Diskusi Soal Alat-alat Fotografi Yuk...

Jepret... Jepret... Jepret... Hunting woy...!!!
Post Reply
Jimbo
astacala.org addict
Posts: 555
Joined: Sun Sep 25, 2005 9:25 am
Location: Ciledug-TGR
Contact:

Diskusi Soal Alat-alat Fotografi Yuk...

Post by Jimbo »

Dengan semakin cepatnya perkembangan teknologi perkameraan, kita sepertinya akan selalu ketinggalan jika tidak memahami betul-betul apa kelebihan dan kekuran dari perkembangan teknologi itu. Saya mengajak teman-teman di astacala untuk berdiskusi tentang alat fotografi dengan harapan kita tidak hanya sebagai penikmat kemajuan teknologi.

makanya, akan selalu ada pertanyaan yang sering muncul di forum diskusi, seperti: apa beda kamera ini dengan kamera itu misalnya. akan ada juga yang secara membabi buta membangga-banggakan kamera yg ia punya sebagai kamera lebih baik dibanding kamera lainnya. toh ketika ditanya lebih jauh akan kelebihannya, mereka cuma bisa menjawab sekenanya sj.

contoh kasus, seperti perang dingin antara Nikon dan Canon.

Adalah baiknya kita diskusikan di sini, secara objektif dan didukung oleh semangat untuk mencari pengetahuan.

Sebagai pembuka, saya kasih pertanyaan2 berikut:

1. Apa beda antara kamera analog dan kamera digital?
2. Apa perbedaan yang paling signifikan antara Canon dan Nikon?
3. Apa beda kamera full frame dan kamera DX?
4. Kenapa lensa canon yang bergelang merah lebih mahal dari yg bergelang putih?
5. Kenapada lensa nikon 70-300mm lebih mahal dari lensa nikon 55-300mm?

he..he...

ayo, yg mau mulai menjawab.

Salam

NB: peserta sekolah fotografi dan jurnalistik harap masuk.....
User avatar
Jaymie
astacala.org freak
Posts: 269
Joined: Sun Jul 01, 2007 4:27 pm
Location: Jakarta Rocking City
Contact:

Re: Diskusi Soal Alat-alat Fotografi Yuk...

Post by Jaymie »

Tadi lagi baca2 eh nemu tulisan menarik
semoga bisa memberikan gambaran awal sebelum masuk lebih dalam

Kelas Pengguna Kamera
Semua merk kamera D-SLR membagi konsumen mereka di kelas-kelas pengguna kamera. Pembagian kelas ini juga menentukan, harga yang mereka pasang untuk produk mereka di masing-masing kelas. Para produsen kamera biasanya membagi konsumen mereka menjadi beberapa kelompok:
- Entry level
- Hobby
- Semi Professional
- Professional

Profesional adalah wartawan foto yang setiap hari dipanggil tugas untuk meliput dalam kondisi apapun, panas, hujan, badai pasir, di lapangan olah raga, atau bahkan di medan perang. Profesional adalah fotografer komersil yang melakukan pemotretan hampir setiap hari. Profesional adalah mereka yang akan memakai kamera mereka hingga limitnya.

Kamera untuk pengguna ini didesain dengan ketahanan yang kuat dan tingkat kehandalan yang tinggi. Biasanya body-nya terbuat dari campuran metal, dengan tingkat kerapatan karet pelindung yang tinggi, sehingga dikatakan weather-proof. Bisa dipakai dibawah hujan, walaupun tidak dikatakan water-proof. Fasilitas dan fitur-fiturnya dibuat amat beragam dengan akses terhadap fitur tersebut dibuat lebih mudah (diberi banyak sekali tombol akses untuk fasilitas). Fiturnya pun banyak yang bisa diatur sendiri, sehingga fotografer bisa memiliki banyak sekali pilihan untuk bekerja.

Semi-profesional adalah orang-orang yang memakai kamera mereka untuk mencari uang, akan tetapi tidak membutuhkan ketahanan kamera seperti mereka yang profesional. Fasilitas, kehandalan, dan ketahanan kamera mereka tidaklah perlu sekuat kamera profesional. Semi-profesional adalah fotografer pernikahan yang lebih banyak memakai kamera mereka pada akhir pekan.

Hobby adalah orang-orang yang memakai kamera mereka untuk hobby mereka. Kamera dipakai untuk bersenang-senang dan melepas penat pekerjaan utama mereka. Kamera dipakai sekali-sekali atau mungkin tiap akhir pekan bersama teman-teman mereka.

Sedangkan Entry Level adalah orang-orang yang baru saja 'kenal' dengan kamera. Entry level, seperti namanya, adalah tingkatan pemakai kamera yang baru 'masuk' ke dunia kamera. Hal ini dikarenakan harga kamera di kelas ini adalah harga yang paling murah dibanding kelas-kelas yang lain.

Kamera untuk pengguna Entry Level biasanya diberikan yang dasar saja (dan beberapa fitur "penarik" untuk tujuan marketing). Body kameranya dibuat dari plastik, dengan ketahanan dan kehandalan yang dibuat cukup untuk pengguna level ini. Fasilitas dan fitur-fiturnya kebanyakan "disembunyikan" di dalam menu, sehingga untuk mengaksesnya harus melalui menu terlebih dahulu. Kamera di kelas ini tetap memiliki karet seal, akan tetapi tidak serapat kelas-kelas di atasnya. Sehingga kamera ini tidak bisa disebut weather-proof, walaupun ada beberapa temen yang tetap berani pakai kamera ini walaupun sedang hujan.

Di antara kedua ujung spektrum pengguna Entry Level dan Professional, ada pengguna Hobby dan Semi-Profesional. Fasilitas, ketahanan body, serta desain dasarnya jelas berada diantara kamera kelas Profesional dan kamera kelas Entry Level. Pada rentang antara ini, model kamera yang ditawarkan amat beragam dengan fasilitas dan fitur yang juga amat beragam. Batasan antara kamera Hobby dan kamera Semi-Profesional amatlah kabur dan mengundang perdebatan.

Harap diingat bahwa produsen kamera tidak pernah secara eksplisit menyatakan bahwa mereka mengelompokan konsumen mereka dalam kelompok-kelompok itu saja dengan 4 jenis kamera yang berbeda-beda dalam suatu waktu. Mereka bisa saja memiliki lebih dari 4 (empat) produk dengan tingkat fasilitas dan fitur yang berbeda-beda. Semakin banyak pilihan, tentunya semakin banyak kemungkinan seorang pembeli bisa memilih yang lebih sesuai dengan kebutuhan (dan kantong) mereka.

Kebanyakan dari anda, yang membaca tulisan ini, jatuh di katagori Entry Level atau Hobby. Mungkin, dengan kekuatan uang anda, anda bisa mengatakan kalau anda bisa memakai kamera Semi-Profesional atau bahkan kamera Profesional. Bisa saja, dan tentu saja sah-sah saja kalau anda berencana membeli kamera yang terbaik dengan uang anda. Tulisan ini hanya memberikan pedoman dasar, pasar kamera D-SLR seperti apa. Selanjutnya, keputusannya tetap terserah anda.

Merk

Sekarang ini, di pasaran D-SLR, hanya ada 2 (dua) merk yang menguasai pasar kamera D-SLR 35mm. Keduanya adalah Nikon dan Canon. Mereka berdua menguasai hampir 85% pangsa pasar kamera D-SLR. Menurut data 2007, yang saya ambil dari laporan di site ini, Canon berhasil menjual 3.18 juta unit kamera D-SLR, sedangkan Nikon berhasil menjual 2.98 juta unit kamera. Angka-angka tersebut merupakan 42.7% untuk Canon dan 40% untuk Nikon dari total unit penjualan kamera D-SLR di tahun 2007. Di tahun 2006, Canon mendapat 46.7% sedangkan Nikon mendapat 33%.

