ARA di Cisangkuy Memang Cihuy
Bagi yang pernah mencicipi curamnya gradien Sungai Palayangan dan derasnya debit Sungai Citarum, mungkin akan memandang sebelah mata pada Sungai Cisangkuy. Terang saja, karena sungai yang terletak di Kecamatan Cikalong dan Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung ini hanya dilabeli grade III minus. Peta kekuatan di atas kertas memang kalah dengan Citarum yang III plus dan menjadi IV ketika pintu bendungan dibuka. Mengalir dari sumber air Situ Cileunca, grade Cisangkuy juga di bawah Palayangan yang konon memiliki grade IV plus. Tapi bukan alam namanya jika tidak punya karakterisktik tersendiri. You know everything is unique, because the creator is perfect. Sungai Cisangkuy yang membelah lembah antara Gunung Puntang dan Gunung Patuha tetap tidak bisa dianggap remeh begitu saja, dengan panjang pengarungan sejauh 14 kilometer apa pun bisa terjadi.

Pagi yang berawan menemani 17 anggota Astacala dan 9 tamu ARA (ARA atau Astacala River Adventure adalah sebuah program olah raga arus deras yang diperuntukan untuk umum yang dikelola oleh Astacala) dalam perjalanan ke Cisangkuy. Setibanya di base camp, langit dan matahari seolah sedang bersahabat sehingga mereka bekerja sama di mana langit rela mengosongkan awan mendungnya untuk memberikan ruang bebas kepada cahaya matahari. Pengecekan alat, pemanasan, dan briefing dilakukan secara apik demi mendapatkan pengarungan yang fun and fine.

Sesampainya di titik start, seluruh penginderaan saya terpesona oleh susunan harmonis perpaduan sawah dengan latar pegunungan, bola kuning yang bersinar belum terlalu tinggi, dan aliran sungai yang berbatu mengingatkan akan lukisan bocah Sekolah Dasar yang hanya berisi sawah, jalan, dan dua gunung yang ditengahnya ada matahari terbit. Kini saya membuktikan bahwa lukisan itu nyata dan memang benar adanya. Dan kepuasan ini tidak akan berhenti di sini, ada ribuan batu di dalam sungai dan derasnya arus yang menunggu untuk dijamah.


Anggota tim dibagi ke dalam 4 perahu. Dua perahu di tengah adalah perahu tamu ARA, yang paling depan dan paling belakang diperuntukan untuk penyelamatan dan evakuasi. Satu per satu perahu mulai take off. Kelincahan skiper dan keapikan kordinasinya dengan anggota tim selalu menjadi titik tumpu jalannya perahu. Tapi di awal perjalanan dua hal tersebut belum terlalu diuji. Kecepatan perahu harus dimaksimalkan agar batu–batu tidak menghambat lajunya perahu karena sebagian besar sungai tersebut dangkal. Seringkali perahu tersangkut di bebatuan. Hal ini menjadikan dilema antara turun untuk menarik perahu dengan hanya menggoyangkannya saja. Arus yang deras cukup beresiko jika turun dari perahu, sementara dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk melepaskan perahu dengan cara menggoyangnya. Pengambilan keputusan yang tepat dan cepat sangat dibutuhkan. Beberapa jeram dilewati dengan mulus, beberapa dengan tersendat, ada jeram dilewati dengan jalan mundur, ada juga dengan menyamping.
Sampai setengah pengarungan, seluruh tim melakukan istirahat untuk membuka dry bag dan mengeluarkan perbekalan. Hampir semua bermain renang jeram di sela istirahat. Materi renang jeram ini cukup penting ketika jatuh dari perahu karena dengan teknik ini pengarung bisa survive. Tampak mengasyikan melihat remaja-remaja kota yang sehari-harinya disibukan oleh kejar deadline tugas kuliah, asap hitam pekat penuh polusi yang menyesakkan, belum lagi kemacetan di Jalan Sukabirus dan segala macam rutinitas yang membosankan. Yup, kami melepas penat pada saat itu. Seperti saya sendiri yang baru tidur jam setengah 12 malam sebelumnya dan kembali bangun jam dua malam untuk mengerjakan tugas kuliah. Air Sungai Cisangkuy ini memang tidak jernih tetapi tidak bau, dan sungai itu telah berjasa besar untuk memberikan hiburan yang jarang ditemukan oleh remaja kota seperti kami. Sempat terpikir apa yang terjadi dengan sungai ini pada 15 tahun yang akan datang. Apakah akan menghitam terkena limbah kimia, atau coklat dan bau karena sampah yang dibuang warga tepian sungai. Dan jika mungkin ditanyakan kepada sesepuh setempat, kemungkinan besar sungai ini dulunya jernih dan banyak ikan. Tapi spekulasi itu belum terbukti benar, hanya perkiraan saya saja.

