Just Dive when You Feel Bored with The Land
Sebuah Kisah yang Kunanti Terukir dalam Perjalanan Kehidupanku
Hari itu, tanggal 20 dan 21 February 2010, saya menyelam di kedalaman laut. Melihat kehidupan laut yang selama ini hanya dapat saya lihat di televisi. Melihat bagaimana school fish berenang bersama, bagaimana nemo si ikan badut bermain di anemonnya, dan bagaimana melihat begitu banyak ikan bermain-main di dekat karang habitat mereka. Saya bahkan sempat melihat seekor penyu laut lengkap dengan seekor remora di punggungnya, dayangnya yang setia. Sungguh kehidupan laut yang sangat indah, dan saya beruntung dapat melihatnya.
Tanggal 20 February, kami bersembilan berangkat dari Muara Angke menuju Pulau Pramuka. Saya, Iman, dan Wibi mengambil sertifikat PADI bersama Om Joe, sedangkan Adit dan Dito mengambil sertificat Possi bersama Om Andre. Dua orang rekan, Memoy dan Binbin adalah peserta fun dive yang ikut bersama trip kami.
Ini adalah kali kedua saya ke Pulau Pramuka. Saya sempat ngobrol bersama seorang bapak di atas perahu. Bapak itu bernama Bapak Abidin, yang tinggal di Pulau Panggang. Kebiasaan sehari-hari Pak Abidin adalah bekerja di Jakarta, dan di Pulau Panggang ia berdagang bersama istrinya. Sebuah kehidupan sederhana yang menurut saya indah dan beragam. Pak Abidin sempat bercerita mengenai musibah yang pernah terjadi di salah satu lokasi diving di sekitar Pulau Pramuka, hal ini membuat saya cukup merinding. Perlu diingat bahwa segala hal dapat kita hindari apabila mengikuti segala safety procedure yang ada, namun apabila memang sudah musibah, kita harus selalu siap akan resiko yang ada. Sekitar dua jam perjalanan kami lewati dengan cuaca yang cerah, hari yang menyenangkan, sebab ini masih musim hujan, dan sehari sebelum keberangkatan hujan sangat lebat. Terima kasih Tuhan atas hari yang cerah ini.
Kami tinggal di sebuah penginapan yang tepat menghadap laut, ada dua kamar tidur lengkap dengan AC dan satu kamar tidur dengan kipas angin serta ada tiga kamar mandi. Sebuah komposisi yang cukup untuk kami bersembilan. Setelah makan siang dan beres-beres peralatan pukul 11.00 kami mulai persiapan untuk turun ke laut. Deg-degan, itu yang saya rasakan. Meskipun seminggu sebelumnya saya telah latihan di kolam, namun rasanya cukup menegangkan bila harus berada di laut dengan segala peralatan ini.
Berikut beberapa hal yang patut kita ikuti bila ingin diving.
- Diving harus bersama buddy (teman yang menemani kita turun, minimal satu orang).
- Bila belum pernah turun di salah satu lokasi diving, harus mencari informasi lokal di daerah tempat kita akan turun, atau meminta jasa guide dive master daerah tersebut.
- Isilah tabung di tempat yang Anda percaya.
- Gunakan wet suit lengkap (tangan dan kaki dicover) untuk menjaga panas tubuh dan menghidari lecet atau luka bila terkena binatang laut.
- Pakai jam tangan untuk mengingatkan kita sudah berapa lama di dalam laut.
- Rencanakan dengan cermat sebelum turun, ingin berada di kedalaman berapa meter, dan berapa lama.
- Jangan paksakan diving bila sedang tidak enak badan, flu, atau sakit.
- Jangan pernah menahan nafas saat diving.
- Kecepatan naik ke permukaan adalah maksimum 18 meter/menit.
