Pasar Terapung di Sungai Barito

Related Articles

Pagi itu matahari masih mengintip dibalik awan Kuin. Juru parkir sibuk mengatur kami dan para wisatawan lain yang berdatangan. Lahan parkir di mesjid Sultan Suriansyah inilah perjalanan wisata khas Banjar dimulai. Floating Market atau lebih dikenal dengan pasar terapung adalah tujuan kami. Sesuatu yang terdengar khas dari kota Banjarmasin yang tidak bisa ditemui di daerah lain mungkin. Perjalanan dimulai dari Kuin, kelurahan di daerah kota Banjarmasin inilah kita bisa langsung menuju pasar terapung menggunakan perahu tentunya. Klotok, begitu orang banjar menyebutnya adalah perahu kecil bermesin yang mengangkut wisatawan menuju pasar terapung.

Suasana pagi pasar terapung
Suasana pagi pasar terapung

Dimulai dari perjalanan di anak sungai Barito dengan rumah-rumah yang berjajaran tepi sungai. Selanjutnya sungai Barito yang lebar itu menyambut pagi hari kami. Ongkos menyewa klotok 150.000/trip itu membawa kami menelusuri Barito dengan pemandangan matahari terbit. Perjalanan selama 20 menit itu membawa kami hingga ke titik pasar terapung yang terkenal itu. Diluar ekspektasi saya tentang pasar terapung, saya mengenal pasar terapung dari iklan RCTI yang terkenal itu. Namun yang saya lihat adalah beberapa klotok dikemudikan oleh ibu-ibu paruh baya dan nenek-nenek membawa dagangan. Pisang, Makanan kecil, jajanan dan sayur-mayur untuk dijual dengan sesama dan juga untuk wisatawan. Geliat pasar terapung tidak seperti terlihat di iklan RCTI oke, suasana begitu penuh dengan lalu lalang para wisatawan yang menikmati pemandangan para pedagang berperahu itu.

Lalu lalang para pedagang dan wisatawan
Lalu lalang para pedagang dan wisatawan

Modernisasi yang memberi peran besar dalam berkurangnya geliat pasar terapung. “Jaman sekarang mana ada orang mau susah-susah turun ke sungai buat belanja” kalau menurut Bondan Winarno. Ibu-ibu paruh baya, dan nenek itu menjadi tontonan tersendiri bagi para wisatawan. Entah apa yang dirasakan oleh para pedagang suku Banjar itu, mungkin mereka senang karen mereka bisa medatangkan wisatawan untuk mampir ke Banjar. Satu sisi mungkin mereka miris melihat tak mampunya mereka melawan jaman, kini mereka nyaris di singkirkan dengan adanya pasar-pasar modern dan akses menuju sungai semakin sulit dibandingkan akses jalan darat.

Susah memang, dengan kondisi saat ini untuk tetap mempertahankan eksistensi pasar terapung seperti yang terlihat di iklan tv swasta itu, gaya hidup orang Banjar modern yang lebih memilih untuk berbelanja di pasar modern. Namun bagamanapun Pasar terapung adalah suatu khas budaya suku Banjar yang harus dipertahankan. Pasar terapung masih bisa menjadi objek menarik yang mengundang wisatawan untuk mampir ke Banjarmasin.

Menuju Pulau Kembang
Menuju Pulau Kembang

Setelah melihat kesibukan pasar apung, selanjutnya perjalanan dilanjutkan ke Pulau Kembang. Pulau ditengah-tengah sungai Barito. Pulau ini banyak dihuni oleh banyak Kera dengan vegetassi hutan belukar rawa, dengan banyak pohon nipah. Kalau beruntung kita bisa bertemu dengan Bekantan. Di Pulau Kembang ini kita bsa menikmati dari dekat dengan kera yang jumlah yang banyak, Pulau ini sendiri dikelola oleh BKSDA Kalsel. Di pulau ini kita bisa menikmati suasana pulau ditengah sungai. Bercengkrama dengan kera-kera yang sudah terbiasa mencuri makanan yang dibawa oleh pengunjung. Sepertinya kera disini sudah terbiasa dengan manusia dan dengan makanan yang diberi oleh manusia. Suasana di pulau kembang begitu ramai dengan hiruk pikuk suara monyet yang saling berebutan kacang kulit, pisang yang dibawa oleh pengunjung. Adapula pengunjung yang sibuk berlarian kesana-sini ketakutan karena didekati oleh monyet-monyet. Primata yang memiliki hubungan kekerabatan paling dekat dengan manusia ini hidup di pulau kembang yang bertanahkan rawa dan dikelilingi sungai barito yang berarus. Mereka sepertinya benar-benar memanfaatkan makanan yang diberi pengunjung atau pengelola, secara Pulau kembang tidak memiliki vegetasi yang beragam untuk monyet-monyet itu menyambung hidup. Monyet-monyet inilah yang menjadi daya tarik pulau kembang ini, semoga primata ini tidak punah dan tetap terjaga kehidupannya. Sehingga Pesona pulau kembang masih bisa dinikmati oleh pengunjung lain dilain kesempatan.

Di Pulau Kembang, bersama kawan-kawan dari Iwapalamika
Di Pulau Kembang, bersama kawan-kawan dari Iwapalamika

Tulisan oleh Isack Farady
Foto oleh I Komang Gde Subagia
Terima Kasih kepada Rama dan kawan-kawan dari Mapala Iwapalamika STMIK Indonesia Banjarmasin

Previous articleCiampea Cliff
Next articleMountain Bike

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Artikel Menarik

Bersepeda di Bali, dari Kintamani ke Klungkung (Bagian 3)

  Ini adalah sambungan catatan perjalanan saya sebelumnya. Bersepeda bersama Anatoli Marbun "Bolenk", dari Kintamani ke Klungkung. Kami sudah menempuh dua etape : Suter ke...

Mendaki Gunung Burangrang

Gunung ini menjadi salah satu bagian dari pegunungan yang mengelilingi Bandung. Bandung sendiri merupakan bekas danau, yang kini menjadi sebuah kota. Gunung Burangrang sendiri...

BTS Ramah Lingkungan

Menunjukkan ambisinya untuk menjadi operator telekomunikasi “terhijau”, Axis meluncurkan Base Transceiver Station (BTS) berbasis tenaga surya pertamanya di Minas Barat, Sumatera. Langkah ini merupakan...