Aliran Makna dalam Dialektika Air: Eksplorasi Filosofis di Kaki Gunung Guntur
Gunung Guntur merupakan gunung berapi aktif yang terletak di Garut Jawa Barat dan termasuk Kawasan Cagar Alam Kamojang bagian timur. Karena keindahan dan kekayaan alam yang dimilik Gunung Guntur muncullah isu-isu lingkungan seperti pendakian, motor trail, hingga pengerukan pasir. Maka dari itu divisi konservasi ASTACALA yang terdiri dari saya Gilang (AM-007-KH), Zeva (AM-009-KH), dan Bang Minur (A-178-JB) kali ini mempunyai misi untuk mengupas isu – isu tersebut sekaligus melakukan penelitian kelayakan air yang digunakan oleh warga sekitar untuk kebutuhan sehari hari mereka.

Setelah persiapan yang panjang dan rumit mulai dari perencanaan kegiatan, minimnya informasi terkait kawasan tersebut, hingga mengurus simaksi ke BKSDA Jawa Barat dan BKSDA Garut, kami tim konservasi akhirnya berangkat juga ke gunung guntur, garut. Perjalanan dimulai Pukul 06.15 WIB dengan longmarch dari sekre ke jalan radio, lalu sekitar 15 menitan dari jalan radio kami menggunakan angkot menuju lampu merah jalan tol moh. toha, disana kita menaiki elf jurusan garut.
Kami pun tiba di Garut Kecamatan Tarogong Kaler pada pukul 09.00 WIB. Lalu kami melanjutkan perjalanan menuju Basecamp Gunung Gutur Via Citiis menggunakan ojek, perjalanan memakan waktu sekitar 15 menitan dari titik berhentinya elf. Sesampainya di basecamp kami bertemu dengan warga yang mengurus administrasi basecamp tersebut dan kami disarankan untuk mengisi formulir pendakian walaupun sudah membaka SIMAKSI dari BKSDA untuk berjaga – jaga jika terjadi sesuatu.

Setelah mengurus formulir dan istirahat sebentar kami pun melanjutkan perjalanan menuju pos 1 yang akan menjadi titik camp kami. Selama perjalanan kami diterpa cuaca yang sangat panas dan gersang karena kondisi medan gunung guntur yang kebanyakan adalah pasir. Alhamdulillahnya mendekati pos 1, medan mulai memasuki hutan – hutan udara pun langsung berubah drastis.

Setibanya kami di pos, kami di sambut dengan hangat oleh pak teten dan rekan – rekan penjaga pos 1. Pak teten dan rekan – rekan penjaga pos 1 ini sangat ramah dan lucu, Kami pun berbincang bincang dan diberikan arahan oleh mereka.

Karena kondisi perut kami yang sudah tidak terkondisikan kami pun izin untuk ISHOMA siang. Setelah melakukan ISHOMA kami menaruh barang – barang kami dan meminta izin untuk melanjutkan kegiatan selanjutnya yaitu pengambilan dan pendataan sample air yang ada di 2 titik. Jarak antara titik 1 dan titik 2 ditempuh dengan waktu sekitar 1 jam perjalanan, selama perjalanan kami didampingi oleh salah satu rekan – rekan penjaga pos .


Setelah pengambilan dan pendataan sample air jam sudah menunjukan pukul 15.30 WIB sudah waktunya kami kembali ke titik camp kami yang berada di pos 1. Sesampainya di pos 1 kami langsung melakukan aktivitas camp, ketika kami akan mengeluarkan tenda salah satu rekan – rekan penjaga pos 1 bilang kepada kami “a ngapain buka tenda di sini kan sudah ada pos, tidur aja di pos ada kamar mandinya juga, dan kita mah ga tidur disini jadi pake aja pos nya a”. Mendengar tawaran tersebut dengan senang hati kita mengiyakan tawaran si aa (kakak dalam Bahasa sunda) tersebut. Aktivitas camp kami pun hanya mencari kayu dan membuat api lalu di lanjutkan dengan makan malam dan istirahat.
Kesokan harinya kami sarapan lalu packing barang – barang dan melanjutkan perjalanan kami untuk mengambil sample air di titik selanjutnya. Titik sample selanjutnya adalah titik 3 yang berada di bawah (Pemukiman) dan titik 4 yang berada di basecamp, jadi kami sekalian melakukan perjalanan pulang.


Di tengah – tengah perjalanan kami berfoto dulu di padang sabana kaki gunung guntur. Setelah berfoto kami pun melanjutkan untuk mencari titik pertambangan namun pertambangannya sangat tertutup dan susah untuk di lihat. Kami pun sempat bertanya kepada warga yang sedang bekerja di sana namun sekali lagi tambang yang dia tunjukkan tidak terlihat tetapi hanya terdengar suara kendaraan beratrnya saja. Karena hari sudah mulai siang dan kami pun masih harus melanjutkan kegiatan selanjutnya (wawancara dengan warga sekitar) maka kami melanjutkan perjalanan kembali.

Kami tiba di basecamp sekitar pukul 13.00 WIB sebelum melakukan wawancara kami ISHOMA terlebih dahulu. Setelah ISHOMA kami mulai melakukan wawancara dengan warga – warga di sekitar hasilnya membuat kami perpikir lebih dalam antara manusia dan alam yang tidak bisa dilihat hanya denga 1 prespektif saja.
Jika pengerukan pasir terus berlanjut maka akan sangat berdampak pada kondisi ekologis di kawasan tersebut, Namun jika pendakian dan pemotor trail di hentikan lalu masyarakat sekitar harus bergantung hidup pada apa ? Maka dari itu perlunya solusi – solusi jangka panjang dan pendek yang di dukung oleh berbagai elemen masyarakat untuk pemecahan masalah tersebut.
Wawancara selesai pada pukul 16.00 WIB kami berpamitan dengan warga sekitar dan melanjutkan perjalanan pulang menggunakan ojek dan dilanjutkan dengan elf.
Aku belajar banyak dari perjalanan ini, perjalanan yang membuatku sadar bahwa alam pun mempunyai haknya tersendiri.
Terimakasih kepada pak teten, rekan – rekan pos 1, warga desa pasawahan, teman seperjalananku, dan seluruh pihak yang membantu opersional kami.
ASTACALA !!!
Tulisan Oleh : Gilang | AM-007-KH