Image
2007 D-SLR Market Share

Patut dicatat , angka-angka itu tidak mencerminkan total pemasukan (revenue) untuk perusahaan (dalam Dollar ataupun Yen bahkan Rupiah), dan juga tidak mencerminkan total unit penjualan semua kamera (compact dan D-SLR).

Tentu saja, selain Nikon dan Canon, juga terdapat merk-merk lain yang juga memiliki kamera D-SLR yang cukup bagus. Mereka adalah Olympus, Sony, Pentax, dan Sigma. Dalam hal Sony, mereka mulai masuk pasar D-SLR setelah mereka membeli teknologi D-SLR yang dimiliki oleh Konica-Minolta yang bangkrut, tidak kuat bersaing di pasar D-SLR. Jadi, kamera sony dapat memakai lensa-lensa auto-focus milik Minolta. Sony juga memasok sensor untuk beberapa model kamera D-SLR Nikon

Agama

Loh? Kok agama dibawa-bawa di sini?

Begitu anda memilih salah satu merk kamera, berarti anda sudah memilih sebuah paket sistem kamera. Berarti anda sudah memilih lensanya, memilih aksesorisnya, lengkap beserta komunitasnya. Fanatisme pengguna kamera di dunia terkadang bisa disamakan dengan fanatisme pemeluk agama.

Salah satu teman dosen fotografi saya pernah bercanda sama mahasiswa barunya, "Eh, agama kamu apaan?"
Lalu, mahasiswa baru ini sambil kebingungan menjawab ragu-ragu, "Eee... saya Kristen pak."
Teman saya ini menjawab, "Wah, salah. Di sini, cuma ada agama Nikon, Canon, Olympus dan Sony. Agama kamu apaan?"

Saya sendiri pemakai Nikon. Saya tidak pernah mengatakan (dengan serius) bahwa Canon memiliki produk yang jelek. Saya memakai Nikon karena saya memang sudah sejak awal (pada jaman kamera film) sudah memakai kamera Nikon. Jadi, saya memang sudah terbiasa dan nyaman dengan Nikon. Memang saya sudah bercanda dengan teman-teman, dan menjelekkan merk teman saya yang berbeda dengan Nikon. Tapi itu hanya sebatas bercanda. Saya percaya penuh, Canon memiliki produk yang bagus juga. Hanya saja, saya lebih menyukai Nikon. Itu sama saja seperti saya mengatakan saya lebih menyukai sate ayam ketimbang soto.

Ketika memilih merk kamera, saya lebih menyarankan untuk menyamai merk kamera yang sudah dipakai oleh teman-teman dekat anda. Dengan memilih merk kamera yang sudah dipakai teman-teman dekat anda, koleksi alat anda (lensa dan flash) menjadi lebih beragam ketika anda bersama teman-teman anda hunting foto bersama. Anda bisa tukar-tukaran lensa.

Kecuali kalau anda berprinsip "Asal Beda". Kalau prinsip anda, harus beda dengan teman anda, ya berarti pilihan anda sudah jelas bukan?



Teknologi
Dengan tingkat persaingan merk kamera yang seketat ini, bisa dikatakan, kamera terbaru yang dipasarkan oleh sebuah produsen kamera dapat dipastikan memiliki teknologi yang paling baru yang dimiliki oleh produsen tersebut. Kamera baru, artinya, teknologi baru. Setiap produsen pasti berlomba-lomba untuk memberikan kamera yang memiliki teknologi tertinggi yang dapat diberikan produsen tersebut pada kelas kamera yang bersangkutan.

Walaupun kebanyakan dari konsumen kamera adalah merupakan konsumen yang loyal terhadap sebuah merk kamera, kalau merk tersebut sudah terlalu lama tidak mengeluarkan model terbaru (dengan kata lain, tidak melakukan pengembangan teknologi), konsumen mereka ini bisa-bisa "ganti agama", pindah merk. Kalau terlalu banyak yang pindah agama seperti itu, tidak peduli seberapa besar merk tersebut, merk tersebut bisa-bisa colaps atau bahkan, bangkrut (Contohnya Minolta, Konica, Kyocera).