Sebenarnya banyak sekali ilmu baru yang saya pelajari saat diving, namun di sini saya akan menuliskan lebih banyak mengenai dasar dari ilmu diving atau selam itu sendiri yaitu : buoyancy. Sebelumnya saya sering mendapatkan pertanyaan dari kawan kawan yang ingin belajar dive, ”Saya belum bisa berenang, bagaimana mau belajar diving?”. Lantas saya bertanya ke instruktur selam dan teman-teman yang sudah biasa diving, jawaban mereka sangat simple dan terkesan bercanda ”Yang penting bisa tenggelam”.
Saat saya belajar mengenai buoyancy dan mempraktikkannya di kolam dan di laut, saya lantas mengerti arti dari jawaban tersebut.
Ada tiga tipe buoyancy.
- Positive buoyancy : bila suatu benda terapung.
- Negative buoyancy : bila suatu benda tenggelam.
- Neutral buoyancy : bila benda tersebut tidak terapung dan tidak tenggelam.
Sebagai seorang diver, sangat penting untuk dapat mengontrol buoyancy saat berada di permukaan atau pun di dalam air. Saat berada di permukaan, akan sangat penting untuk positive buoyancy dan saat berada dalam air kita akan lebih sering menggunakan neutral buoyancy.
BCD (Buoyancy Control Device) and Weigh Belt
Untuk mengontrol buoyancy kita menggunakan dua alat, yaitu BCD dan weigh belt. Ternyata untuk tenggelam di laut yang memiliki massa jenis lebih besar dibandingkan dengan air tawar itu sangat sulit sebab hal ini membuat manusia itu lebih positive buoyancy bila berada di laut. Adalah tidak mudah bila kita ingin tenggelam di dalam laut tanpa bantuan alat dan teknik untuk tenggelam. Saat turun di laut saya menggunakan 5 kg tambahan di weigh belt yang membantu saya untuk tenggelam. Orang yang sudah ahli mengontrol buoyancy tubuhnya, tidak perlu memerlukan banyak pemberat untuk tenggelam. Seperti yang dilakukan oleh instruktur saya yang memiliki tubuh ceking tanpa daging, namun hanya memakai 2 kg tambahan pemberat. Sedikit sirik, namun beginilah bedanya seorang master dan newbie.


Selain menggunakan dua alat yang saya sebutkan di atas, kita dapat mengontrol buoyancy dengan teknik exhale dan inhale. Saat kita inhale, otomatis paru-paru kita akan terisi dengan udara dan membuat kita lebih positive buoyancy, dan bila kita exhale paru-paru kita akan menciut dan membuat kita lebih negative buoyancy. Bila melihat konsepnya sih cukup mudah, namun cukup sulit dilakukan saat berada di dalam laut. Buoyancy control adalah ilmu dasar seorang diver, bila kita sudah ahli mengontrol buoyancy maka bisa melebarkan sayap untuk mempelajari underwater photography.
Tiba saatnya saat persiapan alat.
- Memasang tabung ke BCD. Jangan sampai terbalik memasang tabungnya. Bila memakai yoke system, the ”O” ring harus berada di dalam (menghadap BCD).
- Memasang regulator dan SPG (Submersible Pressure Gauge) ke tabung. Indikasi yang benar adalah semua alat pernafasan berada di sebelah kanan, yaitu regulator utama dan cadangan berada di sebelah kanan. Sedangkan SPG dan BCD control berada di sebelah kiri.
- Buka tabung, check regulator dan BCD control, lalu lihat SPG untuk mengetahui tekanan isi tabung. Bila memakai satuan bar, adalah sekitar 200 bar, dan bila memakai satuan spi, adalah sekitar 3000 spi untuk tabung yang terisi full.
- Bila persiapan sudah oke, siap utuk melakukan penyelaman bersama buddy.

Ini adalah pengalaman yang sangat menyenangkan buat saya. Selain karena ini adalah keinginan terpendam saya yang sudah berumur 5 tahun, tapi juga karena saya dapat membuktikan bahwa diving itu memang sangat menyenangkan seperti yang saya bayangkan, bahkan jauh lebih menarik dari bayangan saya sebelumnya.
