Angkatan Gemuruh Langit Telusuri Dua Gua di Gunung Kidul
Goa adalah sebuah lubang yang alami ditanah yang cukup besar dan dalam. Pada Peminatan Caving Angkatan Gemuruh Langit, tim peminatan caving Gemuruh Langit melakukan pemetaan, eksplorasi goa vertikal dan horizontal yang berada di daerah Gunung Kidul, Yogyakarta yang dilaksanakan pada 18 – 21 Oktober 2018.
Kegiatan pemetaan goa ini dilatarbelakangi oleh jarangnya kegiatan pemetaan goa yang dilakukan di Indonesia. Tidak hanya sampai disitu, ilmu mengenai pemetaan goa itu sendiri masih sangat jarang digeluti dan hanya sebagian komunitas penggiat caving yang mengetahuinya.
“Kami selaku pencinta alam ingin mengetahui caranya menyusuri goa vertikal dan horizontal, tapi tidak hanya disusuri saja, kita pulang harus membawa hasil yaitu data untuk melakukan pemetaan.” ujar Ivan Yohanes selaku ketua Peminatan Caving.
Tim peminatan caving Gemuruh Langit memulai penulusuran goa pertama yaitu goa yang berbentuk horizontal pada Kamis, 18 Oktober 2018 selama kurang lebih lima jam. Ada dua tim yang melakukan penulusuran goa, tim pertama melakukan pemetaan dan tim kedua melakukan dokumentasi.
“Didalam goa yang berbentuk horizontal, tim saya melakukan pemetaan dengan menggunakan beberapa teknik pemetaan yang sudah diajarkan instruktur” tambahnya.
Dalam pengaplikasian ilmu pemetaan goa, ada beberapa teknik yang dilakukan yaitu teknik Forward Method dan Leap Frog Method. Teknik pemetaan itu sendiri dilakukan oleh 3 orang yang terdiri dari shooter , stationer dan descriptor. Tiga orang tersebut memiliki jobdesc sendiri, shooter sebagai pembidik sasaran/stastioner dan membacakan hasil yang di dapatkan ke descriptor. Stationer sebagai penanda bidikan bisa juga sebagai leader pemetaan. Descriptor bertugas mencatat semua hasil data yang diberikan shooter dan membuat gambaran sketsa tampak samping, kanan, kiri, atas dan bawah.
“Awalnya pas materi terlihat susah, eh pas udah dipraktekin mah gampang, tapi kita harus fokus dan tepat membidik saat menjadi shooter” Ujar Herdy “Brecul”, salah satu tim penelusur goa.
Pada Jum’at, 19 Oktober 2018 tim peminatan caving Gemuruh Langit mulai memasuki goa yang kedua yaitu goa berbentuk vertikal. Goa yang dalamnya kurang lebih 18 meter harus turun menggunakan tali statis. Sebelum turun, tim 1 membuat anchor dengan menggunakan teknik rigging, memilih back up anchor yang kuat dan memilih main anchor yang nyaman untuk dituruni si orang pertama. Penelusur menggunakan teknik SRT (Single Rope Technique) untuk menuruni goa vertikal.
“Pertama kali liat goa dalem kek gini jadi rada takut pas rigging.” Ujar Talitha sebagai riggingman.
“Untung di daerah Gunung Kidul batuannya karang, jadi banyak batu bolong sehingga lebih mudah untuk membuat anchor, dan membuat anchor juga kudu punya kreatifitas tersendiri” tambah Talitha.
Riggingman/orang pertama harus mencoba pertama jalur yang dia buat, apakah jalur itu aman untuk di turuni atau masih banyak gangguan yang membuat tali friksi (bersinggungan dengan medan karst).
“Udah gue yang buat anchor terus turun pertama, tadi sempet teriak sedikit gara-gara takut lihat kebawah” ujar Talitha.
Kegiatan ini tidak berakhir begitu saja. Selanjutnya tim Peminatan caving Gemuruh Langit bersilaturahmi dengan komunitas caving Yogyakarta yang bernama ASC (Acintyacunyata Speleological Club) untuk belajar sambil mengolah data pemetaan.
“Kami disini belajar cara mengolah data yang sudah kami buat di goa horizontal dan menggambarkan data tersebut menjadi peta dua dimensi” ujar Fariz, salah satu tim pemetaan goa horizontal.
Tim Peminatan Caving Gemuruh Langit berusaha mempelajari sulitnya pemetaan dan teknik cara menulusuri goa dan tidak lupa menjaga etika saat memasuki goa.
Tulisan Oleh Muhammad Herdiansah (AM – 018 – Gemuruh Langit) dan Muhammad Fariz Madana (AM – 023 – Gemuruh Langit)
Foto Dokumentasi ASTACALA