Air
Air adalah materi yang paling berlimpah di bumi ini. Sekitar 71% bagian bumi adalah air dan sekitar 70% dari berat tubuh manusia adalah air. Air juga menjadi bagian hidup manusia. Air adalah hal yang penting bagi pertanian, industri, rumah tangga maupun kegiatan produktif lainnya. Dapat disimpulkan air menjadi kebutuhan hampir di semua lini kehidupan manusia. Berdasarkan data dari PBB tahun 1999 yang mengungkap fakta bahwa pertumbuhan penduduk dunia mencapai 77 juta orang per tahun, atau sama dengan 213 ribu orang per hari. Dengan begitu berarti terjadi peningkatan kebutuhan air dari tahun ke tahun. Sehingga perihal ketersediaan air bersih menjadi masalah seluruh umat manusia dewasa ini. Sedangkan untuk mendapatkan air yang bersih membutuhkan proses yang lama, bahkan di daerah-daerah tertentu air bersih sekarang ini sulit didapatkan.
Saat ini air sangat terancam. Di Indonesia sudah banyak terjadi krisis air bersih seperti masyarakat Desa Tliu, Amanuban Timur, Timor Tengah Selatan dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Kurangnya curah hujan menyebabkan sungai yang biasa mereka manfaatkan sebagai sumber air bersih mengering, sehingga mereka harus menempuh jarak kurang lebih 10 kilometer untuk mendapatkan air bersih yang layak untuk dikonsumsi dan digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
Di tengah kesulitan mendapatkan air bersih, industri malah menghasilkan limbah berbahaya yang dibuang langsung ke sumber-sumber air. Mengancam kehidupan manusia dan lingkungan. Semakin banyak perusahaan-perusahaan yang dibangun, semakin banyak lahan yang termakan. Demi pundi-pundi uang yang mereka tampung, dengan egois mereka melakukan itu. Mereka mengalihfungsikan lahan sawah yang menjadi sumber mata pecaharian dan menggunduli hutan. Keuntungan yang didapat tidak sebanding dengan dampak yang ditimbulkan oleh perusahaan yang mereka dirikan. Mulai dari karbon yang dikeluarkan oleh pembakaran gas emisi, selain menyebabkan pencemaran udara juga menyebabkan naiknya suhu permukaan bumi yang menimbulkan efek rumah kaca dan menipisnya ozon. Belum lagi masalah yang ditimbulkan akibat limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) yang dibuang sembarangan ke sungai. Lihat saja permasalahan Sungai Citarum yang dari tahun ke tahun terus berulang, seakan tidak berujung. Sungai Citarum merupakan sungai terbesar di Jawa Barat yang memiliki panjang kurang lebih 300 meter. Seperti yang kita ketahui Sungai Citarum merupakan sungai yang kental akan nilai historis. Hulunya terletak di Situ Cisanti yang terkenal dengan 7 sumber mata air. Tetapi kini Sungai Citarum sudah masuk dalam daftar sungai dengan tingkat pencemaran yang paling tinggi di dunia. Pemerintah harusnya lebih tegas menindaklanjuti kasus terkait pembuangan limbah B3. Undang-undang yang dibuat untuk mengatur tentang pencemaran lingkungan menjadi percuma jika tanpa tindak lanjut yang serius. Terlebih lagi kurangnya kesadaran manusia terhadap kelangsungan hidup dan lingkungan. Mereka lebih mementingkan perkembangan industri yang dianggap lebih menguntungkan daripada lingkungan. Padahal di tahun-tahun berikutnya tidak ada lagi yang bisa dinikmati jika lingkungan telah rusak.
Air kini tercemar, sebagian sungai tidak lagi berair, sedang kebutuhan air bersih tidak berkurang. Padahal untuk mendapatkan air bersih perlu proses self purification. Dikutip dari laman delima, self purification adalah proses penguraian bahan organik maupun kontaminan lainnya yang ada secara alamiah melalui proses fisik, kimia dan biologis. Beberapa proses yang terjadi di antaranya adalah proses pengenceran (proses terjadinya pengurangan kadar kontaminan dalam air karena adanya penambahan jumlah air didalamnya), pengendapan (proses terjadinya pengendapan partikel padatan yang ada dalam air sungai karena gaya gravitasi bumi), dan penyaringan (proses meresapnya air ke dalam tanah). Proses pengendapan dapat diminimallisir dengan hutan yang masih terjaga. Bagaimana caranya? Apa sebenarnya hubungan hutan dengan air? Dikutip dari laman kompasiana, Emil Salim yang merupakan bapak lingkungan hidup internasional mengatakan bahwa “Hutan mempunyai kemampuan mengatur tata air, mencegah erosi dan banjir serta memelihara kesuburan tanah.” Kenapa hutan dikatakan memiliki kemampuan mengatur tata air? Hal ini tidak terlepas dari keberadaan jutaan bahkan milyaran tegakan pohon yang terdapat dalam suatu kawasan hutan.
Indonesia memilliki banyak keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna yang tentunya bertempat di hutan. Tetapi sayangnya kerusakan hutan di tanah air semakin memprihatinkan. Berdasarkan catatan Kementrian Kehutanan Republik Indonesia sedikitknya 1,1 juta hektar atau sekitar 2% dari hutan Indonesia menyusut setiap tahun. Data Kementrian Kehutanan menyebutkan bahwa dari sekitar 130 hektar hutan yang ada di Indonesia, 42 juta hektar di antaranya sudah habis ditebang. Orang-orang kembali lebih tertarik dengan keuntungan yang didapat dari segi materi, tetapi tidak mempedulikan kelangsungan hidup di masa mendatang.
Banyak sekali fungsi hutan, termasuk menyimpan cadangan air. Pohon itukah yang menyimpan air? Bukan! Pohon hanya menyimpan air untuk kebutuhannya sendiri. Tanahlah yang menyimpan air jatuh pada daerah resapan air. Daerah resapan air adalah daerah masuknya air dari permukaan tanah ke dalam zona jenuh air sehingga membentuk aliran air tanah yang mengalir ke tempat yang lebih rendah. Bagaimana cara tanah menyimpan air? Milyaran tegakan pohon dengan tajuknya serta kanopi yang cukup lebar akan menahan hempasan air hujan. Dalam posisi ini, air hujan tidak langsung menumbuk permukaan tanah, tetapi akan jatuh perlahan-lahan melalui tajuk dan mengalir melalui batang pohon. Kemudian permukaan tanah yang dipenuhi tegakan pohon akan menghasilkan serasah (litter) yang cukup banyak. Serasah itu berasal dari bahan organik berupa daun dan ranting kering yang gugur. Secara perlahan, serasah sedang menuju kepada proses pembusukan. Bahan organik itu terkumpul di atas permukaan tanah (top soil). Salah satu fungsi seresah dan tanaman bawah (rumput) adalah menahan hempasan air yang jatuh dari tajuk sehingga tidak langsung menumbuk permukaan tanah. Bagi kawasan yang tidak memiliki tegakan pohon, hempasan air hujan akan langsung menumbuk permukaan tanah. Tumbukan air hujan secara terus-menerus dapat mengikis lapisan atas tanah.
Apa keuntungan banyaknya tegakan pohon dan tanaman semak di kawasan hutan? Permukaan tanah tidak mendapat hempasan yang keras dari air hujan sehingga kondisi permukaan tanah tetap gembur dan berpori; Proses air mencapai tanah sedikit lebih lama, sehingga proses penyerapan air lebih maksimal; Air larian akan berkurang karena air simpanan yang masuk ke dalam tanah bertambah sehingga resiko terjadinya banjir akan berkurang. Jauh daripada itu, apabila terjadi kerusakan hutan juga akan mengakibatkan meningkatnya pemakaian energi fosil yang akan menyebabkan kenaikan gas CO2. Gas tersebut naik menyelubungi bumi hingga akhirnya membuat lapisan ozon semakin menipis dan terjadi pemanasan di permukaan bumi. Hutan juga berfungsi menyerap karbon karena pada pohon terjadi aktifitas fotosintesis dan respirasi. Tanaman akan menyerap CO2 dan H2O dengan bantuan sinar matahari diubah menjadi glukosa yang merupakan sumber energi tanaman. Lalu akan menghasilkan H2O dan O2 yang kita butuhkan untuk bernafas dan menyerap karbon yang berlebih dalam atmosfer. Sehingga jika kita menebang satu pohon saja maka tidak terhitung berapa banyak karbon yang kita lepas.
Begitu banyak manfaat air. Selain yang telah dipaparkan, air juga memiliki manfaat di bidang energi. Air adalah salah satu sumber energi alami yang sangat besar. Energi air bisa dimanfaatkan menjadi listrik, melalui pembangkit listrik tenaga air. Menghasilkan listrik dengan cara seperti ini tentu akan lebih ramah lingkungan. Dibandingkan dengan menghasilkan listrik dari pembangkit berbahan bakar fosil. Sebab, limbah dari pembakaran fosil bisa menyebabkan emisi gas rumah kaca. Dampaknya akan memperburuk keadaan Indonesia yang hutannya banyak dirusak oleh tangan-tangan yang tidak bertanggungjawab. Seperti contoh kasus kebakaran hutan di Kalimantan yang mendunia. Tentu kebakaran hutan juga berpengaruh terhadap perubahan iklim.
Bisa dibayangkan betapa banyak kerugian akibat semakin menipisnya hutan. Hutan sebagai paru-paru dunia, memenuhi bebagai macam kebutuhan manusia, mencegah terjadinya banjir, erosi dan tanah longsor, sebagai rumah bagi berbagai jenis biodiversity atau keanekaragaman hayati dan untuk menyimpan cadangan air. Jika hutan terus-menerus digunduli, siapa yang akan menggantikan peran hutan? Kita terus menerus menyalahkan keadaan yang ada, tanpa ada kepedulian terhadap lingkungan. Mementingkan kepentingan peradaban industri dibanding lingkungan. Terus menerus mengeluarkan karbon dan menimbulkan pencemaran udara yang berlebih. Hanya oksigen yang dapat memerangi karbon tersebut, sedangkan oksigen dihasilkan oleh pohon. Apalah daya kita untuk menggantikan peran pohon? Tetapi kita justru terus-menerus menebang pohon, sumber oksigen dan pengatur tata air. Bukankah kita seperti sedang membunuh diri sendiri secara perlahan?
Oleh karena itu, mari lestarikan dan selamatkan hutan kita. Melestarikan hutan sama dengan menyelamatkan semua komponen kehidupan. Tanami lahan tandus dan kritis dengan tegakan pohon, senantiasa air akan tersimpan dalam aquifer. Jangan tunda untuk menanam pohon. Sehari sebatang pohon, setahun 365 batang pohon. Saat ini, mungkin uang dapat membeli air bersih, tapi itu tidak akan selamanya. Air bersih yang dibeli, hanya menunggu waktu untuk tercemar. Mata air yang terus mengalir, hanya menunggu waktu untuk kering. Kecuali hanya jika kita mau merubah pola pikir dan gaya hidup kita. Gunakan air sebijak mungkin. Jaga kelangsungan sumber-sumber air yang dimiliki.
Tulisan oleh Damai Laksmi Laksikasari (AM – 017 – Lentera Cakrawala)
Gambar oleh Mikaela Clarissa (AM – 006 – Duri Samsara)