Inovasi di Kala Pandemi

Related Articles

Oktober 2020 lalu, Astacala mengikuti kompetisi Sosiopreunership di bidang teknologi digital yang diadakan oleh PT.Telkom Indonesia dan Telkom University yang bernama Innovillage. Tapi tahukah anda apa itu Sosiopreunership? Sosiopreunership adalah gabungan dari kata social dan entrepreneurship. Sesuai namanya, sociopreneurship menggabungkan konsep bisnis yang dapat menciptakan dampak sosial bagi masyarakat. Tujuan dari program adalah membantu kesulitan masyarakat desa melalui inovasi-inovasi digital yang aplikatif sehingga tercipta peningkatan kemanfaatan sosial dan peningkatan ekonomi, terutama di masa pandemi Covid-19.  Dengan diwakilkan oleh beberapa anggota, proposal tim Astacala dengan judul “Pemberdayaan Petani Dalam Mengolah Kentang Untuk Kemandirian Desa Cisanti” berhasil masuk dalam peringkat 100 besar. Desa yang dipilih oleh tim merupakan desa penghasil kentang dalam jumlah yang cukup besar, namun hasil panen tersebut langsung dijual kepada tengkulak tanpa proses apapun yang dapat menambah nilai jual kentang tersebut. Oleh karena itu, tim Astacala menginginkan Desa Cisanti dapat meningkatkan nilai jual kentang hasil panennya dengan diolah menjadi makanan siap santap, yaitu keripik kentang.

Proposal peserta kompetisi yang masuk dalam 100 besar, berhak mendapatkan dana dari penyelenggara untuk mengimplentasikan rancangan program yang sesuai dalam proposalnya. Pada tahap awal, dana yang diberikan sebesar 75% dari total dana yang tertulis dalam proposal. Setelah dana cair, tim bergegas untuk berbelanja alat dan bahan yang sudah tercantum di proposal. Alat yang dibutuhkan tim antara lain seperti deep fryer, alat pemotong kentang semi otomatis, baskom, dan alat press plastik untuk pengemasan. Untuk bahan, tim membutuhkan kentang varietas granola, garam meja, kapur sirih, minyak goreng serta macam-macam perisa seperti bubuk balado dan keju. Untuk memperoleh alat dan bahan tersebut serta efisiensi waktu, maka dilakukan oleh beberapa tim. Terdapat pula sedikit kesulitan dalam mencari alat dikarenakan harga yang tidak cocok dan ketersediaan alat yang terbatas. Namun dengan rentang waktu yang disepakati, tim Astacala mampu untuk memenuhi keperluan yang akan digunakan. Selain itu, tim juga mempertimbangkan resep untuk mengolah keripik kentang. Tidak mudah bagi tim dapat menetapkan resep yang tepat dalam waktu yang singkat. Hampir setiap malam tim Astacala mencoba untuk mendapatkan resep keripik kentang yang pas. Ketebalan irisan kentang, lama perendaman air garam dan kapur, temperatur minyak goreng, dan durasi menggoreng semua kami catat hingga mendapat kombinasi yang pas.

Tidak lupa, tim Astacala juga melakukan survey ke beberapa tempat di sekitar daerah Cisanti untuk mendapatkan tempat dan waktu yang tepat untuk mengadakan program. Kami melakukan perjalanan ke Kecamatan Kertasari. Di Kertasari sendiri terdapat 7 desa, antara lain Desa Cibeureum, Cihawuk, Cikembang, Neglawangi, Santosa, Sukapura, dan Tarumajaya. Alhasil, tim Astacala mendapatkan informasi tentang sebuah desa yang bernama Desa Cibeureum. Dari informasi yang didapat, Desa Cibeureum juga merupakan salah satu desa penghasil kentang yang cukup terkenal. Pertama kali sampai di desa, segeralah tim mencari sebuah paguyuban para petani. Informasi paguyuban terus kami cari, hingga salah satu pegawai kecamatan memberikan informasi mengenai paguyuban tersebut. Paguyuban tersebut bernama Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Mekar Tani, yang dipimpin oleh Bapak Amang Taria. Bapak Amang merupakan petani senior dengan berbagai prestasi yang banyak ia peroleh. Salah satu prestasi yang beliau capai adalah berkolaborasi dengan mahasiswa S3 asal Jepang dalam meneliti kesuburan tanah di daerah perkebunannya. Saat berada di rumah beliau, tim disuguhi beberapa makanan yang belum pernah tim temui sebelumnya, salah satunya adalah asem dari olahan wortel. Bapak Amang juga menjelaskan, bahwa hasil panen Desa Cibeureum juga menjadi salah satu sumber pangan yang disalurkan ke beberapa wilayah terutama wilayah Bandung.

Setelah itu, tim Astacala menjelaskan maskud dari kunjungan tim ke Desa Cibeuruem, yaitu ingin mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat terutama para petani kentang. Lalu beliau sedikit membeberkan tentang masalah keberlanjutan dari hasil olah panen di desanya. Masalah utama mereka adalah di bagian pemasaran. Di pemasaran, mereka hanya melakukan penjualan apabila ada pesanan, selebihnya tidak melakukan produksi keripik apabila tidak terdapat pesanan. Masalah lainnya juga terdapat pada sertifikasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Maka dari itu, dengan penjelasan beliau bisa dikatakan tepatlah kedatangan tim Astacala, karena permasalahan dalam pemasaran merupakan salah satu poin dari tujuan tim mengikuti kompetisi Innovillage. Tidak lupa, beliau juga memperkenalkan kami kepada salah satu Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) pengolah keripik kentang di desanya yang di pimpin oleh Ibu Haji Iis, agar sasaran program lebih jelas, yaitu kelompok para pengolah keripik kentang.

Setelah dari rumah Bapak Amang, tim Astacala bergegas menuju kediaman Ibu Haji Iis untuk lebih mengenal UMKM yang dipimpinnya. Jarak antara rumah Bapak Amang dengan Ibu Haji Iis sekitar 2 kilometer. Lalu, sampailah tim Astacala di kediaman Ibu Haji Iis. Nampak kesibukan yang terlihat di dapur beliau, para pegawainya sedang memasak makanan untuk sebuah acara pernikahan. Lalu salah satu dari tim menanyakan keberadaan bu haji kepada anaknya dan putrinya tersebut mengatakan bahwa beliau sedang tidak berada di rumah. Lalu datang salah satu putranya, yang bernama kang Hendra. Kang Hendra membenarkan bahwa bu haji sedang tidak di rumah. Setelah itu, tim memberi tahu maksud berkunjung ke kediamannya yaitu untuk bersosialisasi dan bertanya mengenai UMKM yang di pimpin oleh Ibu Haji Iis. Namun tim tidak bisa berlama di sana, karena keluarga beliau sedang sibuk, untuk mepersiapkan sebuah acara dan ditambah lagi bu haji yang tidak berada di rumah. Dengan informasi yang cukup akhirnya tim kembali ke sekretariat Astacala dan melaksanakan rapat koordinasi dengan anggota tim lain.

Seiring berjalannya waktu, peralatan pengolahan kentang sudah terpenuhi begitupun bahan-bahanya. Resep yang tepat sudah hampirrampung. Lalu tim Astacala kembali ke Desa Cibeureum untuk mengirimkan dan menyampaikan surat pemberitahuan kepada pihak-pihak yang berkait seperti RW yang berada di desa, kantor Desa Cibeureum, Kecamatan Kertasari, Puskesmas Desa Cibeureum, dan Polsek Kertasari. Surat pemberitahuan tersebut berisi tentang pemberitahuan bahwa tim akan melaksanakan kegiatan berupa implementasi dan acara di Desa Cibeureum. Tim Astacala juga memberikan surat izin untuk meminjam ruangan di balai desa kepada Bapak Dadang selaku Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat (Kasiekesra). Tidak lupa, tim juga berkunjung ke rumah Ibu Haji Iis dan beliau sedang berada di rumah. Tim pun langsung memberikan surat pemberitahuan kepada beliau serta menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan. Bu Haji Iis pun mendukung kegiatan dan bersedia memberikan ilmu dan pengalamannya dalam mengolah keripik kentang dalam acara implementasi. Setelah semua surat tersampaikan, respon dari semua pihak berterkait menunjukkan akan mendukung kegiatan tim Astacala.

Setelah surat pemberitahuan sudah diberikan ke seluruh pihak. Saatnya tim Astacala beroordinasi kembali untuk menetapkan tanggal dan waktu kegiatan. Setelah tanggal ditetapkan, tim Astacala kembali ke Desa Cibeureum untuk mengirim surat perizinan.

