Pendidikan Dasar Astacala 20
Pendidikan Dasar Astacala (PDA) 20 yang merupakan tahapan awal yang harus dilalui seorang calon anggota Astacala telah selesai dilaksanakan dan ditutup pada tanggal 15 Januari 2012 lalu. Pendidikan dasar ini merupakan suatu proses regenerasi untuk menyamakan persepsi antara calon anggota dengan Astacala, tentang keorganisasian Astacala, kepecintaalaman dan kegiatan alam terbuka. Sehingga diharapkan setelah melalui tahapan ini mereka yang lulus akan mempunyai persamaan visi dan misi yang sama dalam satu wadah Astacala.

PDA 20 ini dibuka pertama kali untuk pendaftaran pada tanggal 7 November 2011 sampai dengan 18 November 2011 di Kampus IT Telkom dengan jumlah siswa terdaftar adalah 49 orang. Sejak tanggal tersebut seluruh siswa mengikuti rangkaian acara pendidikan dasar seperti tes fisik, latihan fisik, dan materi kelas tentang kegiatan alam terbuka dilakukan secara rutin. Dari tes fisik diharapkan panitia mampu mengukur tingkat kemampuan dan peningkatan kondisi fisik siswa pendidikan dasar, sedangkan latihan fisik ditujukan untuk meningkatkan kondisi fisik tersebut. Untuk materi kelas sendiri adalah sebagai media agar semua teori kepecintaalaman dapat disampaikan oleh instruktur supaya para siswa pendidikan dasar mampu menguasai semua teori tersebut sebelum mempraktikannya langsung di lapangan.
Pada tanggal 10 – 11 Desember 2011, dilaksanakan pula Praktik Kecil Navigasi Darat di area Perkebunan Teh Riunggunung, Desa Pulosari, Kecamatan Pangalengan, Jawa Barat dengan jumlah siswa yang ikut adalah 30 orang. Dilaksanakan pula Praktik Kecil Navigasi Darat Susulan untuk 2 orang siswa di lingkungan kampus IT Telkom pada tanggal 1 Januari 2012. Kegiatan navigasi darat ini bertujuan untuk mengasah kemampuan siswa PDA dalam praktik penggunaan peta dan kompas serta menganalisa medan. Disisipi juga materi gunung hutan berupa pembuatan camp, api, dan belajar menggunakan berbagai peralatan gunung hutan.
Namun seiring perjalanan waktu jumlah siswa sedikit demi sedikit mulai berkurang menjadi 28 orang sampai kegiatan puncak yang berupa praktik lapangan besar yang dimulai pada hari Jumat tanggal 6 Januari 2012. Dengan materi pertama long march atau perjalanan panjang yang dimulai dari titik start di Dusun Cikakak, Desa Mekarwangi, Jawa Barat. Siswa pendidikan dasar melakukan perjalanan panjang sekitar 15 km lebih selama dua hari ke titik awal materi gunung hutan di tepian hutan yang masuk ke dalam kawasan Gunung Wayang di Desa Mekarwangi, Kecamatan Sindangkerta. Selama perjalanan long march, keadaan cuaca cerah dan panas terik. Selama perjalanan Long March ini siswa masih bersemangat mengikuti rangkaian kegiatan, namun ada beberapa siswa yang terkena sedikit cedera kaki ringan. Untuk materi gunung hutan dilaksanakan selama empat hari dengan menyusuri lembahan, mendaki punggungan Gunung Tilu dan Gunung Tambakruyung di Kecamatan Ciwidey, Jawa Barat. Di sesi Gunung Hutan ini siswa mulai benar-benar merasakan kondisi hutan di pegunungan yang dingin yang mengharuskan mereka benar-benar mempraktikan kemampuan navigasi darat, pembuatan camp dengan ponco, dan membuat api unggun. Tiga hari setelah itu, masih di sesi materi Gunung Hutan, para siswa diberikan materi pembuatan bivak alam. Keesokan harinya setelah para siswa sarapan pagi, dilakukan pembegalan terhadap logistik siswa PDA yang merupakan tanda dimulainya materi Survival atau bertahan hidup dengan perlengkapan seadanya. Di materi Survival mereka dididik untuk memanfaatkan makanan-makanan yang didapat langsung dari alam dan membuat trap. Jumlah siswa PDA masih bertahan 28 orang sampai hari pertama materi Survival ini. Di hari-hari materi ini mulailah turun hujan deras mulai dari siang hari sampai malam harinya. Di sinilah baru benar-benar mental siswa dididik dan ditempa oleh keadaan alam, beberapa dari mereka sudah terlihat lelah fisik dan mental yang mengakibatkan 2 orang siswa dinyatakan tidak dapat lagi melanjutkan perjuangan mereka sampai akhir.
Akhirnya pada hari kesepuluh, PDA 20 ini ditutup di Bumi Perkemahan Rancaupas, Kecamatan Ciwidey, Jawa Barat. Upacara penutupan dilakukan di lapangan rumput yang luas di mana pegunungan Ciwidey terlihat jelas dengan cuaca yang cerah dan panas terik. 26 orang siswa yang tersisa menamakan angkatan mereka sebagai Lembah Hujan. Menurut mereka, Lembah Hujan berarti walaupun hujan terus mengguyur mereka saat mereka sedang berada di lembah, mereka tetap bertahan melaksanakan proses yang mereka jalani, menjadi seorang Astacala, menjadi seorang manusia yang diharapkan dapat menjadi generasi penerus yang lebih baik, menjadi manusia yang berguna bagi bangsa, negara, serta alam dan lingkungan.
Tulisan oleh Ilfan Firqad
Foto oleh Ayis Nurwita