Lanjut mengemasi barang dan sampah seusai istirahat, kami pun segera bersiap untuk mengarung lagi. Tampak mulai terlihat jeram–jeram yang lebih menantang di depan mata. Jeram yang sangat menarik ditemui ketika aliran sungai terbagi menjadi dua. Perahu diarahkan ke jalur sebelah kiri karena lebih terjal, sempit, dan fun tentunya. Lalu ada lagi jalur menurun belok ke kanan dan langsung dihadang tikungan tajam ke kiri didepannya.
Sempat terjadi insiden kecil ketika perahu tamu yang dikendalikan oleh Tumingkel mengalami flip atau terbalik. Semua tumpah. Ada dua orang yang sempat terperangkap di tengah sungai yang berarus. Mereka berpegangan pada sebuah batu. Dan kabar baiknya mereka baik-baik saja dan pasti akan menjadi kesan tersendiri yang sulit dilupakan sampai mereka tua nanti. Tak ada kata kapok. Dengan bersemangat mereka kembali ke perahu. Pengarungan pun dilanjutkan. Di tiga per empat perjalanan, jeram yang mengasyikan tetap banyak ditemui. Handung salah satu Tim ARA pun sempat terjatuh dari perahu dan hampir tertabrak perahu yang di belakangnya. Beruntung hal itu segera dicegah dan tidak terjadi kecelakaan fatal.
Pengarungan berjalan mengasyikan sampai pada akhirnya perahu yang saya tumpangi dan skiper pada saat itu adalah Syifa mengarahkan perahu ke batu yang berbentuk segitiga mirip seperti landasan jumping untuk motor cross.
Dan… BOOOOOMMM!!! Yes… Saya terbang! Touchdown! Saya landing dengan posisi terlentang. Secara resmi dari kepala sampai punggung di atas bokong terhantam batu semua. Di sinilah sangat terasa kenapa helm dan pelampung yang ada pelindung tengkuk itu penting.
Belum selesai. Saya terbawa arus dan reverse koprol sekali. Ketika kepala saya muncul ke permukaan, terlihat Ilfan, rekan saya, melambaikan tangan ke arah saya. Mungkin maksudnya good bye, you gone die. Hahaha. Posisi saya pada saat itu sangat sulit untuk berdiri karena debit air cukup tinggi. Setelah terseret arus agak jauh saya putuskan untuk loncat menemplok ke sebuah batu besar, everything is okay. Tidak ada yang disalahkan karena memang tujuan awalnya ingin melompati batu tersebut tetapi gagal.
Perjalanan sampai finish berjalan dengan penuh suka cita. Di sana telah ada mobil angkut untuk membawa kami ke base camp. Di tengah perjalanan saya teringat dengan tayangan infotainment yang memperlihatkan para artis yang libur akhir pekannya dimanfaatkan untuk arung jeram. Ketika itu saya berkata dalam hati, “Wah pola hidup yang asyik dan berkelas”. Dan sekarang saya bersama Astacala dan teman-teman Japemethe (tamu ARA) melakukan hal yang sama. You know what it is? Berasa artis Coy! Saya harap ini bukan mimpi dan bisa dilakukan setiap akhir pekan.
Dalam perjalanan pulang pikiran melayang ke suatu kondisi di mana saya ingin sekali berterimakasih kepada pemberi nikmat dan anugrah. Sampai jumpa Sungai Cisangkuy. Momen-momen yang baru saja saya lewati cukup manis dan semoga airmu terus mengalir sampai dunia berhenti berputar dan terus memberikan keceriaan kepada anak cucu Adam.
Tulisan oleh Galih Pandu Buana
Foto Diambil dari Dokumentasi ARA
Terima kasih kepada Pak Komang,,hahaha
yang telah meng(apa yak namanya pkoknya jd halus aja,,jd gk bnyak “dan”-nya,,hahaha)& mengunggahnya
Mungkin maksudnya good bye, you gone die. Hahaha
paan artinya tuh om gal…
ceritanya bagus ui,,,
jadi lambaian tangannya mengisyaratkan “dadaahh lu bakal mati,,haha”
waduuhh masih belajar nih,,mohon pencerahan,,hehe
Mantab Om Galih.
Lain kali, tambahin dengan data-data pendukung, biar berbobot.
Kalau nanti jalan lagi, nulis lagi.
Simpan terus ceritamu dalam tulisan.
🙂
nahh iyak itu hal baru yang blm saya ketahui,,haha
siap siap,,
tengkyu Pak,,smoga harinya menyenangkan,,
tengkyu udh mw repot repot dan direpotin,,haha
nah ini lumayan bagus tulisannya…:D
WELCOMETOTHEJUNGLE…
btul jim, punya bakat nulis ni penulis, hajar terus bair makin tajam
viva ASTACALA!!!
honje26
peng, besok jumat sore, ngopi yuk…di sekitaran kebun sirih…ada singo, kopral, taka, cak nur, bedjat
SIAP…INSYAALLAH
Barengan dengan ARA ini kemarin, ada anak2 yang manjat T90 bareng saya.. kok ga ada laporannya nih?
Btw, nice story pal.. keep exploring !
yeah..AP punya penulis akirnya !!
selamat om galih, teruslah berkarya..
mas.taka..yang manjat gk ada bakat nulis mas..
hee
@Pak Jimbo:wew makasihh,,mohon bimbingannya
@Pak Gepeng:dihajarin ato diajarin nih Pak,,klo di hajarin fix bgt saya bonyok2,,haha
@Pak Taka:wah projekannya bang pari itu kyknya deh selaku ketua rombongan,,baik nanti saya coba sampaikan,,
@amin lu gk bkal tau min sampe lu nyoba,,ini jg gw awalnya iseng disuruh Pak Komang tuh yaudh dipaksain aja,,hehe
trs dibantuin jg supaya tulisannya rada halus,,coba deh ntar lu liat, raw materialnya kasar bgt.
coba deh
trust me it works! (kyk iklan l-men,,haha)
Baik..baik..saya akan belajar dari sampeyan mas.bro…!!
asik , dibikin postingannya juga..hehe
yoo mari ke citarum gal !