Kita sebagai konsumen tinggal tenang-tenang saja. Dengan persaingan yang amat ketat itu, dapat dipastikan produsen kamera akan mengeluarkan produk kamera yang berteknologi tinggi dengan harga semurah mungkin yang mereka bisa berikan. Nasib dan kelangsungan hidup dari perusahaan-perusahaan kamera itu amat bergantung pada kamera yang mereka produksi dan pasarkan. Jadi, pastilah mereka memastikan bahwa kamera-kamera yang mereka pasarkan akan memiliki teknologi terbaru yang dapat memenuhi kebutuhan anda.

Dengan persaingan yang amat ketat itu, juga dapat dipastikan bahwa semua kamera yang anda beli pasti tidak akan mengecewakan. Semua model, semua tipe, semua merk kamera D-SLR yang ada di pasaran sekarang, pasti bisa membantu anda membuat foto yang bagus. Sekarang, pertanyaannya tinggal, bagaimana anda memakai alat itu, kamera itu, untuk membuat sebuah foto yang bagus. Tidak ada orang yang pernah bertanya pada pelukis, "Lukisan itu dibuat pakai kuas dan cat merk apa?"

Jadi, carilah kamera yang paling baru yang paling mungkin untuk kelas penggunaan anda dan kantong anda.



Feel

Anda mungkin dapat melakukan banyak riset terhadap fitur-fitur kamera yang ada di pasaran sekarang ini. Anda mungkin membaca majalah, artikel internet, forum-forum diskusi, atau mailing-list. Bisa dikatakan, semua data tertulis bisa anda dapatkan dengan mudah.

Setelah anda melakukan itu semua, saya amat sarankan agar anda tetap mencoba memegang kamera yang anda incar. Bahkan, apabila memungkinkan, anda pinjam dulu model kamera tersebut dari teman atau tempat sewa kamera. Anda pegang kameranya di toko kamera. Rasakan bagaimana handling dari kamera tersebut. Coba rasakan apakah anda nyaman dengan navigasi menu-nya. Coba potret dengan kamera tersebut, termasuk mencoba semua tombol yang ada di kamera tersebut. Tanyakan pada customer service toko kamera tersebut. Tanyakan pada teman anda.

Pada intinya, coba test-drive model kamera yang anda incar. Ada banyak sekali fitur-fitur dan fasilitas yang tidak disebutkan dalam spesifikasi yang dipublikasikan oleh produsen kamera. Berat kamera perlu anda rasakan sendiri. Apakah ukuran dari kamera tersebut pas dengan genggaman tangan anda? Tidak cukup menentukan sebuah kamera, hanya dengan membaca hasil review dan spesifikasi yang ada di majalah atau internet. Anda perlu merasakannya sendiri.

Ada teman saya yang langsung jatuh cinta pada sebuah model kamera, begitu dia mencoba kamera tersebut. Bahkan dia berusaha setengah mati mencari model kamera tersebut, ketika dia mengetahui bahwa model tersebut akan tidak diproduksi lagi karena sudah ada model yang lebih baru.



Model Kamera

Setelah mengetahui tentang kelas-kelas kamera, bagaimana mengenali dengan mudah kamera tersebut berada di kelas tersebut. Langkah pertama, tentu saja dengan melihat harganya. Lalu, selain harganya, kelas-kelas kamera bisa dilihat dari penamaan model-model kamera. Setiap produsen kamera memiliki cara penamaan tersendiri untuk membedakan kamera-kamera mereka pada di kelas yang mana.