Lokasi penyelaman pertama adalah di sekitar Pulau Semak Daun. Setelah menyelam selama kurang lebih tiga puluh menit, kami mampir ke Pulau Semak Daun untuk makan siang. Di sana saya bertemu dengan sebuah keluarga yang menjaga pulau ini. Ada seorang kakek, anak, dan cucunya. Kakek itu bernama Bapak Samsuri, seorang bapak yang sebenarnya tinggal di Pulau Kelapa, tak jauh dari Pulau Semak Daun. Tiap dua minggu sekali Pak Samsuri ke Pulau Semak Daun dan bergantian dengan keluarga untuk menjaga pulau ini. Pak Samsuri memberikan kami ubi goreng yang rasanya sangat nikmat, keramahan penduduk pesisir mengingatkan saya akan keramahan penduduk di kaki gunung. Selain Pak Samsuri, di sana saya juga berkenalan dengan seorang pemilik kapal bernama Pak Aing. Pak Aing sendiri memiliki dua buah kapal yang biasa disewakan untuk para tamu Pulau Pramuka dan saat itu sedang istirahat di rumah Pak Samsuri selagi menunggu tamu Pak Aing bermain-main di Pulau Semak Daun.

Hari itu saya cukup beruntung mendapatkan pengalaman baru saat kaki saya terkena sesuatu benda laut, entah karang atau sejenis tanaman. Kaki saya kebetulan tidak memai boot dan hanya memakai fin saja, lantas sebagian kaki yang tidak tercover terkena sesuatu itu dan terasa sangat perih sekali. Ingin berteriak rasanya dan memanggil buddy yang berada di depan. Namun apa daya ini di dalam laut, tidak dapat berteriak dan komunikasi sangat minim. Saya akhirnya hanya dapat menahan perih yang berangsur-angsur menghilang.
Saat naik ke permukaan, terlihat merah di kaki saya, namun hanya berupa bintik-bintik kecil. Saya pikir ini akan segera sembuh, namun ternya sudah seminggu saya memiliki luka ini, dan belum sembuh juga. Bintiknya menjadi bengkak dan berwarna merah, kemungkinan besar ada racunnya. Jadilah kaki saya berwarna merah darah seperti sedang alergi dan terlihat sedikit bengkak. Saat itu instruktur saya menyarankan untuk dikompres memakai air mendidih sekitar 80 derajat celcius, sebab menurut pengetahuannya, racun mahluk laut itu rata-rata adalah protein based yang akan mati bila dipanaskan oleh air mendidih. Entah mau ngerjain saya atau memang ingin membantu, namun saya coba saja. Percaya atau tidak, bengkaknya langusng menghilang, dan berangsur angsur tidak begitu gatal. Saya hanya minum obat antibiotik dan mengompres dengan air panas. Ternya manjur juga.
Hari kedua kami habiskan di dermaga Pulau Pramuka. Airnya cukup keruh, namun Binbin masih sempat melihat seekor mandarin fish yang cukup membuat heboh Om Andre dan Om Joe. Dua hari sudah saya bermain-main di laut dan menyisakan banyak sekali kisah yang menyenangkan. Terima kasih Tuhan atas kesempatan yang kau berikan untuk menikmati satu lagi keindahan alam yang Kau ciptakan. Tingginya gunung sudah saya capai, miringnya tebing sudah saya rasakan, derasnya aliran sungai sudah saya lalui, dalamnya perut bumi sudah saya hampiri, terbang di ketinggian bukit sudah saya coba, kini dalamnya lautan sudah saya rasakan hingga 18 meter, maksimum kedalaman untuk Open Water PADI certification.
God, your earth is so beautiful, thanks for all this things. []
Foto-foto under waternya mana bos?
WUuih..nambah lagi niy diver astacala! Lebih seru lagi kalo diktat PADI diinventariskan ke sekre :tongue:
Diktat CMAS uda ada ditambah PADI jadi tambah SERU.
Fotonya masih di anak2 jrot..tar mau aku minta juga..
Buku PADI ada, bisa di copy kalo berminat, english version tapi ya..soalnya PADI blm ngeluarin buku versi bhs Indonesia.