Aku di Antara Derasnya Sungai Sukabumi
Masih teringat jelas dalam ingatan, jernih terlihat dalam pandangan,sejuk menyentuh jernih airnya. Melebur menjadi satu kenikmatan, alirannya mengalir keseluruh penjuru alam, alirannya memberi semangat di saat layu, Bergemuruh mengalun dengan indah. Terdengar suara burung bersiul sambil bersautan, dawai-dawai bunyi batu bertabrakan dengan air, jeram-jeram yang mengalir begitu menantang, seraya berkata
“Mari kesini bermain denganku”.
Ah, itulah sekilas ungkapan ku dalam perjalanan kali ini.
Kali ini, aku sebagai Anggota muda Astacala, kembali melakukan perjalanan dalam rangka Pendidikan Lanjut Anggota Muda Astacala angkatan Duri Samsara. Sekilas tentang pendidikan Lanjut Anggota Muda Astacala, adalah serangkaian kegiatan yang harus di lalui oleh Anggota muda Astacala untuk menjadi Anggota Biasa Astacala. Terdiri dari Navigasi Darat, Gunung Hutan, Peminatan, hingga Perjalanan Wajib. Perjalanan kali ini adalah peminatan, di mana Anggota Muda Astacala diharuskan memilih salah satu dari divisi yang ada di Astacala, ada Panjat Tebing, Susur Goa (Caving), dan Olahraga Arus Deras (Orad). Tentunya aku harus memilih satu divisi diantara ketiga divisi tersebut. Aku memilih Olahraga Arus Deras (Orad), yang biasa disingkat Orad karena menurutku divisi ini cocok denganku.
Dimulai dari Persiapan peralatan, Pengenalan materi Orad, latihan tehnik Orad hingga latihan fisik, dan juga persiapan manajemen perjalanan. Konsep Orad kali ini sedikit berbeda dari tahun tahun sebelumnya, yang biasanya hanya pengarungan pada satu sungai. Kegiatan kali ini akan melakukan pengarungan dua hari berturut – turut di dua sungai yang berbeda. Kami melakukan pengarungan pada Sabtu – Minggu, 25 – 26 Februari 2017. Bertempat di sungai Citatih (grade 3+) dan Cimandiri (grade 2+) Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia.

Jumlah personil dalam perjalanan kali ini ada 10 orang. meskipun banyak, tapi yang menjadi peserta pendidikan hanya 2 orang, Aku (Bogun) dan Mika (AM – 006 – Duri Samsara). Sisanya Instruktur dan Partisipan. Pada awalnya peserta kegiatan Pendidikan Lanjut peminatan ini ada 4 orang, karena sedikit halangan jadi mereka tidak bisa berangkat bersama kami.
Singkat cerita, Pengarungan pun masuk hari pertama di hari yang cukup cerah, suasana yang sejuk, dan embun yang dingin membasahi rerumputan. Sabtu, 25 Februari 2017 kami Berangkat dari basecamp Cikundul sekitar pukul 07.00 menuju titik start dengan mengendarai mobil pick up. Setelah sampai di titik start (Baros), kami langsung melakukan persiapan peralatan dan juga pemanasan.

Pengarungan pun dimulai pukul 09.00 pagi. Materi hari ini adalah teknik skipper, sketsa jeram, renang jeram, flip, dan ferrying. Masuk materi Skipper dimana aku sebagai peserta peminatan diwajibkan melakukan tugas skipper mengarahkan perahu ke tujuan yang benar, dan menjamin keselamatan awak serta menyelesaikan pengarungan dengan selamat. Setelah materi teknik skipper ini, materi berikutnya adalah sketsa jeram, materi ini hanya sekedar pengenalan dasar-dasar penggambaran jeram dalam 2 dimensi, dengan alat bantu berupa kompas, alat tulis, dan kertas kodatrace.
Di tengah pengarungan, ada praktik materi ferrying. Ferrying adalah teknik menyeberangkan perahu melawan arus dengan posisi perahu menantang arus 450. Setelah materi ferrying, dilanjutkan materi renang jeram, yaitu seseorang harus berenang melewati jeram dalam keadaan telentang melihat keatas (renang pasif), jika arus sudah tenang baru mulai renang ke tepi (renang aktif). Pada materi ini pun semua anggota mencoba renang jeram, tak terkecuali instruktur dan partisipan.
Telinga yang kemasukan air, mata pedih akibat terkena air dan sesak nafas karena tersedak air, itulah kondisi rata–rata semua anggota setelah melakukan renang jeram. Kali ini terjadi sedikit insiden dalam renang jeram, ketika Tya (AM – 006 – Lentera Cakrawala) melakukan renang jeram, di sisi lain Rona (AM – 009 – Duri Samsara) siap dengan throw rope sebagai tali rescue. Mungkin karena baru pertama renang jeram, jadi Tya sedikit panik akibat tersedak air. Ketika melihat keadaan Tya yang panik, Rona langsung melempar tali rescue, tapi sayangnya tidak mengenai sasaran. Tidak berhenti sampai disitu, Rona tetap ingin menolong Tya yang panik, tetapi akibat Rona tergesa-gesa ingin menolong Tya sehingga tali rescue yang harusnya di pegang rona terlepas dari genggaman tangan Rona. Dan Tya pun menepi dengan usaha sendiri. Alih-alih membantu, Rona melakukan kesalahan akibat tergesa-gesa.
Siang pun tiba, dua perahu menepi untuk makan siang. Panas terik menyentuh kulit, ditambah percikan air yang membasahi badan perahu menambah serunya pengarungan kali ini. Sekilas tentang sungai ini, ada beberapa jeram di Sungai Cimandiri ini, yang aku ingat hanya 3 jeram. Jeram Tangga, karena bentuknya seperti tangga. Jeram Asmara, dan Jeram Gerbang Neraka, yang katanya cukup membuat repot para pengarung di Jeram Gerbang Neraka ini karena sulit untuk dilewati dan tak jarang perahu terbalik disini (flip). Cukup menantang memang beberapa jeram di sungai ini, apalagi untuk pemula sepertiku.

Setelah makan dan tenaga kembali terisi, tentunya kami siap melanjutkan pengarungan hingga titik finish (ciplit). Sembari pengarungan, diselipkan materi simulasi flip. Beberapa puluh meter menjelang titik finish, insiden kembali terjadi. Salah satu perahu mengalami wrap atau tersangkut pada batu. Setelah beberapa menit lamanya ditangani oleh anggota Astacala dan operator, akhirnya perahu bisa dikembalikan ke posisi semula. Sampai titik finish kami pun bergegas menuju basecamp untuk segera mandi dan istirahat.
Tak terasa masuk hari terakhir pengarungan, kali ini kami mengarungi Sungai Citatih (grade 3+) yang tentunya lebih menantang, karena jeram-jeramnya lebih deras dari sebelumnya hingga potensi perahu terbalik (flip) lebih tinggi. Hari ini full pengarungan panjang, dimulai dari Citatih bawah dan finish di jambatan. Sekilas tentang jeram di Sungai Citatih yang aku ingat ada Jeram Valen (seperti teknik belok Valentino Rossi), Jeram Panjang (yang di isi oleh standing wave yang cukup panjang sampai 1 km), dan Jeram Jambatan (karena di atasnya ada jembatan).
Terdengar suara gemuruh jeram yang deras, pemandangan eloknya tebing memanjakan mata, serta teriknya matahari yang menambah suasana kala itu. Aku dan Mika pun langsung mengambil alih perahu. Satu demi satu jeram dilewati. Melihat air yang begitu deras menggulung bebatuan membuat adrenalinku semakin terpacu, pantang rasanya jika tidak melewati jeram-jeram ini. Pengarungan kedua ini disuguhi pemandangan khas Bumi Pasundan, Jawa Barat. Di sisi selatan terhampar Pegunungan Halimun Salak, tak jarang kami terkagum melihat pemandangan hutan lebat di tepi sungai. Tak terasa pengarungan akan segera berakhir.
Beberapa saat kemudian terjadi satu insiden lagi. Dimana aku terjatuh ketika melewati jeram yang cukup deras dan terdapat hole dibawahnya. Terjatuhlah aku disitu. Dengan sigap aku menarik tali jangkar yang ada di perahu, dan beruntung saja tidak masuk ke aliran hole, yang bisa menyebabkan bahaya. Aliran hole adalah salah satu aliran berbahaya, bentuknya seperti menggulung, dan jika masuk kesana akan sulit untuk keluar.
Titik finish sudah terihat, akhirnya pengarungan ini selesai. Aku bersyukur karena pengarungan kali ini berjalan lancar tanpa hambatan berarti. Setelah menepi kami memetik buah kelapa langsung dari pohonnya dan tak bisa dibayangkan betapa segarnya air kelapa memanjakan mulut dan kerongkongan yang kering selama pengarungan. Setelah itu kami bergegas menuju tempat parkir mobil pick up serta menaikan semua peralatan. Kemudian kami menaiki mobil pick up menuju basecamp untuk mandi dan makan. lalu bergegas pulang ke Sekretariat Astacala.
Beberapa foto perjalanan:
Tulisan oleh Ahmad Fauzan (A – 133 – Duri Samsara)
Foto Dokumentasi Astacala