Longsor di Perkebunan Teh Dewata, Desa Tenjolaya, Kecamatan Pasirjambu, Ciwidey, Kabupaten Bandung, yang terjadi pada hari Selasa pagi tanggal 23 Februari 2010 menimbun sedikitnya 65 orang. Longsor itu menimbun bedeng yang dihuni 35 kepala keluarga pekerja Perkebunan Dewata. Informasi mengenai terjadinya bencana juga terlambat sampai ke kecamatan setempat, baru kira-kira pada siang harinya Kantor Kecamatan Pasirjambu mendapatkan informasi mengenai bencana itu. Terlambatnya informasi itu bisa dimaklumi karena lokasi longsor yang berjarak 29 kilometer dari arah Ciwidey serta sulitnya medan dan komunikasi yang sulit di lokasi longsor.
Bencana longsor di ciwidey ini timbul sebagai akumulasi dari beberapa faktor, yaitu seperti curah hujan, kondisi batuan, dan kemiringan lereng. Curah hujan yang besar telah menimbulkan beban bagi batuan yang kondisinya sudah rapuh karena telah mengalami pelapukan dan berada pada lereng yang curam. Kemudian timbulnya mata air pada mahkota longsor makin mempercepat kejenuhan pada tanah, sehingga menurunkan kestabilan tanah hingga terjadinya longsor tersebut. Longsoran berupa bahan rombakan di tebing mengalir melalui celah bukit dan berbelok ke arah pemukiman penduduk.
Keluarga korban longsor banyak diungsikan ke posko – posko yang telah didirikan oleh organisasi-organisasi SAR yang turun ke lokasi longsor. Ada juga sebagian dari mereka yang pindah ke pemukiman pekerja lain yang tidak terkena bencana longsor.
Tim relawan Astacala yang baru saja kembali dari siaga banjir Dayeuhkolot dan Baleendah berangkat ke lokasi longsor dengan sebelumnya melakukan kontak dengan Tagana, salah satu oganisasi tanggap bencana yang juga turun ke lokasi longsor. Di sana tim relawan membantu pendirian tenda pleton dan dapur umum untuk pengungsi dan relawan-relawan yang turun ke lokasi. Di sana tim juga sempat membantu menyelesaikan masalah mampetnya jalan air ke rumah-rumah warga.
Selain tim relawan astacala, banyak juga tim-tim relawan lain yang ikut turun membantu di tempat longsor. Jumlah relawan yang turun ke lapangan kira-kira berjumlah 700-an orang yang tergabung dari berbagai macam LSM, TNI-Polri, BNPB, serta organisasi tanggap bencana lainnya.
Proses evakuasi yang dilakukan oleh tim gabungan TNI-Polri serta beberapa organisasi SAR lain berlangsung selama satu minggu. Puluhan korban berhasil ditemukan tapi belasan korban lainnya masih belum ditemukan. Laporan terakhir adalah bahwa sekarang lokasi longsor tersebut dijadikan tempat kuburan massal berdasarkan hasil perundingan tim SAR, Pemerintah, dan dengan beberapa keluarga korban yang belum ditemukan. []
Oleh Tim Redaksi Astacala