Kisahku di Sancang Conservation Service Camp

Pada 19 Juli 2018 kami baru saja mengikuti kegiatan Sancang Conservation Service Camp (SCSC) yang dipelopori oleh KPA Biocita Formica Universitas Pendidikan Indonesia. Acara ini bertujuan untuk membentuk kader konservasi yang terlatih dan berintegritas dalam melindungi lingkungan. Dalam acara tersebut kami belajar bersama mahasiswa dari perguruan lain dan komunitas pecinta lingkungan.

Untuk menuju pantai Cijeruk Sancang membutuhkan waktu 6 – 8 jam jika lokasi keberangkatan berada di wilayah Bandung. Kami memulai kegiatan di hari Kamis, 19 Juli 2018 dengan upacara pembukaan yang disambut oleh Kepala Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Jawa Barat dan dilanjutkan dengan kegiatan materi kelas. Materi yang diberikan pertama yaitu mengenai KSDAE dan konservasi yang disampaikan langsung oleh Kepala KSDAE Jawa Barat. Dilanjutkan dengan materi kader konservasi yang disampaikan bagian staff KSDAE yang bertugas melakukan pelatihan kader konservasi. Hingga waktu istirahat hingga pukul 13.00 WIB kami memulai kelas materi yang diisi alumni dari UPI dan Universitas Padjajaran (UNPAD) yang berkompeten dengan materi yang mereka sampaikan. Materi yang diberikan yaitu Ekosistem Mangrove, Anaisis Vegetasi, dan Birdwatching. Kegiatan di hari pertama selesai pukul 17.45 WIB dan dilanjutkan kegiatan bebas, di waktu itulah para peserta dan panitia saling bercengkrama dan mengenal satu sama lain.

Di hari kedua yaitu Jumat, 20 Juli 2018 kami dan peserta lainnya melaksanakan kegiatan lapangan setelah sarapan pagi. Lokasi yang digunakan untuk kegiatan praktek setelah materi kemarin bertempat di Cagar Alam Leuweung Sancang. Saat pelaksanaan peserta dibagi menjadi enam kelompok dan dua kelompok di di bimbing satu pendamping dari panitia pelaksana. Materi yang akan kami aplikasikan di  lapangan yaitu analisis vegetasi dengan luas area 20 x 20 m untuk kelas pohon, 10 x 10 m untuk kelas tiang, 5 x 5 m untuk kelas pancang, dan 1 x 1 m untuk kelas semai.

Dari tiap kelompok mulai untuk melakukan analisis vegetasi serta mengambil sample tumbuhan untuk pendataan dan analisis jenis tumbuhan. Setelah melakukan analisis vegetasi peserta melanjutkan perjalanan menuju hutan mangrove dengan menyusuri pesisir pantai. Empat puluh lima menit berjalan peserta akhirnya sampai ke area hutan mangrove. Ada beberapa jenis pohon mangrove sejati yang bisa ditemukan dari jenis ryzophora apliculata dengan ciri di ujung dari tangai daunnya terdapat kuncup berwarna merah berbentuk seperti bulan sabit, lalu jenis ryzophora mucronata untuk bentuk sama dengan apiculata namun yang membedakan yaitu warna dari ujung tangkainya berwarna hijau, dan jenis avicennia.

Setelah beberapa jam mengamati ekosistem hutan mangrove kami mulai melakukan perjalanan pulang menuju titik awal kami berangkat. Setelah sampai kami dipersilahkan untuk beristirahat dan makan siang sampai waktu menunjukkan pukul 13.30 WIB. Kami mulai melanjutkan kegiatan dalam ruangan untuk menerima lanjutan materi tentang jurnalistik lingkungan yang disampaikan oleh Bapak Sofyan dari Komunitas Sanggabuana dan materi Flora Dan Fauna Indonesia yang pembahasannya lebih spesifik membahas kucing besar yang masih hidup di Indonesia yaitu Harimau Jawa. Materi ini disampaikan oleh Bapak Didik yang sudah hampir dua puluh tahun konsisten meneliti keberadaan harimau jawa yang sudah dinyatakan punah pada tahun 1996. Setelah dua materi disampaikan kami pun istirahat hingga jam 19.00 WIB dan dilanjutkan materi terakhir pada hari Jumat dengan pembahasan ekowisata.

Di hari ketiga Sabtu, 21 Juli 2018 kegiatan kami diawali dengan praktek lapangan pengapliksian materi birdwatching yang dilaksanakan di sekitar lokasi Cagar Alam Leuweung Sancang. Kami dibagi kembali dalam kelompok yang sudah dibentuk hari kemarin bersama dengan LO dari panitia. Kegiatan ini dilaksanakan dari pukul 07.00 – 09.00 WIB dan dilanjutkan kegiatan diskusi bersama tentang burung yang berhasil diidentifikasi. Lalu kami melanjutkan kegiatan sarapan bersama dan kegiatan materi kelas kembali yang akan diisi oleh utusan langsung oleh Direktorat Kemitaraan Lingkungan. Materi yang disampaikan yaitu mengenai Direktorat Kemitraan Lingkungan, Hutan Mangrove dan potensinya, dan tentang Saka Kalpataru. Kegiatan kelas ini dilaksanakan hingga sore pukul 15.00 WIB lalu kegiatan diakhiri dengan kegiatan bebas.

Pada Minggu, 22 Juli 2018 kami, peserta lain, dan panitia melaksanakan acara puncak dari Sancang Conservation Service Camp yaitu penanaman bibit mangrove bersama siswa siswi SMP di sekitar Pantai Cijeruk Sancang. Kegiatan penanaman dilaksanakan setelah sarapan pagi dengan jumlah bibit yang ditanam berjumlah seratus bibit. Setelah penanaman kami kembali ke camp untuk berkemas persiapan pulang. Selain berkemas kami dan peserta yang lain juga melakukan sedikit pembersihan di sekitar tempat camp peserta. Setelah selesai persiapan untuk pulang kegiatan dilanjutkan dengan upacara penutupan.



Tulisan oleh Muhammad Faiz Azhari (AM – 010 – Lentera Cakrawala)

Foto Dokumentasi ASTACALA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *