Terjebak Cuaca Buruk – Tujuh Pendaki Tewas di Gunung Rinjani

Tujuh pelajar dan mahasiswa pendaki gunung, Sabtu (10/3) sekitar pukul 18.00 wita ditemukan tewas di wilayah perbatasan Pelawangan, Sembalun dengan Danau Segara Anak, Gunung Rinjani. Diduga ketujuh pendaki tersebut tewas akibat terjebak cuaca buruk dan kehabisan makanan. Dugaan kuat terjebak cuaca buruk, karena jenazah mereka ditemukan tidak di dalam jurang.
Tujuh pelajar dan mahasiswa pendaki gunung, Sabtu (10/3) sekitar pukul 18.00 wita ditemukan tewas di wilayah perbatasan Pelawangan, Sembalun dengan Danau Segara Anak, Gunung Rinjani. Diduga ketujuh pendaki tersebut tewas akibat terjebak cuaca buruk dan kehabisan makanan. Dugaan kuat terjebak cuaca buruk, karena jenazah mereka ditemukan tidak di dalam jurang.
Informasi yang berhasil dihimpun Suara NTB Minggu (11/3) kemarin menyebutkan, ditemukannya mayat yang seluruhnya laki-laki itu, bermula dari laporan seorang warga. Dalam laporannya, warga tadi menemukan tiga sosok mayat yang tergeletak di perbatasan antara Plawangan, Sembalun dengan Danau Segara Anak, tepatnya di km 11 pada Sabtu (10/3) sekitar pukul 18.00 wita.
Kepala Kantor SAR Mataram Ida Bagus Budisma yang dimintai konfirmasi Minggu (11/3) kemarin, membenarkan temuan mayat tersebut. Jika pada awalnya ditemukan tiga jenazah, ternyata tidak jauh dari lokasi penemuan semula, ditemukan lagi empat jenazah lainnya. Dari tujuh jenazah yang ditemukan, empat jenazah di antaranya telah berhasil diidentifikasi.
Mereka adalah Khaerul Antoni, warga Dasan Baru, Aikmel, Lotim. Kemudian Anwar Sadat, warga Lokan Mujur, Praya Timur, Lombok Tengah (Loteng); Herman Hadi, mahasiswa asal Desa Rensing, Sakra Barat, Lotim dan Abdul Rozak, mahasiswa asal Mujur, Loteng. Sementara dari jenazah salah seorang korban juga ditemukan KTP atas nama H.Abdullah, warga Gili Gde Sekotong Barat, Sekotong, Lombok Barat (Lobar).
Menurut Budisma, diyakini bahwa identitas korban bukan H.Abdullah, karena foto yang ada di KTP tidak sesuai dengan wajah korban. ‘’Di saku korban ditemukan identitas orang lain,’’ terangnya.
Sementara itu, Ketua Tim SAR Unit Lotim Raisin Hamdi melalui telepon selulernya dari tempat kejadian perkara (TKP) kepada Suara NTB, Minggu malam kemarin menyebutkan, dari tujuh korban tersebut, saat ini tengah dievakuasi tiga korban menuju Sembalun. ‘’Empat korban lainnya belum dapat dievakuasi karena cuaca yang sangat buruk,’’ katanya.
Informasi yang diperoleh menyebutkan, karena cuaca buruk, pihak Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) sebenarnya telah menutup pendakian untuk sementara. ‘’Tetapi rupanya para korban mendaki sebelum keluar pelarangan mendaki dari TNGR,’’ kata Raisin.
Tim SAR memperoleh informasi tentang penemuan mayat di Plawangan itu dari seorang penduduk Sembalun yang berniat pergi memancing ke Segara Anak, Sabtu (10/3) lalu. Si pemancing membatalkan pergi ke Segara Anak, tetapi turun ke Sembalun untuk menyebarkan temuannya itu. Kemungkinan para korban meninggal pada Sabtu (10/3) dini hari atau Jumat (9/3) sore. ‘’Kami masih memerlukan bantuan penduduk dan aparat untuk membantu evakuasi,’’ demikian Rasisin Hamdi.
Hingga berita ini ditulis, proses evakuasi korban masih berlangsung. Menurut Budisma, tim yang diturunkan untuk mengevakuasi korban merupakan gabungan dari SAR, TNGR, polisi dan warga Lotim. Seluruh tim yang diturunkan berjumlah 39 orang.
Sumber : Bali Post Online, Edisi 12 Maret 2007
Kok bisa ya? jadi ingin tahu nih!
aku naik Rinjani 2 kali, th 1995 dan 1998 bersama penduduk desa Sembalun lawang. hamdan namanya.
th 95 berangkat dari sembalun lawang dan turun jalur ke Senaru.
th 1998 hanya 1 jalur sembalun lawang.
apalagi kejadiannya di km 11 bawah crater no.2 yg sangat tidak berbahaya.
ada info yg lebih lengkap gak ???.
Sebab temen-2 dari Imapala-malang akan naik Rinjani pada bulan April ini dan Prapala-Surabaya akan naik Rinjani bulan Oktober mendatang.
terima kasih atas infonya.
Salam, J