Sebuah Elegi, Antara Kita dan Emisi

Related Articles

Semua dimulai ketika kita bangun dari tidur. Menyalakan lampu, mengecek handphone, mendengarkan berita pagi sambil menyeruput secangkir kopi panas. Mengendarai motor, menyalakan komputer dan lalu menghidupkan pendingin ruangan di kala gerah menyerang.

Ketika sore menjelang, kembali kita mengunakan motor untuk mengantar kita kembali ke peraduan. Lelah dengan semua itu, kita melepas penat dengan menonton televisi atau mendengarkan musik. Begitu terus hingga akhirnya kita tertidur kembali. Sebuah ritme yang sama, perulangan yang tiada habisnya dan tanpa pernah kita sadari, seberapa banyak emisi yang kita hasilkan dalam satu hari.

Apa itu emisi?

Emisi adalah gas buang sisa hasil pembakaran bahan bakar. Sebagian dari gas yang dikeluarkan ini sifatnya beracun, dan sebagian besarnya merupakan gas rumah kaca yang punya andil besar pada pemanasan global. Intinya, emisi itu merugikan bumi.

Asap Kendaraan

Lalu bagaimana? Apakah kita harus meninggalkan semua peralatan yang menghasilkan emisi, yang notabene berperan besar dalam kehidupan kita?

Tidak. Harus kita sadari dengan kondisi seperti sekarang ini tidak mungkin kita meninggalkan semua peralatan tersebut. Hampir mustahil membuat angka emisi menjadi 0, yang bisa kita lakukan adalah menekannya dengan gaya hidup yang ramah lingkungan. Misalnya seperti mematikan lampu dan alat elektronik lainnya ketika tidak diperlukan, mencabut stop kontak peralatan listrik yang tidak terpakai dan membudayakan jalan kaki atau naik sepeda.

Lakukan hal–hal kecil lainnya yang sekiranya bisa mengurangi emisi yang kita keluarkan setiap hari. Walaupun kecil tapi ketika melakukannya setiap hari, sepanjang hidup kita, akan besar yang kita sumbangkan untuk bumi kita ini.

Apakah ada hal lain yang bisa kita lakukan?

Ada, yaitu menanam pohon. Dengan menanam pohon kita bisa menghasilkan oksigen dan membantu penyerapan karbondioksida. Sehingga meskipun setiap harinya kita menghasilkan emisi, kita juga memproduksi oksigen, gas yang bermanfaat besar bagi bumi kita. Menanam pohon ini seperti kompensasi yang kita keluarkan atas perbuatan kita yang selalu menghasilkan gas buang yang merusak bumi kita.

Mari menanam pohon !

Saya sendiri sudah punya sekitar 15 pohon binaan. Memang masih kecil, dan oksigen yang dihasilkan belum sebanding dengan emisi yang saya hasilkan setiap harinya. Tapi suatu hari nanti, ketika 15 pohon itu sudah jadi besar dan mampu menghasilkan oksigen dalam jumlah yang besar, sedikit banyak saya akan sanggup membayar hutang atas kerusakan yang saya sebabkan selama ini. Dan saya tidak akan berhenti hanya sampai 15 pohon saja, saya akan terus berusaha menambah jumlah dan merawatnya sampai besar. Jadi, mari menanam pohon kawan !

“Jangan hidup cuma untuk mati tapi hiduplah untuk kehidupan yang akan datang. Untuk kehidupan yang lebih baik bagi anak cucu kita.”

Tulisan oleh Handung D Payana
Foto :  Google dan Dokumentasi Astacala

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Artikel Menarik

Temu Wicara Kenal Medan XXIII

Temu Wicara Kenal Medan atau yang biasa disingkat TWKM merupakan forum tertinggi mahasiswa pecinta alam (Mapala) tingkat perguruan tinggi se-Indonesia yang biasa diadakan setahun...

Kekeringan – Saat Waduk Kehilangan Air

Siang itu matahari bersinar terik. Bulan Oktober sudah lewat lima belas hari. Harusnya hujan sudah turun. Tiga orang bercapil (topi tradisional) mencari ikan di...

Binaiya (Bagian 9: Dari Aimoto ke Isiali)

Saya mendengar burung-burung berkicau menyambut pagi di sekitar Aimoto. Lalu merasakan sinar matahari menyusup, melalui celah-celah dinding selter yang saya tempati. Bangun dari tidur,...