Kertas dari Rumput Laut, Mengapa Tidak?
Perjumpaan sekaligus perkenalan dengan You terjadi tanpa sengaja pada awal Mei 2007. Ketika itu speedboat yang kami tumpangi berpapasan di perairan Nusa Lembongan, Bali (sekitar 45 menit ber-speedboat dari Pantai Sanur).
Kala itu, You bersiap menyelam untuk mengambil sampel rumput laut di perairan berkedalaman lima meter. Sementara kami berhenti sejenak, melihat rumput laut dari permukaan perairan Nusa Lembongan yang jernih.
Malam harinya, di sebuah hotel di Kuta, You?lelaki tambun berpotongan rambut crew-cut itu?menyodorkan secarik kertas. Kertas itu putih bersih. Ketika diraba permukaannya halus, seperti kertas mahal, yang dipakai majalah Time.
You berpendidikan sastra. Sebelum menggeluti rumput laut merah, dia punya perusahaan perangkat lunak. Namun, tiga tahun lalu, ketika agar-agar yang akan disantapnya sebagai bagian diet jatuh di lantai dapur, orientasi hidupnya berubah.
“Saya lihat ceceran agar-agar itu mirip bubuk kertas. Mengapa tidak dibuat kertas?” ujarnya. Dia hubungi berbagai instansi dan peneliti. Beruntung, You hidup di negara dengan pemerintah yang mendukung inovasi sehingga dibantu penuh dengan arahan para ahli.
Kini hak paten atas namanya, tentang proses produksi kertas dari rumput laut merah (Gelidium amansii dan Pterocladia lucida), terdaftar di Korea dan Amerika sejak tahun 2003. Dia masih menunggu paten serupa di 45 negara, termasuk paten dari Indonesia.
Proses Pembuatan
Proses pembuatan kertas dari rumput laut tidak berbeda daripada pembuatan kertas dari kayu. Ada lima proses pokok, yakni (1) penyiapan bahan baku; (2) pemasakan rumput laut; (3) ekstraksi rumput laut; (4) pemutihan; dan (5) pencetakan.
Secara umum, proses produksi dimulai dari panen rumput laut merah, kemudian dijemur, dibersihkan, dan dipotong-potong. Lalu dimasukkan dalam tungku dan dimasak pada suhu tinggi (boiling) sehingga keluar ekstrak “inti” berupa agar untuk pangan. Ampas rumput laut? yang telah diambil agar-agarnya?kemudian diputihkan (bleaching) lalu dihancurkan menjadi bubur rumput laut merah (pulp). Bubur inilah yang kemudian diolah jadi kertas.
Akibatnya, operasional pabrik kertas berbahan baku kayu hampir selalu berbenturan dengan kepentingan lingkungan hidup. Tahun 2003, misalnya, pergolakan sosial bahkan terjadi di Sumatera Utara, melibatkan pabrik pulp dan komunitas masyarakat setempat.
Sebaliknya, pengolahan produksi kertas dari rumput laut diproses nyaris tanpa bahan kimia, kecuali pemutihan dengan klorin. Lebih penting lagi, menurut You, hampir tidak ada limbah yang keluar sehingga tidak berdampak bagi kesehatan.
Apakah You sekadar berteori? Tidak! Tahun 2004, di laboratorium produk kehutanan Universitas National Chungnam Korea, You telah membuat bubur rumput laut. Kemudian dia buktikan mampu memproduksi kertas dari bubur ampas rumput laut dengan menyewa pabrik kertas.
Kunci sukses transformasi rumput laut jadi kertas adalah ditemukannya serat atau fiber. Bila kayu mengandung serat selulosa, rumput laut mengandung serat agalosa selebar 3-7 mikrometer dan panjang 0,5-1 milimeter, dengan fleksibilitas tinggi, tiada jejak lignin, dan mengandung substansi perekat cair.
Penelitian
Dari penelitian mikroskop terlihat ukuran dan bentuk serat agalosa lebih homogen, tidak seperti serat selulosa yang bulat, lonjong, atau pipih. Homogenitas ini yang membuat kualitas kertas lebih baik, lebih fleksibel, lebih halus, lebih mudah ditulisi, bahkan dapat digunakan sebagai kertas foto.
Pertumbuhan massa rumput laut merah luar biasa, yakni 5-10 persen sehari. Dengan masa panen 70 hari, pertumbuhan tersebut sangat pesat dibanding pohon sebagai bahan baku konvensional kayu, yang baru dapat dipotong setelah 15 tahun.
“Selain untuk kertas konvensional sebagai sarana tulis, kertas ini juga baik untuk kertas rokok sebab kandungan racunnya sedikit. Ini warta gembira bagi perokok,” ujar Grevo S Gerung, peneliti kelautan Universitas Sam Ratulangi, yang mendampingi You selama di Indonesia.
Di Korea, tiap lembar kertas rokok yang mereka impor dari Eropa mengandung 40 komponen racun, sementara kertas rumput laut merah setelah diuji hanya mengandung 17 komponen racun. “Kertas ini bukan saja dapat dipakai untuk kertas rokok, tetapi berpeluang dipakai untuk kemasan makanan cepat saji seperti Kentucky Fried Chicken,” ujar Grevo.
Kemasan kertas makin berpeluang dipakai di Amerika, yang melarang penggunaan plastik jadi kemasan karena sulit didaur ulang alam. “Bila kertas dari rumput laut merah dapat diproduksi massal, hutan-hutan di dunia dapat diselamatkan. Dampak positif pencegahan penebangan pohon adalah meminimalisasi pemanasan global,” ujar You persuasif.
Menyelamatkan hutan, tinggi nilainya sebab terkait mempertahankan kualitas air, kualitas udara, dan mencegah pencairan dataran es di dua kutub dunia yang dapat menenggelamkan pesisir di berbagai penjuru dunia. Selain kabar positif bagi kelestarian dunia, posibilitas penggunaan rumput laut merah bagi bahan baku kertas juga akan disambut baik industri kertas yang dapat memperoleh bahan baku alternatif di luar bahan baku kayu, yang harganya naik terus.
Penulis : Haryo Damardono
Sumber : Kompas Online, 23 Juli 2007
artikelnya menarik sekali, dan kebetulan saat ini saya sedang mendapatkan tugas untuk meanganalisa usaha kertas dengan bahan baku rumput laut ini. tapi, saya mendapatkan kesulitan dalam hal harga penjualan kertas ini.. kira-kira, berapa harga jual kertas rumput laut ini ya?? apakah lebih mahal atau lebih murah dari kertas dengan bahan baku serat kayu?? terimakasih..
sangat menarik sekali,,
We have met at bali a few years ago, may we continue our discussion abt this project?
Your feedback is needed.
Thanks n regards,
R. Sujata