Khusus untuk merk Nikon, kamera-kamera D-SLR mereka selalu diawali dengan huruf "D" lalu beberapa angka tergantung kelasnya. Kamera-kamera Nikon untuk:
- kelas Professional, satu digit saja, seperti D1, D1x, D1h, D2x, D2h, dan D3.
- kelas Semi-Professional, 3 digit angka, seperti D100, D200, D300 dan D700.
- kelas Hobby, 2 digit angka diatas angka 70, seperti D70, D70s, D80 dan D90.
- kelas Entry Level, 2 digit angka dibawab angka 70, seperti D40, D40x, D50 dan D60.

Untuk kamera merk Canon, jenjang perbedaan kelas-kelas kamera mereka lebih lebar. Pada awalnya, mereka juga memakai huruf "D" di awal nama model kamera mereka, diikuti dengan beberapa digit angka. Akan tetapi, kemudian mereka merubahnya dengan meletakkan huruf "D" setelah beberapa digit angka. Hal ini hanya agak berbeda dengan saingan utamanya, Nikon (Nikon juga melakukannya untuk membedakan dengan Canon). Jadi, untuk kamera-kamera Canon, pengelompokkan kelas-kelas kamera mereka sebagai berikut (dari tingkat Professional hingga Entry Level):
- 1Ds, 1Ds Mk II, 1Ds Mk III
- 1D, 1D Mk II, 1D Mk II N, 1D Mk III
- 5D, 5D Mk II
- D30, D60, 10D, 20D, 30D, 40D, 50D
- 300D, 350D, 400D, 450D
- 1000D
Canon baru saja meluncurkan 1000D, yang 'diletakkan' di bawah 450D. Sebelum ada 1000D, seri-seri 400D dan 450D adalah seri Entry Level Canon.

Sedangkan untuk Olympus, mereka menggunakan huruf E untuk kamera-kamera mereka (dari tingkat Professional hingga Entry Level):
- E-1, E-3
- E-500, E-510, E-520
- E-300, E-330
- E-400, E-410, E-420

Harga
Jelas, kalau kita sudah berpikir bahwa produsen memilah-milah konsumennya dari tingkat penggunaan kamera mereka, kita dapat memilah-milah kamera mana yang berada di kelas 'atas' atau di 'bawah'. Dengan berpatokan pada harga kamera, kita bisa melihat pada suatu titik tertentu, kamera mana yang ditujukan sebagai kamera Entry Level, dan kamera mana yang ditujukan sebagai kamera Professional.

Entry level akan memiliki harga yang paling murah dari semua model kamera yang dipasarkan oleh sebuah produsen kamera. Bahkan biasanya, kamera pada tingkatan Entry Level lebih banyak ditawarkan dalam bentuk paket body dan lensa. Kamera Profesional akan memiliki level harga yang paling tinggi. Saking tingginya, 1 (satu) unit kamera kelas Profesional, body only, bisa membeli hingga lebih dari 10 (sepuluh) buah kamera Entry Level, lengkap dengan lensa kit-nya.

Pada umumnya, kamera seri Entry Level akan dijual dikisaran harga US$ 500 hingga US$ 600 lengkap dengan lensa kit-nya. Harga ini adalah harga minimal yang perlu dibayarkan untuk "masuk" ke dunia D-SLR. Harga ini naik terus seiring dengan naiknya kelas pengguna kamera, hingga pada ujung rentang harga, terdapat kamera Professional merk Canon yang dijual dengan harga US$ 7.000, body only.

Harga-harga tersebut adalah harga kamera tipe terbaru. Apabila anda ingin harga yang lebih murah, anda bisa mencari kamera dengan tipe yang 1 (satu) model lebih awal pada kelas tersebut (tentu saja apabila stok kamera tersebut belum habis). Selain itu, untuk mencari kamera yang lebih murah, anda juga bisa mencari kamera bekas (second hand) yang banyak dijual di internet atau di toko kamera. Tentu saja, anda perlu berhati-hati ketika anda berencana membeli kamera bekas.

Ketika anda ingin membeli kamera bekas, sebaiknya anda:
- membeli pada orang yang anda benar-benar kenal (teman anda),
- bertanya pada teman yang lebih berpengalaman,
- membeli dari toko kamera yang terpercaya, atau
- membawa teman anda yang lebih pengalaman sehingga dia bisa membantu anda memeriksa kondisi kamera yang akan dijual.



Black Market
Ketika mencari-cari informasi tentang harga kamera D-SLR, anda harap berhati-hati ketika anda mencari harga yang paling murah. Beberapa toko kamera menjual kamera mereka dengan harga yang amat murah, akan tetapi tidak disertai dengan garansi resmi dari distributor Indonesia.

Membeli kamera hampir sama dengan dengan membeli handphone. Ada harga garansi resmi, dan ada juga harga "garansi toko" atau lebih dikenal dengan nama "Barang Black Market". Terkadang, toko kamera menyamarkan jenis barang ini dengan tetap menawarkan garansi, akan tetapi garansi Internasional.

Apabila anda memang ingin membeli kamera dengan garansi resmi, pastikan kamera yang anda beli memiliki garansi yang berasal dari:
- Nikon, garansi Nikon Indonesia, atau PT. Alta Nikindo
- Canon, garansi Canon Indonesia, atau PT. Datascript
- Olympus, garansi Olympus Customer Care Indonesia (OCCI)
- Sony, garansi Sony Indonesia, atau PT. Sony Indonesia

Kenapa garansi resmi penting? Karena kamera digital adalah alat elektronik yang membutuhkan ketelitian untuk memproduksinya. Dengan membeli alat elektronik yang memiliki garansi resmi, anda terbebas dari pikiran was-was ketika anda memakai alat anda. Anda juga akan mendapat banyak kemudahan dan beberapa servis cuma-cuma (atau potongan harga) apabila anda membeli kamera dengan garansi resmi. Harga jual kamera anda juga dapat lebih tinggi ketimbang kamera yang dibeli tanpa garansi resmi.

Tentu saja, anda tidak diharuskan membeli kamera dengan garansi resmi. Pilihan tetap pada anda. Akan tetapi, resiko juga tanggung sendiri. Terkadang, distributor resmi akan mempersulit (atau memahalkan) proses servis kamera anda apabila terjadi sesuatu pada kamera anda.

Saran saya, belilah kamera digital anda dengan garansi resmi. Percayalah, beda harga tersebut tidak signifikan dalam jangka waktu anda memiliki kamera tersebut.

diambil dari http://kursus.mk-photography.biz/articl ... _dslr.html

Salam - 75 -
Waktu yang berjalan, tak kan pernah kembali lagi....
Jimbo
astacala.org addict
Posts: 555
Joined: Sun Sep 25, 2005 9:25 am
Location: Ciledug-TGR
Contact:

Re: Diskusi Soal Alat-alat Fotografi Yuk...

Post by Jimbo »

hadoooohhh kl bisa jg yg beginian donk, kl menurut sampeyan menarik, menariknya dimana, apa yg menarik?

1. Apa beda kamera analog dan digital?

kl sy baca-bacai diforum FN atw sejenisnya, rata-rata yang bertanya soal ini dijawab dengan jawaban yang tidak mengena, ada yg member jawaban: ya tergantung pemakainya donk, ada yg jawab 'cari aja di om google'.

Selain bentuk output yang dikeluarkan, yang membedakan antara analog dan digital, rupanya terletak juga pada sensor gambar. kl di analog basik pengembangan sensor gambarnya 35mm, sedangkan kl digital basik pengembangannan tidak sebesar itu (sekitar 2/3 dari 35mm). Namun di digital juga ada yang sensornya 35mm yg dikenal dengan kamera full frame. Kamera digital dengan sensor APC (yg sekitar 2/3 dr 35mm) itu juga dikenal dengan kamera DX.

Perbedaan sensor film inilah yang mungkin bisa menjadi salah satu jawaban yg cukup ilmiah, kenapa orang-orang yg fanatik sm analog, agak kurang sreg ketika menggunakan kamera digital.

CMIIW...

tahan dulu...masa sy yg bertanya, sy juga yg ngejawab sih
User avatar
limasembilan
astacala.org addict
Posts: 476
Joined: Tue Oct 25, 2005 10:58 pm
Location: Desa Terakhir
Contact:

Re: Diskusi Soal Alat-alat Fotografi Yuk...

Post by limasembilan »

Beda kamera analog dan digital?

coba ikutan jawab ngasal yaah,
kalo googling, jawabannya berkisar di sensor dan sistem penyimpanan image. Memang perbedaan yang sangat signifikan terdapat pada dua hal itu.

Nambahin aja,
kalo saya sendiri berpendapat TIDAK ada kamera analog sebelum muncul kamera digital. Kenapa? Karena saat itu kamera ya kamera aja, fungsinya untuk merekam gambar/video. Walaupun sistem kontrol dan mekaniknya sudah digital sebagian, tapi tidak lantas disebut kamera digital.
Nha setelah muncul sensor digital untuk menangkap image dan merekamnya dalam media digital juga, orang merasa perlu membedakan kamera generasi lama yg masih menggunakan media film dengan media digital, dan mulailah mereka menyebut kamera lama itu dengan kamera Analog.

saya jg kurang sreg menyebut kamera film dengan sebutan analog.

yg ttg Nikon n Canon,
dulunya Nikon memproduksi alat 2 optik saja, termasuk lensa dan memasok untuk keperluan medis, militer, dan juga untuk produsen lain, salah satunya Kwanon (cikal bakal Canon).
Image
Nikon awalnya konsen di lensa, dan Canon di kamera. Makin kesini nikon makin mantab dengan kameranya sendiri bahkan menjadi produsen pertama lensa auto fokus.

ntar ditambah, kebetulan ada buku Nikon Compendum di rumah, baru baca lompat-lompat dikit.
User avatar
Bedjo
nyubie
Posts: 37
Joined: Sun Feb 15, 2009 7:56 am
Location: bdg,jkt,mdn

Re: Diskusi Soal Alat-alat Fotografi Yuk...

Post by Bedjo »

misi masbro terutama masbro limasembilan mau lapor ada blog orang yg make foto kita
pas ke merbabu setelah lebaran tahun lalu, tolong di periksa
ini tkpnya gan:http://www.belantaraindonesia.org/2011/ ... nesia.html

pertanyaan:
apakah dalam etika jurnalistik perlu meminta izin, klo menampilkan foto orang lain di blognnya?
"Meine blut und ehre heist treue"
SS-Waffen
Jimbo
astacala.org addict
Posts: 555
Joined: Sun Sep 25, 2005 9:25 am
Location: Ciledug-TGR
Contact:

Re: Diskusi Soal Alat-alat Fotografi Yuk...

Post by Jimbo »

hadoh salah kamar ini!!!!
User avatar
limasembilan
astacala.org addict
Posts: 476
Joined: Tue Oct 25, 2005 10:58 pm
Location: Desa Terakhir
Contact:

Re: Diskusi Soal Alat-alat Fotografi Yuk...

Post by limasembilan »

Haha salah kamar.. ini diskusi peralatan broer..
tapi gapapa OOT dikit ntar mas jimbo silakan luruskan hehe

iya, tu foto aku upload di peepindonesia.com, web bikinan temen.
ga lama setelah upload ada orang yang minta foto2 Merbabu untuk tujuan publikasi di kantornya, tapi non komersil jadi aku kasih ijin asalkan cantumin sumbernya, yaitu peepindonesia tadi.

tapi kalo yg satu ini kayaknya ga minta ijin deh. coba tanyakan ke web tersebut deh.. bedjo sebagai model tentunya ga terima fotonya dicomot gt aja.

enaknya gimana?

ini bukan yg pertama foto kita dicomot, dulu foto mesjid samsul ulum jadi banner web sttelkom n grafis undangan SKI hahaha.

lanjut dengan diskusi peralatannya, jim..
Post Reply