Hendry “Endit” Zulfikar

“Apakah yang lebih menyedihkan dan mendalam dibandingkan dengan melihat (seribu) objek untuk pertama dan terakhir kalinya?”, Lesmiserables Hugo

Innalillahiwainnaillahirojiun. Semua akan kembali ke Pencipta Asal mula kehidupan. Perputaran yang sangat saya sadari. Saya siapkan untuk menerima. Berkali-kali terjadi. Berusaha tegar namun tetap saja saat terjadi. Segenggam sesak menekan jantung menghambat denyut nafas, sangat berat untuk melepas.

Hendry Zulfikar. Endit, aku memanggilnya. Anggota Astacala angkatan Perintis ke-18. Abang. Guru. Saudara yang sangat banyak memberi ilmu kehidupan. Ilmu panjat tebing. Ilmu percintaan. Ia mendahului saya pulang ke penciptaNya. Mendahului membuka jalur menapaki jalur-jalur abadi menuju surga. Semoga lancar perjalananmu, Ndit! Semoga semua amalanmu diterima. Sangat cukup bekalmu menuju surgaNya.

Sangat masih jernih, gambar dan suaramu. Saat memberi instruksi gerakan-gerakan tangan kaki dan badan yang harus luwes merayapi dinding-dinding batu. Rock dancing, istilahmu. “Nggak hanya power, tapi juga balancing”, jeritmu di sela-sela nafas yang sudah tersisa satu dua. Seperti baru kemarin hal itu terjadi.

Gestur tubuh, cara unikmu menjepit sigaret saat berdebat sengit mempertahankan idealisme. Postur steregmu yang langsing kuat khas pemanjat dalam balutan flanel hitam abu putih kotak-kotak yang legendaris itu. Dan lengkingan suaramu seperti masih tersisa di ujung telinga sampe saat ini.

Selamat jalan saudaraku. Selamat menempuh hidup baru. Alam raya sangat kehilangan keberadaanmu. Sampai jumpa dan tunggu bertemu di sana.

Astacala!

“Segala sesuatu perlahan-lahan memudar dan menjadi hampa: kegelapan telah lenyap dan dia tidak berada dimanapun, diluar jangkauan waktu dan ruang”, Germinal Zola.

Oleh Hasto Wahyudi

2 thoughts on “Hendry “Endit” Zulfikar

  1. Innalillahi wa innailahi rajiun. Allahuma firlahu warhamu waafihi wafuanhu.
    Semoga Allah SWT menerima seluruh amalan kebaikan Mas Ndit.
    Pribadi yang baik, tenang, suka tertawa dan merasakan ketenangan kalau dekat dengan mas Ndit ini.

  2. Innalillahi wa Inna ilaihi rojiun. Serasa masih kemarin sempat bertemu bersendagurau, untung saya sempat ketemu untuk minta maaf dulu saat di kost pernah mencuri satu-satunya bunga mawar merah yang dia tanam Berbunga pertama kali. Aku ingat bang Endit ini ini kalo Jongkok enggak perlu pake jojodok/bangku kecil. Selamat jalan kawan semoga Allah berkenan mengampuni segala dosa dan kesalahan mu serta menjadikan amal jariah karena bunga yang aku curi itu adalah untuk calon istriku hingga saat ini serta segala ilmu yang berguna yang suka kau bagikan tanpa pamrih. Ammiiin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *