Rumahku, Astacala
Tak peduli sebanyak apa letihku tergenang
Bila engkau disisiku, cerita ini kan tetap terkenang
Meski berkali diri terjatuh tersungkur untuk bertemu
Percayalah, langkah kaki ini akan selalu untukmu
Adakalanya peluh ini memanglah terbagi
Tetapi saat kau memanggilku, takkan sanggup ku jauh pergi
Walau aku takkan mampu bersanding
Selama bersama, genggam ini pasti tiada banding
Astacala…
Tanpamu berkalang tanah berhalang kabut
Hingga akhirnya menjadi yang selamanya tersebut
Di kala jingga merambahi langit yang tak lagi biru
Menanti sang gunung yang kokoh tak lagi berseru
Membiarkan sang mentari bersembunyi dan tersipu malu
Di ufuk barat tempat untuk berbaring berlalu
Dalam pejaman mata yang tak lagi kenal dunia
Bersama udara yang tak lagi mengudara
Tulisan oleh Lathifa Rizqy A. (AM – 005 – CA)
Gambar M. Nuruzzamanirridha (A – 119 – AF)