Alamku Sayang, Alamku Malang

Related Articles

Alam marah karena tidak dipedulikan. Alam murka karena tidak dijaga. Dan manusia yang akan menanggung kesalahannya kemudian.

Banyak yang berkata, manusia tidak bisa sepenuhnya dipersalahkan, karena masih banyak dari mereka bersusah payah menjaga bumi tempat tinggal mereka agar tidak dihancurkan sesamanya. Tapi jumlah alam yang dihancurkan jauh lebih banyak dari manusia yang mau menjaga mereka!

Sudah sering saya melihat berbagai macam bencana alam yang terjadi di Indonesia ini. Gempa bumi, angin ribut, tsunami, banjir bandang, tanah longsor, banjir lumpur, kekeringan.

Sering pula saya melihat efek samping bencana-bencana itu. Kelangkaan air, punahnya hewan-hewan tertentu, kemiskinan, kelaparan, penyakit-penyakit, pengangguran.

Dan semua itu membuat kebencian saya muncul. Kepada siapa? Kepada ‘yang bertanggung jawab’ atas ini semua.

Siapa yang harus bertanggung jawab atas semua ini? Manusia.

Saya selalu berfikir manusia menjadi semua penanggung jawab terjadinya bencana alam. Saya tahu itu picik, karena manusia memang ditakdirkan hidup untuk menggunakan, mengambil, dan memanfaatkan apa yang disediakan Tuhan di alam raya ini.

Tapi, manusia sendiri terkadang tidak peduli apa yang terjadi dengan Bumi tempatnya tinggal dan menjaganya agar alam lebih menyayangi mereka ?

Saya ingat kata guru SMP saya, alam tidak akan menyusahkan manusia, bila manusia itu sendiri tidak menyusahkan mereka.

Gempa bumi, angin ribut, dan tsunami memang bukan bencana yang bisa dihindari, tetapi bisa diprediksi.

Apa perbedaannya kalau begitu dengan banjir bandang, tanah longsor, banjir lumpur? Banjir bandang dan kekeringan bisa dihindari, asal manusia tidak serakah dalam memanfaatkan alam. Tanah longsor pun setali tiga uang. Begitu pun banjir lumpur, yang merupakan fenomena alam yang baru, terjadi karena kelalaian manusia.

Tapi, apa sebenarnya kesalahan manusia dalam memicu terjadinya bencana-bencana alam ini?

Terlalu Serakah dalam Memanfaatkan Sumber Daya Alam

Semisal :

  • hutan digerogoti secara tidak manusiawi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab
  • penambangan bahan tambang di daratan secara berlebihan
  • pengambilan minyak bumi yang terus menerus
  • pengubahan hutan menjadi perkebunan secara besar-besaran
  • pengerukan tanah-tanah pulau-pulau di luar Jawa untuk pembangunan kota besar di Jawa
  • penangkapan hewan-hewan langka untuk dikomersilkan
  • penggunaan bahan-bahan kimia dalam kehidupan manusia sehari-hari
  • penumpukan sampah yang merusak keseimbangan alam
  • pembangunan pabrik-pabrik Industri yang semakin banyak
  • pembangunan yang tidak seharusnya di daerah penyerap air, menjadi kafe, restoran, tanpa memperhatikan lingkungan sekitar.

Pemerintah yang Berwenang Tidak Serius

Pemerintah yang berwenang juga tidak serius  dalam menindak pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab atas bencana alam, langsung dan tidak langsung.

Permasalahan Korupsi yang Semakin Merajalela

Dari semua permasalahan itu menghasilkan lingkaran setan yang sangat merugikan manusia-manusia itu sendiri.

Bencana alam itu sendiri merupakan salah satu peringatan dari Tuhan pada manusia, bahwa saatnya manusia peduli pada alamnya. Tapi sayangnya manusia tidak pernah menyadarinya.

Manusia malah membangun pabrik perindustrian lebih banyak lagi. Manusia menambah jumlah kendaraan bermotor yang pastinya semakin merusak alam yang sudah rusak. Manusia membuang limbah yang semakin menambah alam tidak seimbang. Dan masih sangat banyak lagi.

Tragisnya, pemimpin-pemimpin sendiri juga terbawa serakah dan makin membawa lingkaran setan ini menjadi lingkaran yang semakin setan. Banyak di antara mereka melakukan perbuatan yang lebih kejam daripada teroris, yaitu KORUPSI. Korupsi sendiri menyengsarakan rakyat yang sudah sengsara dengan mengambil sebagian hak-hak rakyat.

Akibatnya tidak hanya bencana alam, namun juga efek samping yang sudah saya sampaikan di awal tulisan saya ini. Manusia menjadi semakin serakah dan sengsara. Semakin sengsara dan serakah. Semakin merajalela. Balas dendam tak terelakan, yang berujung pada kemarahan alam.

Alam marah karena tidak dipedulikan. Alam murka karena tidak dijaga. Dan manusia yang akan menanggung kesalahannya kemudian.

Banyak yang berkata, manusia tidak bisa sepenuhnya dipersalahkan, karena masih banyak dari mereka bersusah payah menjaga bumi tempat tinggal mereka agar tidak dihancurkan sesamanya. Tapi jumlah alam yang dihancurkan jauh lebih banyak dari manusia yang mau menjaga mereka!

Lalu, apa yang bisa manusia perbuat untuk menebus dosa mereka ?

Sayangi alam! Kurangi polusi! Kurangi banyak omong! Kurangi banyak protes!

Perbanyak doa. Perbanyak usaha.

Akhirnya, perlahan manusia mulai sadar. Namun tidak pemimpin-pemimpin mereka.

Saat masih ada manusia tidak bertanggung jawab menjilat pemimpin-pemimpin untuk kembali merusak alam, pemimpin-pemimpin pun tidak tahan akan imbalan yang menggiurkan.

Sampai kapan hal ini akan terus terjadi?

Alamku sayang, alamku malang.

Apakah saya dan kamu salah satu dari ‘manusia’ itu?

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Artikel Menarik

Pulau Jawa Bakal Krisis Air Bersih pada 2010-2011

        Sebagian besar wilayah di Pulau Jawa bakal mengalami krisis air bersih{nl}pada 2010 dan 2011, kata Menteri Kehutanan (Menhut) MS Kaban di Kediri,{nl}Jawa...

Renungan untuk Hari Bumi

Pernahkah kita berpikir ketika bumi ini ditempati milyaran harimau dan kita manusia yang menjadi langka? Mungkin sekarang harimau-harimau tersebut memenuhi kota-kota besar seperti Jakarta...

Longsor Ciwidey

Longsor di Perkebunan Teh Dewata, Desa Tenjolaya, Kecamatan Pasirjambu, Ciwidey, Kabupaten Bandung, yang terjadi pada hari Selasa pagi tanggal 23 Februari 2010 menimbun sedikitnya...