Hutan Semak Gunung Slamet Terbakar
Hutan semak di sekitar badan Gunung Slamet yang masuk dalam lokasi Kabupaten Purbalingga, Kamis (16/8) malam, sekitar pukul 21.00, terbakar. Kebakaran itu melalap semak-semak sekitar pos tujuh dan pos delapan jalur pendakian, atau yang dikenal pula antara pos Sang Hyang Rangkah dan Sang Hyang Kendit, pada ketinggian 2.288 meter di atas permukaan laut.
Awalnya, kebakaran itu diketahui oleh sejumlah anggota pencinta alam yang rencananya akan menyelenggarakan upacara peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus di puncak Gunung Slamet. Para pecinta alam itu berdatangan dari sejumlah mahasiswa dan masyarakat umum asal Purwokerto, Jakarta, dan Purbalingga, jumlahnya mencapai 1.121 orang.
Menurut ketua panitia pendakian Gunung Slamet, Gophier, mengatakan, rencananya para pendaki akan melakukan upacara di puncak Gunung Slamet dengan membentangkan bendera sepanjang 500 meter. ” Tapi baru juga sampai di pos 7 dan 8, tiba-tiba muncul api diantara semak-semak. Para peserta pun menjadi panik. Ada yang terus mencoba mendaki gunung hingga ke bukit Plawangan, ada juga yang langsung turun dari gunung,” jelasnya.
Gophier mengaku setelah melihat adanya kebakaran itu, dirinya langsung meminta bantuan tim Search and Rescue atau SAR Purbalingga untuk mengevakuasi pendaki yang masih panik. “Tim SAR juga ikut membantu memadamkan api di sekitar hutan semak itu,” ujarnya.
Ketika itu pula tim SAR gabungan Purbalingga, seperti SAR Lapangan Udara Wirasaba, langsung menuju lokasi kebakaran untuk memadamkan api. Komandan Lanud Wirasaba Letnan Kolonel Samsunasir mengatakan, setelah memperoleh laporan, timnya segera meluncur ke lokasi kebakaran, sehingga api dapat dikuasai pada Jumat (17/8) dini hari, sekitar pukul 01.00.
“Setelah api di Gunung Selamet dapat dikuasai, kami segera mengevakuasi para pendaki gunung ke Pos Bambangan, di Desa Kuabawa” tuturnya.
Menurut Administratur Kesatuan Pemangkuan Hutan Banyumas Timur Subroto, “areal hutan semak yang terbakar itu berada di sekitar hutan lindung yang masuk wilayah Sang Hyang Rangkah atau di pos tujuh, seluas satu hektar. “Untungnya, api yang muncul hanya membakar semak-semak saja” ujarnya.
Subroto memperkirakan, api dapat itu muncul akibat bakaran putung rokok atau pun bekas api unggun yang dibuat oleh pendaki gunung. Sebabnya, dalam kondisi musim kemarau sekarang ini, hutan di sekitar gunung rentan sekali terbakar, karena kering dan angin yang kencang.
“Pada musim kemarau, kawasan hutan sekitar Gunung Slamet memang rawan terbakar. Kami juga belum tahu dari mana sumber api itu berasal. Ada kemungkinan, api itu berasal dari pendaki yang tidak memedamkan api unggun secara tuntas. Apalagi yang naik ke Gunung Slamet itu banyak yang masih belum berpengalaman” tuturnya.
Karena itu, Subroto menegaskan, pihaknya akan memperketat perizinan pendakian bagi para mahasiswa maupun masyarakat selama musim kemarau masih berlangsung. “Kalau perlu, kami juga akan koordinasi dengan petugas posko dan jajaran musyawarah pimpinan daerah setempat untuk menutup jalur pendakian Gunung Selamet selama musim kemarau masih berlangsung” ucapnya. []
Penulis : Wartawan Kompas Madina Nusrat
Sumber : Kompas Online, 17 Agustus 2007