Maret di Kota Yogyakarta

Sehari sebelum pergi ke kota yang biasa disebut dengan Kota Pelajar, saya sangat sibuk untuk menyiapkan perlengkapan dan alat-alat untuk bisa berangkat ke Daerah Istimewa Yogyakarta. Yah, walaupun sedikit pusing dan capek tetapi cukup menyenangkan untuk saya. Dengan menjalani tugas dan tanggung jawab saya, dari situ saya pun dapat ilmu baru, yakni saya jadi tau banyak nama alat-alat dari semua divisi yang ada di organisasi saya.

Malam pukul 19.00 pun tiba, saya dan saudara yang lain mulai mengangkut barang-barang yang akan dibawa masuk ke dalam mobil travel. Setelah semua barang dan anggota masuk ke dalam mobil, awal perjalanan pun dimulai. Syukur, mobil yang kami
tumpangi terdapat TV dan juga mic untuk karaoke, biar ga bosen kan ya? hehe. Tanpa waktu panjang, saya meminta pak supir untuk memutar musik terlebih dahulu dan juga menyalakan TVnya. Walaupun ternyata layar TVnya agak rusak sebelah, saya dan lainnya tetap menikmati musiknya. Jujur saja selama di perjalanan saya merasa cukup lapar. Namun, beberapa waktu kemudian kami berhenti di pom bensin yang kebetulan terdapat penjual makanan, sehingga saya membeli batagor dan minum es untuk mengisi perut. Setelah istirahat selama beberapa menit akhirnya kami melanjutkan perjalanan menuju Yogyakarta, di mobil kami tidur sembari mendengarkan musik.

Setelah sekitar 10 jam perjalanan akhirnya kami tiba di Kota Yogyakarta di pagi hari,
kami singgah terlebih dahulu di sekretariat Mapala Universitas Islam Indonesia, yaitu Mapala Unisi yang kemudian kami ramah tamah dan sarapan bersama. Setelah hari semakin siang, kami pun izin pamit, dikarenakan kami akan pergi ke tempat operasional masing-masing divisi. Nah, saya melanjutkan perjalanan menuju Kabupaten Magelang dimana candi Buddha terbesar di dunia dan Sungai Progo berada.

Ramah Tamah dan Sarapan Bersama

Setelah melakukan perjalanan, akhirnya kami tiba di basecamp FAJY (Federasi Arung Jeram Yogyakarta). Kami menginap disana selama kegiatan operasional berlangsung. Sesampainya di basecamp, ternyata kami sudah ditunggu oleh beberapa anggota Mapala Yogya yang akan mendampingi pengarungan perdana kami di Sungai Elo. Namun karena suatu hal, pengarungan pada hari pertama tidak jadi dilakukan dan di manuver menjadi melakukan penggambaran sketsa jeram di Jeram Budhil, Sungai Progo Bawah. Setelah asik bertukar cerita dengan anggota Mapala Yogya, di sore harinya kami meninggalkan basecamp untuk melakukan sketsa jeram. Setelah selesai melakukan penggambaran sketsa jeram, kami pun diajak berkeliling sekitar Candi Borobudur bersama anak Mapala Unisi.

Di sekitar Candi Borobudur ternyata masih banyak tempat yang indah, terutama pemandangan desa-desanya, seperti sawah dan gunung yang membuat saya ingin memiliki rumah disana. Setelah melakukan sketsa jeram dan berkeliling, kami kembali ke basecamp untuk melakukan kegiatan selanjutnya, seperti mandi, ishoma, makan, evaluasi kegiatan hari ini, dan briefing untuk kegiatan hari esok.

Melakukan Sketsa Jeram di Jeram Budhil

Keesokan hari setelah matahari terbit, kami bangun dan bersiap untuk pergi ke Sungai Elo. Seperti biasa setelah mempersiapkan alat terlebih dahulu lalu mengempiskan perahu, kami pun berangkat ke tempat tujuan menggunakan mobil travel yang menunggu kami selama berkegiatan. Setelah sampai tujuan ternyata kondisi disana ramai, karena memang Sungai Elo sudah menjadi tempat wisata. Perahu wisatawan satu per satu melaju dengan warna yang unik seperti warna reggae berwarna merah, kuning, dan hijau.

Setelah melakukan pemanasan dan berdoa, pengarungan sungai kami mulai dengan melakukan renang jeram, satu per satu dari kami mulai berenang dan berhenti di tepi sungai. Setelah itu kami lanjutkan dengan pengarungan sungai.

Disepanjang pengarungan tentu saja saya sangat senang apalagi ketika ada jeram yang besar, yang mampu membuat awak perahu basah. Yah, meskipun beberapa kali kami menabrak batu alias BOOM!, bahkan sempat terbalik juga. Selain itu, ada momen seru terjadi sebelum kami tiba di tempat rest, dimana saya sempat terjatuh dari perahu dan membuat saya cukup panik saat itu, syukur saya berhasil di tolong oleh bang Gian. Disamping itu ada kejadian lucu juga ketika saya terjatuh, teman saya Fabio yang berniat menolong saya malah tidak jadi menolong karena akhirnya ikut terjatuh juga.

Setelah beristirahat selama beberapa menit akhirnya kami pun melanjutkan pengarungan dan juga kami sempatkan menepi untuk melihat jeram dari tepi sungai. Tidak lama dari itu, titik finish pun terlihat. Namun, untuk memarkirkan perahu tidak semudah yang saya bayangkan, perahu kami sempat terbawa arus yang membuat para awak perahu harus mendayung lebih kuat dan kompak untuk dapat mencapai tepi sungai.

Pengarungan pertama selesai. Namun, tidak semuanya langsung kembali ke basecamp, Raisul, Eren, bang Gian, bang Cules, bang Adam, dan teman-teman dari Mapala Yogya kembali mengarungi Sungai Elo untuk kedua kalinya. Untuk yang lainnya portaging perahu dan kembali ke basecamp. Sesampainya di basecamp dan membersihkan perahu, mie instan tersaji di teras, ya, memang paling nikmat setelah bermain di air itu makan mie, bukan? apalagi ditraktir kakak pendamping juga hehe. Selesai makan mie, kami pun membersihkan alat-alat seperti dayung, helm, dan lainnya. Setelah semua selesai, kami lanjut mandi dan istirahat sejenak sembari menunggu teman-teman yang masih mengarung.

Pengarungan di Sungai Elo

Sama seperti malam sebelumnya, kami melakukan evaluasi dan briefing saat semuanya sudah kumpul di basecamp. Selanjutnya adalah waktu bebas, tapi di malam itu saya lapar sekali padahal sebelumnya saya sudah makan malam. Ditambah bayangan mie instan yang hinggap di pikiran, jadi mau tidak mau saya harus berjalan sendiri untuk mencari warung. Setelah misi pencarian warung selesai, saya langsung kembali ke basecamp dan ternyata yang masih terjaga hanya Bang Cules saja.

Pagi pun kembali datang, kami berangkat ke Sungai Elo lagi seperti hari kemarin. Setelah selesai pengarungan pertama kami pun beristirahat dan berdiskusi untuk memutuskan kegiatan selanjutnya. Niatnya, pada pengarungan kedua kami akan turun ke Sungai Progo Atas namun, karena waktu yang hampir sore serta cuaca dan kondisi yang kurang memadai, akhirnya tim dibagi menjadi dua. Saya dan teman-teman pun memutuskan menjadi tim darat saja, yaitu melakukan sketsa jeram di salah satu jeram Sungai Progo Atas.

Yuk, kita mulai petualangan mencari jeram “Little Budhil”.

Bermula dengan perjalanan menggunakan mobil kami pergi menuju Sungai Progo Atas. Setelah beberapa waktu, mobil kami akhirnya terparkir pada bahu jalan dekat dengan jembatan. Satu per satu anggota turun dari mobil dan melanjutkan perjalanan melalui pematang sawah. Berjalan di area sawah tidak semudah yang dibayangkan, nyatanya beberapa kali kaki saya terpaksa masuk lumpur dan membuat pengait sandal gunung yang saya kenakan copot karena terlalu dalam terperosok ke dalam lumpur, sehingga untuk mengeluarkan kaki sendiri saja susah. Tapi tentu bukan saya saja yang merasakan hal itu, hehe. Yuk lanjut lagi, sesampainya di tepi sungai satu per satu dari kami melangkah menyebrangi anak sungai dengan berpegangan tangan, karena saat itu ketinggian permukaan air sungai sedang naik. Dan ya, akhirnya kami sampai ditempat yang aman untuk melakukan penggambaran sketsa. Kegiatan sketsa jeram dan pencatatan titik koordinat kami tidak dapat berlangsung lama, karena hari semakin sore dan hujan mulai turun. Setelah itu kami pun kembali ke basecamp bersama dengan tim pengarungan.

Tim pengarungan? Ya, sebenarnya tim pengarungan tidak jadi mengarungi sungai karena ketinggian permukaan air sedang di atas rata-rata dan berbahaya jika memaksa untuk melakukan kegiatan.

Setelah sampai basecamp kami mulai mencuci alat kemudian istirahat, makan, dan mandi. Waktu bebas kami isi dengan mengempiskan perahu dan merapikan alat untuk persiapan besok pulang, karena pada hari itu adalah hari terakhir kami melakukan operasional di Yogyakarta.

Hari telah berganti, setelah semuanya siap kami pun berangkat menuju Mapala Unisi terlebih dahulu untuk pamit. Namun, pucuk dicinta tapi ulam tak tiba, setelah sampai ternyata teman-teman Mapala Unisi sedang tidur dan akhirnya kami tunggu dengan beristirahat sejenak sembari jajan angkringan. Sehabis Dzuhur kami pun balik ke sekre Mapala Unisi untuk berbincang, mengucapkan terima kasih karena sudah mendampingi selama kegiatan, dan kemudian pamit kembali ke Bandung. Perjalanan pulang kami tempuh hampir 12 jam dan tiba pada pukul 01.00. Sesampainya di sekre kami langsung cuci alat kemudian eval dan istirahat.

Pamit Pulang

Senang bisa bersua dan turun ke sungai bersama-sama dengan teman-teman Mapala Yogya. Terima kasih, semoga kita berjumpa di lain kesempatan.

ASTACALA!!!

Tulisan Oleh Tiara Febriyanti | AM-021-JB

2 thoughts on “Maret di Kota Yogyakarta

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *