Kebakaran Hutan dan Asap, Salah Siapa?

Related Articles

Akhir-akhir ini sering terdengar kabar tentang kebakaran hutan dari berbagai daerah. Dampak yang sudah meluas kemana-mana membuat hal ini harusnya tak lagi dipandang sebelah mata. Kebakaran hutan yang terjadi hampir setiap tahun membuat peran pemerintah dalam penanganan kasus ini tidak begitu kentara. Ditambah jika dilihat dari tahun-tahun sebelumnya kebakaran kali ini merupakan yang paling luas.

Kebakaran Hutan
Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan terjadi karena beberapa faktor. Faktor alam seperti suhu di musim kemarau yang sangat panas, sambaran petir, juga aktivitas vulkanik dari gunung berapi (aliran lahar maupun awan panas) yang membuat banyak lahan kering semakin mudah terbakar. Selain itu maraknya alih fungsi lahan hutan menjadi wilayah perkebunan dan pembakaran sisa-sisa perkebunan yang seringnya tidak terkontrol. Terjadinya ground fire / kebakaran hutan yang terjadi dalam tanah, biasanya terjadi di lahan gambut sehingga dapat menyulut api. Kecerobohan orang yang terlihat sepele juga bisa mengakibatkan kebakaran hutan seperti membuang puntung rokok sembarangan. Kegiatan pendakian gunung yang kini menjadi gaya hidup, menyisakan pendaki-pendaki teledor yang lupa mematikan api unggun. Dari beberapa faktor tersebut jelas sekali usaha penanggulangan yang dilakukan hanya dari pihak pemerintah tidak akan efektif melainkan membutuhkan kerjasama dari para warga.

Sudah banyak kita ketahui tentang dampak dari kebakaran hutan. Antara lain dapat menyebarkan emisi gas CO2 ke atmosfer, kerusakan pada ekosistem hutan, kegundulan hutan yang nantinya akan berubah menjadi banjir seiring dengan perubahan musim, kekeringan yang mengancam karena kekurangan sumber air, ketersediaan kayu sebagai bahan industri berkurang, meningkatnya penderita infeksi saluran pernafasan dan kanker paru-paru terutama pada anak-anak dan usia lanjut, juga terganggunya kamanan berlalu lintas karena jarak pandang yang pendek.

Riau dan sekitarnya menjadi contoh besar dalam kasus ini, kebakaran hutan di sana  mungkin sudah menjadi bencana nasional karena dampak kebakaran tersebut tidak hanya merugikan dari segi materi namun sudah menyangkut nyawa orang banyak. Ribuan bahkan jutaan  warga Riau harus waspada kemungkinan timbulnya masalah seperti ispa dari apa yang mereka hirup sehari-hari. Tidak berhenti di situ saja asap dampak kebakaran hutan tersebut sebenarnya sudah menyebrang ke negara tetangga yaitu Singapura dan Malaysia. Pemerintah dituntut lebih cepat mencari solusi, namun nyatanya solusi pemerintah juga masih terkesan lamban untuk menanggulangi kondisi tersebut.

Melihat kejadian kebakaran hutan di Riau tersebut tidak menutup kemungkinan daerah–daerah di Jawa yang masih mempunyai hutan luas bisa mengalami kejadian serupa bila tidak ada penanggulangan lebih lanjut. Apalagi makin maraknya pendaki gunung dengan berbagai tujuan masing–masing yang tidak semua peduli dengan lingkungannya. Ditambah kurangnya kesadaran  pendaki akan pentingnya menjaga limgkungan yang mereka daki.

Sebenarnya, ada beberapa tindakan preventif yang dapat dilakukan untuk mencegah hal ini. Mulai dari pemetaan tentang daerah-daerah yang rawan kebakaran, memantau keadaan dan tanda–tanda kebakaran, memberikan penyuluhan tentang pentingnya hutan, melarang pembukaan lahan dengan membakar hutan dan tidak membuang putung rokok sembarangan. Mungkin upaya ini tidak menjanjikan hasil yang seberapa besar, tapi berusaha jauh lebih baik bukan?

Jadi, mulai sekarang janganlah terlalu banyak menyalahkan siapapun akan kebakaran hutan yang terjadi setiap tahun. Masyarakat juga harus mulai berfikiran terbuka untuk mementingkan lingkungan sebagai warisan kepada anak cucu di masa yang akan datang, saling bahu-membahu bersama pemerintah dalam penanggulangan kebakaran hutan, lebih berperan aktif menjaga lingkungan di sekitar kita dan saling mengingatkan terhadap sesama.

Tulisan oleh Fahmi Arif Maulana (A – 106 – LH)

Foto Kebakaran Hutan

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Artikel Menarik

Dirgahayu Astacala Ke-21

... Sore itu, 17 Oktober 1992, di Kampus STT Telkom di Jalan PHH Mustofa (Jalan Suci Bandung), 50 orang mahasiswa berkumpul. Hari itu untuk...

Suatu Hari di Tulamben

Daerah ini kering. Pepohonan, semak-semak, dan rerumputan di tepi jalan seperti tak sanggup mengurangi panasnya pagi menjelang siang itu. Di kelokan jalan yang tempatnya...

Kampung Bena, Sebuah Peradaban Tertua yang Masih Tersisa di Flores

Pulau Flores masih menyimpan aneka ragam kebudayaan Indonesia. Salah satu keragaman budaya itu saya temukan di Kampung Bena, sebuah desa adat tertua di Flores yang masih memegang teguh kekayaan budaya Flores.