu
> menunggu Amerika menyepakati protocol Kyoto, tidak
> perlu juga menunggu penjarah hutan tertangkap,
> setiap langkah kita-memilih merk, kuantitas, tempat,
> gaya hidup-adalah pilihan politis dan ekologis yang
> menentukan masa depan seisi Bumi.
>
> Saya belum bisa mengorbankan komputer karena itulah
> instrumen saya bekerja, tapi saya bisa lebih awas
> dengan jam penggunaan dan mematikannya jika tidak
> perlu. Saya belum bisa mengorbankan kebutuhan akan
> informasi, tapi saya bisa memilih membaca berita
> lewat internet atau membaca koran di tempat publik
> ketimbang berlangganan langsung.
>
> Bagaimana dengan fashion?
> Di dunia citra ini, dengan profesi yang mengharuskan
> banyak tampil di muka publik, saya pun belum bisa
> mengorbankan keperluan fashion (baca: membeli busana
> lebih sering dari yang dibutuhkan), tapi saya bisa
> membuat komitmen dengan lemari pakaian, yakni baju
> yang saya miliki tidak boleh melebihi kapasitas
> lemari saya. Jika lebih, maka harus ada yang keluar.
> Dan setiap beberapa bulan saya dihadapkan pada
> kenyataan bahwa ada baju yang tidak saya pakai
> setahun lebih atau baju yang cuma sekali dipakai dan
> tak pernah lagi. Bukan cuma baju, ada juga buku,
> pernik rumah, alat dapur, bahkan sabun dan sampo
> yang utuh tak disentuh.
>
> Alhasil, dalam rumah saya ada semacam peti-peti
> 'harta karun', yang berisikan barang-barang yang
> harus keluar dari peredaran, karena jika
> dipertahankan hanya menjadi kelebihan tanpa lagi
> unsur manfaat. Harta karun ini lantas harus
> dicarikan lagi outlet untuk penyaluran.
>
> Pada waktu perayaan 17 Agustus, di kompleks saya
> diselenggarakan bazaar. Para warga menyewa stand
> untuk berjualan. Saya ikut berpartisipasi, dan
> sayalah satu-satunya penjual barang bekas di antara
> penjual barang-baru baru. Karena bukan demi cari
> untung, barang-barang itu saya lepas dengan
> harga sangat murah. Yang membeli bukan cuma warga
> kompleks, tapi juga dari kampung sekitar. Hari
> pertama, saya sudah kehabisan dagangan. Terpaksa
> saya mengontak saudara-saudara saya yang barangkali
> juga punya barang bekas untuk disalurkan. Sama
> dengan saya, mereka pun punya timbunan harta karun
> yang entah harus diapakan. Stand saya menjadi salah
> satu stand paling laris selama bazaar berlangsung.
> Dan kakak saya terkaget-kaget dengan penghasilan
> yang ia dapat dari tumpukan barang yang sudah
> dianggap sampah.
>
> Berjualan di bazaar tentu bukan satu-satunya jalan,
> ada aneka cara
> kreatif lain untuk memanfaatkan harta karun kita,
> termasuk juga
> disumbangkan. Namun yang lebih sukar adalah memulai
> membuat
> komitmen-komitmen pembatasan diri. Berkomitmen
> dengan rak buku, dengan lemari pakaian, dengan rak
> kamar mandi, dengan laci dapur, dan pada intinya...
> dengan diri sendiri. Siapkah kita menentukan batasan
> dan berjalan dalam koridor itu?
>
> Dan, yang lebih susah lagi, adalah pengendalian diri
> dari awal bersua aneka pilihan yang membombardir
> kita setiap hari, lalu sadar dan mawas akan rantai
> sebab-akibat yang menyertai pilihan kita. Membuka
> diri untuk info dan pengetahuan ekologi adalah salah
> satu cara pembekalan yang baik. Walaupun sekilas
> tampak merepotkan dan bikin frustrasi, tapi kantong
> kresek yang kita buang tadi pagi tidak akan hilang
> oleh sihir, dan hamburger yang kita makan tidak
> dipetik dari pohon. Rantai yang menyertai
> barang-barang itu tidak akan hilang hanya karena
> kita menolak tahu.
>
> Banyak orang yang berkomentar pada saya, "Aduh, Wi.
> Kamu bikin hidup tambah susah saja." Dan mereka
> benar. Hidup ini tak mudah. Untuk itu kita justru
> harus belajar menghargai setiap jengkalnya. Memilih
> hidup yang lebih sederhana, hidup dengan tempo yang
> lebih pelan, hidup dengan pengasahan kesadaran, tak
> hanya membantu kita lebih eling dan terkendali, tapi
> juga membantu Bumi ini dan jutaan manusia yang
> dijadikan alas kaki oleh industri demi pemenuhan
> nafsu konsumsi kita sendiri.
>
> Lingkaran *****?
> Ya. Tapi tidak berarti kita tak sanggup
> berubah.Selama ini kita adalah pembeli yang berlari.
> Dalam kecepatan tinggi kita bertransaksi, sabet sana
> sabet sini, tanpa tahu lagi apa yang
> sesungguhnya kita cari.
>
> Berhentilah sejenak. Marilah kita berjalan. ***
User avatar
Sapi
astacala.org maniac
Posts: 212
Joined: Tue Jun 27, 2006 9:31 pm
Location: Ciledug
Contact:

Post by Sapi »

:malu:
seharusnya ini selalu masuk dalam iklan iklan televisi nasional dan swasta negri kita, buku yang sangat bagus...
:great: nice post
User avatar
Sapi
astacala.org maniac
Posts: 212
Joined: Tue Jun 27, 2006 9:31 pm
Location: Ciledug
Contact:

Post by Sapi »

Manfaat kopi

Kopi tidak hanya berguna untuk 'membangunkan' kita di pagi hari atau mengganjel mata waktu kita masih harus ngendon di kantor sore-sore. Ada dua fungsi kopi yang sudah saya buktikan sendiri.

Pertama, ampas kopi bermanfaat sebagai pupuk tanaman pot. Jadi untuk yang sering minum kopi (bukan nescafe yang non-ampas), ampas kopi jangan dibuang. Ampas kopi tinggal ditaburkan ke atas permukaan tanah untuk tanaman pot. Pupuk yang hemat dan ramah lingkungan. (Catatan: tidak disarankan untuk menggunakan pupuk kopi untuk tanaman anggrek atau kaktus).

Kedua, bubuk kopi bisa digunakan untuk pertolongan pertama luka pada hewan. Kalau hewan kesayangan (mamalia) anda terluka, taburkan bubuk kopi pada luka tersebut. Kopi akan mempercepat proses pengeringan luka luar pada hewan, dan tidak akan berbahaya bila terjilat oleh hewan tersebut (iodine bisa berbahaya bila terjilat oleh hewan). Tentu saja bila luka yang diderita sangat dalam dan parah, hewan harus dibawa ke dokter.

sumber:
http://bla3x.blogspot.com/2005/09/manfaat-kopi.html
Post Reply