Hai, Namaku Trembesi

Related Articles

Pohon Trembesi

Di Malaysia aku sering disebut pukul lima, di Thailand dipanggil jamjuree, di Vietnam sebagai cay mura, di India sebagai vilaiti siris, di Kanada sebagai bhagaya mara, di Kuba sebagai algarrobo, di Kolombia sebagai campano, di Jerman sebagai regenbaum, di Puerto Rico sebagai pithecolobium, di Ghana sebagai samanea dan juga di Portugis sebagai chorona. Dalam bahasa Inggris pun aku dipanggil berbeda – beda. Kadang dipanggil East Indian Walnut, kadang Rain Tree, kadang Saman Tree, kadang Acacia Preta, dan juga terkadang False Powder Puff. Di beberapa daerah di Indonesia, mereka memanggilku dengan ‘kayu ambon’ (Melayu), trembesi, ‘munggur’, ‘punggur’, ‘meh’ (Jawa),  dan ‘ki hujan’ (Sunda). Tetapi sesuai dengan kesepakatan internasional aku disebut Samanea saman yang mempunyai sinonim Albizia saman.

Aku tahan terhadap serangan jamur dan rayap. Polong buahku dapat dimakan oleh hewan ternak yang biasa terdapat di areal padang penggembalaan, berupa : kuda, kambing dan domba, semut dan lebah juga sering terlihat menghisap buahku yang memang rasanya manis. Aku merupakan jenis tanaman cepat tumbuh (fast growing species) yang tumbuh sangat baik pada tanah dengan drainase yang baik. Aku mampu mencapai ketinggian 20-25 meter dengan diameter tajuk 15-20 meter. Tidak merusak ekosistem lokal terhadap mikroorganisme tanah dan juga tidak ada karona daunku serta buah polongku yang mengandung gula akan lapuk menjadi humus yang merupakan media yang sangat baik untuk mikroorganisme tanah.

Daya serap gas CO2 yang aku miliki, sangatlah tinggi. Aku sendiri saja mampu menyerap 28,5 ton gas CO2 setiap tahunnya (diameter tajuk 15m). Selain itu aku juga mampu menurunkan konsentrasi gas secara efektif sebagai tanaman penghijauan dan memiliki kemampuan menyerap air tanah yang kuat. Selain diriku juga terdapat beberapa pohon yang dapat menyerap CO2 yang cukup banyak misalnya kenanga, pingku, beringin, krey, payung, matoa, mahoni, saga dan bungur. Soal kehebatanku ini, Dr. Ir. H. Endes N. Dahlan telah meriset 43 pohon yang sering dimanfaatkan sebagai tanaman penghijauan. Hasilnya, Aku lah yang terbukti paling banyak menyerap karbondioksida dan memiliki kemampuan menyerap air tanah yang kuat. Dalam setahun, aku dapat menyerap 28,488,39 kg karbondioksida (CO2).

Bibit Trembesi

Ya, itu lah aku, tanaman trembesi. Tumbuhan yang diperkirakan berasal dari Meksiko, Peru dan Brazil namun sekarang telah tersebar ke seluruh daerah beriklim tropis termasuk ke Indonesia

Mengutip dalam situs resmi Kementrian KESRA disebutkan bahwa Pemerintah Indonesia berkomitmen akan mengurangi 26 persen emisi karbon pada 2020. Penanaman pohon bisa memenuhi komitmen pengurangan emisi karbon dan Pohon Trembesi efektif dalam penyerapan karbon dari udara.

Maka pada Januari 2010, Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono menyelenggarakan pencanangan pohon trembesi untuk menyerap karbondioksida (CO2) sebagai salah satu cara guna mengurangi pemanasan global. Kemudian  beliau juga mengadakan program penanaman satu milyar pohon dan program pohon trembesi bantuan presiden pada tahun 2013.

Ayo kita dukung program pemerintah tersebut dengan menanam pohon. Dengan mengetahui kelebihan pohon trembesi tersebut, trembesi dapat menjadi pilihan kita dalam menanam pohon.

Satu pohon yang anda tanam begitu berarti. Jangan bertanya di mana atau kapan. Tanam saja. Kita awali tahun 2014 dengan menanam pohon.

“Kita harus menanam kembali hijau saat ini dan nanti. Kita harus menanam kembali satu saja sangat berarti untukmu. Tanam saja, tanam sajalah. Alam sehat, tanggung jawab.”  []

Lirik Lagu dari Nosstress – Tanam Saja

Tulisan oleh Affajar MPKIS & Muhamad Toshio
Source Foto dari Didut & Karya Barokah
Referensi dari Dahlan, Endes. 2010. Trembesi Dahulunya Asing Namun Sekarang Tidak Lagi. Bogor : IPB Press

Comments

  1. tanamlah trembesi pada lahan yg sekiranya tidak akan didirikan bangunan dalam waktu dekat..
    sedih sekali melihat di saat pohon ini sedang akan tumbuh, tetapi terpaksa “digusur” oleh pembangunan gedung..

    oh ya, tips dikit, jangan menanam pohon ini terlalu dekat dengan bangunan, karena sifat akarnya yg sangat kuat dapat merusak pondasi & tembok..
    jaga jarak tanamnya dengan bangunan, minimal 10 meter, karena pohon ini hanya dlm waktu 5 tahun tidak akan bisa kita peluk penuh batang utamanya, alias akan tumbuh besar dan rimbun, hehehe..

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Artikel Menarik

Bandung, Manusia, dan Emisi Kendaraan

Zaman dahulu, saat kendaraan masih berupa delman dan becak, Bandung merupakan salah satu kota ternyaman di Indonesia. Terletak di daerah beriklim tropis, suhu rata-rata...

Menyusuri Dago Pakar – Maribaya

Bagi sebagian besar masyarakat Bandung, pasti tidak asing lagi mendengar tempat yang bernama Dago Pakar dan kawasan wisata Maribaya. Dago Pakar atau yang sebenarnya bernama...

Mendaki Gunung Slamet

Sedikit ingin berbagi informasi dan pengalaman perjalanan menuju puncak Gunung Slamet, beberapa bulan yang lalu di tahun 2008. Postingnya agak sedikit tertunda, dan baru...