Menelisik Rimba Cibunar

Related Articles

Desa Cibunar adalah sebuah desa yang bisa dibilang terpencil karena letaknya yang lumayan jauh dari pusat Kota Bandung, desa tersebut terletak di Kecamatan Rancakalong, Sumedang. Desa yang memiliki keindahan tersendiri yang mana di dalam desa tersebut masih banyak pesawahan dan ladang-ladang milik warga. Adapun pegunungan di desa tersebut yang biasa disebut dengan Gunung Cibunar, namun warga setempat biasa menyebutnya dengan Gunung Beser. Entah mengapa dinamakan seperti itu, mungkin ketika kita menginjakinya, kita akan menjadi beser.

Ini bukan soal sensus penduduk, tapi ini tentang perjalanan saya menjadi seorang anggota muda yang ingin berbagi cerita seputar kegiatan pendidikan lanjut, yaitu kegiatan navigasi darat dan gunung hutan. Setelah melewati kegiatan pendidikan dasar kemarin kami diberi tahu oleh dewan pengurus ASTACALA untuk bersiap dirangkaian-rangkaian yang akan datang, disitulah saya sadar bahwasanya pendidikan di ASTACALA baru saja dimulai.


Pada suatu hari, seluruh peserta navigasi darat berkumpul di sekretariat ASTACALA untuk kemudian dibentuk menjadi tiga kelompok yang masing-masing kelompoknya memiliki lokasi yang saling berbeda, lokasi gunung yang ingin dijadikan tempat pelaksanaan kegiatan navigasi darat dan gunung hutan. Setelah terbagi menjadi tiga kelompok, ternyata saya sendiri menjadi kelompok satu yang mana tujuan kegiatannya adalah ke Gunung Cibunar. Mengapa Gunung Cibunar? Itu semua atas kesepakatan bersama dari kelompok kami yang dimana saat itu benar-benar belum mengetahui seperti apa gunung disana dan dimana letak desa tersebut. Tidak habis akal, untuk keberhasilan kegiatan mulailah kami mencari info terkait gunung yang akan kami jadikan kegiatan.

Pintu Rimba Cibunar

Setelah mempersiapkan segala persiapan untuk menjadikan kegiatan ini terlaksana, akhirnya tibalah hari keberangkatan peserta navigasi darat dan gunung hutan dengan tujuannya masing-masing. Hari pertama keberangkatan dimulai dari pukul 04.00 WIB yang mana kita semua bangun untuk bersiap-siap ke medan lapangan, lalu berangkat pada pukul 06.00 WIB menggunakan sebuah angkot. Tibalah di Desa Cibunar pada pukul 08.00 WIB, kemudian kami melakukan navigasi darat di tempat kami berhenti untuk menentukan titik start dan dilanjutkan dengan langkah kaki yang melewati rumah-rumah warga disana untuk menuju pintu rimba. Memasuki daerah hutan, perjalanan pun mulai terasa berat karena perjalanan mulai menanjak hingga tibalah kami di sebuah puncakan untuk melakukan ishoma sekaligus orientasi medan. Waktu ishoma telah usai, perjalanan dilanjutkan menuju titik camp pertama hingga tiba pada pukul 16.00 WIB. Sesampainya kami di tempat camp hujan pun langsung turun mengguyur basah badan, pada saat itu juga kami membangun bivak alam dengan menggunakan bahan-bahan dari alam yang ada, setelah bivak jadi kami pun melakukan ishoma pada pukul 19.00 WIB, kemudian kami pun beritirahat untuk bersiap di esok hari.

