Vegetasi Edelweiss Gunung Gede – Pangrango Terbakar

Related Articles

Sukabumi – Lahan yang ditumbuhi vegetasi edelweiss dan pohon santigi yang tumbuh di blok Alun-alun Suryakancana Barat, Taman Nasional Gede – Pangrango, terbakar sejak Minggu (17/9). Kebakaran diduga akibat kecerobohan pengunjung yang mendaki kawasan dengan ketinggian 2.750 meter di atas permukaan laut itu.

Kepala Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) Novianto Bambang Wawandono mengatakan, api sudah seluruhnya bisa dipadamkan Selasa lalu. Para pendaki dan pengunjung yang melakukan ziarah itu biasanya membuat perapian dari kayu-kayu hutan untuk menghangatkan tubuh. Diduga, salah satu perapian yang digunakan para pendaki dan peziarah belum sepenuhnya mati, tetapi sudah ditinggalkan.

Angin yang kencang kemudian meniupkan bara api ke arah padang ilalang yang kemudian merembet ke vegetasi edelweiss dan pohon santigi. Padahal, pembuatan perapian dengan memanfaatkan kayu dari taman nasional sudah dilarang. “Sebenarnya (pengunjung) tidak boleh membuat perapian dengan memanfaatkan kayu dan apa pun yang tumbuh di dalam taman nasional. Mereka pasti mendapatkan kayu dengan menebang, dan itu sudah kami larang,” kata Novianto.

Kebakaran pertama kali diketahui oleh sebuah kelompok pencinta alam yang melintas di blok tersebut. Anggota pecinta alam itu kemudian menginformasikan terjadinya kebakaran kepada petugas di Balai TNGP di Cibodas, Cianjur. Sambil menunggu kedatangan polisi hutan dan sukarelawan Montana, para anggota pencinta alam tersebut berusaha memadamkan api dengan peralatan seadanya. Blok yang terbakar berjarak 11,6 kilometer dari gerbang pendakian Cibodas dan harus ditempuh dengan berjalan kaki selama 6 jam hingga 7,5 jam. Sulit dipulihkan

Setelah mendapat pemberitahuan, satu regu sukarelawan dan polisi kehutanan kemudian naik ke blok yang terbakar dengan membawa peralatan seadanya, mengingat jarak dan waktu tempuh. Regu pemadam itu kemudian turun pada Selasa dan digantikan oleh satu tim lain yang naik pada hari yang sama. Tim kedua ini membawa beberapa peralatan seperti penentu global positioning system (GPS), kompas, dan alat-alat dokumentasi. Tim kedua ini bertugas mendata titik api, nilai kerugian secara lebih rinci, dan mendokumentasikan lokasi kebakaran.

Novianto mengatakan, jika dilihat dari luas kebakaran 3 hektar, itu termasuk kecil bila dibandingkan dengan blok Alun-alun Suryakancana seluas 60 hektar dan taman nasional seluas 22.000 hektar. Namun, karena kebakaran terjadi pada blok yang memiliki vegetasi langka, kebakaran itu termasuk sangat berbahaya. “Ekosistem di ketinggian seperti itu sangat sulit dipulihkan,” ujarnya.

Berbekal hasil pendataan dan rekomendasi dari tim kedua yang direncanakan turun pada Rabu ini, langkah selanjutnya untuk rehabilitasi dan kelangsungan pendakian akan segera dirumuskan. []

Sumber : Kompas Online, Edisi 20 September 2006

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Artikel Menarik

Pintu Gerbang Itu Bernama Rumah

Ketika ditelisik lagi, ternyata kunci pendidikan itu bukan hanya dari pemerintah yang membuat kurikulum yang tepat, bukan hanya juga dari guru yang berada di depan murid, bukan hanya juga dari kepala sekolah yang melakukan pengelolaan sekolah dengan baik. Ternyata kunci pendidikan itu ada pada diri kita semua yang telah mengenyam pendidikan.

Pendidikan Lanjut Navigasi Darat Lembah Hujan

Pada hari Jumat sampai Minggu yang lalu, tepatnya tanggal 6-8 April 2012, Badan Diklat Astacala menyelenggarakan praktek Pendidikan Lanjut Navigasi Darat untuk angkatan Lembah...

Sidang Aggota Muda Astacala Agustus 2006

Tepat pada saat perayaan hari Kemerdekaan negara ini yang ke 62, Sidang Anggota Muda Astacala (Sidang AM) dibuka oleh Badan Pendidikan dan Latihan (Badik)...