Surat izin melakukan acara telah tersampaikan ke pihak-pihak yang ada di desa, termasuk surat undangan untuk perwakilan setiap RW yang berada di Desa Cibereum sebanyak 29 RW. Tidak lupa, tim juga menghubungi beberapa pemateri yang akan memberikan ilmu mereka kepada masyarakat di desa. Terdapat tiga pemateri yang bersedia menyampaikan materi, yang pertama yaitu materi pengolahan kentang, yang akan disampaikan oleh Rizky Kharisma Ilham yang biasa dipanggil Mas Eki, seorang pengusaha muda keripik kentang asal Surabaya. Lalu materi branding yang disampaikan oleh ketua umum Astacala, yaitu Dellafian Gaus Diarta (A-167-GB), seorang mahasiswa jurusan Desain Produk. Serta materi terakhir, yaitu materi marketing akan disampaikan oleh Bapak Dwi Fitrizal Salim, salah satu dosen Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan Informatika (MBTI), Fakultas Ekonomi Bisnis, Telkom University.

Hari telah berlalu dan tibalah saat pengadaan alat yaitu pada tanggal 1 Desember 2020. Tim berangkat untuk meyiapkan alat-alat yang digunakan saat acara pada tanggal 2-3 Desember 2020. Singkat cerita, setelah alat-alat telah siap dan tertata rapi di balai desa, tibalah saatnya untuk implentasi. Tujuan dari implementasi yaitu kita menguji terlebih dahulu dengan cara mencoba kembali resep-resep serta mencoba peralatan yang telah dibawa agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Acara implementasi tersebut dibantu oleh Ibu Haji Iis.

Tampak sekali antusias dari para peserta acara. Setelah implementasi, tim mempersiapkan untuk acara di hari berikutnya yaitu, acara penyampaian materi yang akan disampaikan oleh pemateri yang telah dihubungi dan sekaligus menjadi acara penutupan Innovillage tim Astacala.

Selanjutnya yaitu pada acara penyampaian materi pada tanggal 3 Desember 2020, yang dihadiri perwakilan tiap RW. Hanya pemateri pengolahan kentang, yaitu Mas Eki yang menyampaikan materinya secara daring, dikarenakan beliau berada di Surabaya. Sedangkan Bang Dellafian dan Bapak Dwi menyampaikan materinya secara langsung di balai desa.

Di tengah kesibukan Bapak Amang Taria yaitu ketua Gapoktan Mekar Tani, beliau tetap menyempatkan hadir dan membagikan pengalamannya kepada peserta acara tersebut. Acara penutupan terlihat sangat berkesan bagi para peserta, bahkan ada yang datang lebih cepat sebelum acara dimulai. Sangat terlihat antusias dari para peserta.

Mungkin kedengarannya sedikit rumit mulai dari memperisiapkan proposal, membuat konsep acara, pengadaan alat dan bahan, menyusun resep, sampai survey lokasi, bolak-balik Telkom-Kertasari. Tapi melalui kegiatan pengabdian masyarakat ini, kita bisa tahu permasalahan yang mereka hadapi. Semoga pengabdian kami terhadap para petani kentang di desa dapat bermanfaat kedepannya dan membuahkan hasil bagi masyarakat desa.

Tulisan oleh: Yohanes Juan NP | AM-007-RE

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Artikel Menarik

Greenpeace : Batubara “Bersih” Adalah Kebohongan Besar

Slogan tentang batubara sebagai sumber energi yang bersih dan murah, menurut Red Constantio dari organisasi pegiat lingkungan hidup Greenpeace Internasional, tak lebih dari kebohongan-kebohongan...

Binaiya (Bagian 8: Menuju Aimoto)

Pagi merekah di Negeri Piliana. Udara terasa sejuk dan segar. Walaupun desa ini berketinggian empat ratusan meter dari permukaan laut, suasananya seperti ada di...

Buanglah Sampah pada Tempatnya

Ketika menghabiskan makanan, biasanya setiap individu akan menghasilkan sampah. Baik itu sampah organik, maupun anorganik. Seharusnya sampah yang dihasilkan oleh individu tersebut menjadi tanggung...