Malam itu kami tertidur lelap hingga tiba-tiba pendamping membangunkan kami pada pukul 04.30 WIB dan menyuruh untuk bersiap-siap melakukan tidur kalong. Tanpa ba-bi-bu-be-bo kami pun bersiap untuk tidur kalong, mulai dari menggunakan harness dan dibekali lilin serta ponco untuk mulai tidur kalong. Setelah satu jam lamanya kami berada di atas pohon untuk tidur kalong, kami pun bersiap-siap packing dan sarapan pagi untuk melanjutkan perjalanan selanjutnya. Hari kedua pun dimulai, kami mulai berjalan menelusuri hutan untuk menuju ke titik selanjutnya, tibalah kami di puncak Gunung Cibunar disana kami melakukan ishoma sejenak lalu disusul oleh praktik zoologi dan pengenalan GPS, setelah itu kami pun mulai berjalan lagi untuk mencari titik camp kedua. Sebenarnya jalur yang kami plotting diawal perjalanan lumayan cukup jauh dari perkiraan hingga akhirnya diputuskan manuver untuk memotong jalur dikarenakan hari semakin sore. Pukul 16.00 WIB kami pun tiba di titik camp kedua, disana kami membangun sebuah shelter untuk kami istirahat. Pada malam kedua ini agak sedikit berbeda, kami semua tidur bersama pendamping dalam satu shelter dikarenakan waktu dan cuaca yang pada saat itu hujan lebat. Uniknya dari perjalanan yang kami baru sadari kali ini adalah bahwasanya disamping tempat kami membangun shelter terdapat sebuah makam, entah orang leluhur dari desa setempat atau yang lain karena tidak diketahui identitasnya. Setelah sheltersudah aman, kami pun melakukan ishoma yang disusul istirahat atau tidur untuk perisapan hari esok.

Puncak Gunung Cibunar

Alarm pun berdering pada pukul 04.30 WIB yang menandakan kami harus bergegas bangun untuk bersiap-siap. Setelah bangun, kami langsung masak untuk sarapan pagi hari dan dilanjutnya merapihkan barang yang kami bawa. Dugaan saya benar adanya, bahwa pagi ini mentari akan lebih bersinar. Sebelum melakukan perjalanan kami diberikan materi fotografi dan praktik bivak ponco perorangan, yang seharusnya kami tidur malam kemarin dengan bivak ponco tapi karena area camp dan cuaca yang tidak memungkinkan sehingga praktik bivak ponco pun dipindah menjadi pagi hari. Setelahnya kami pun melanjutkan perjalanan di hari terakhir ini, kami semua benar-benar antusias ketika melihat sebuah pemukiman yang mana dalam artian sudah ada jalan terdekat untuk kami turun kesana. Tidak memerlukan waktu yang lama, tibalah kami dipemukiman warga tepatnya pada pukul 13.00 WIB, kami pun mencari titik dimana kami berada dengan melakukan orientasi medan sembari menunggu angkot yang datang menjemput untuk menuju kembali ke kampus.

Banyak sekali pelajaran yang saya dapat dari perjalanan kemarin, semuanya sangat penting bagi saya untuk melatih dalam bernavigasi khususnya di gunung hutan, banyak sekali cerita disetiap langkahnya, kami dari kelompok satu pamit undur diri, saya Jundi Miftakhul Fauzi (AM-013-KH).

Terimakasih Gunung Cibunar
Terimakasih ASTACALA

Tulisan Oleh: Jundi Miftakhul Fauzi | AM-013-KH

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Artikel Menarik

Adventure with Friends Of Mapasadha

21 Agustus 2007, Bandung Deui Jam dinding sudah menunjukkan pukul 00:02 hari berganti dan waktu terus saja bergulir tanpa mau menungguku tuk sedikit menikmati hari...

Mendaki Semeru, dan Catatan Kecil Untuk Mengingatnya

"It's not the mountain we conquered, but ourself." Sir Edmund Hillary Dan akhirnya, setelah pada percobaan pertama saya mendaki gunung ini gagal karena jalur pendakian...

Perusahaan Tambang Australia Ancam TN Batang Gadis

Jakarta - Sejumlah LSM menyesalkan perusahaan pertambangan besar, PT Sorikmas Mining (SMM) menuntut Dephut melepaskan kawasan Taman Nasional Batang Gadis (TNBG) untuk operasi pertambangan...