Memahami Siklus Reproduksi Owa Jawa
Owa Jawa (Hylobates moloch AUDEBERT 1797) adalah salah satu jenis primata yang sangat terancam punah karena selain habitatnya yang semakin berkurang, tingkat keberhasilan reproduksinya rendah. Memahami siklus reproduksi dan tanda-tanda subur owa Jawa merupakan cara mencari solusi untuk mempertahankan primata yang hidup alami di Pulau Jawa tersebut.
Dalam penelitian terbaru mengenai owa Jawa, Luthfiralda Sjahfirdi dari Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia berfokus pada siklus ovari (kesuburan) owa Jawa betina dalam penangkaran. Luthfiralda melakukan pengamatan aktivitas harian diikuti pengukuran sampel darah owa Jawa serta pengamatan tanda-tanda pada masa suburnya.
Penelitian ini dilakukan dari bulan Juni 2003 sampai Desember 2003 untuk pengamatan aktivitas harian di Pusat Primata Schmutzer, Kebun Binatang Ragunan, Jakarta dan Kebun Binatang Taman Sari, Bandung, dan bulan September 2004 sampai April 2005 untuk pengambilan sampel darah. Pengamatan aktivitas harian meliputi istirahat, pergerakan, makan, menelisik (grooming), dan yang pemanggilan (calling) yang merupakan ciri khas kelompok primata ini yang dilakukan terhadap satu sama lainnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa owa Jawa menjalani siklus ovari (kesuburan) antara 29 hingga 38 hari. Tanda-tanda subur dapat dilihat dari pembengkakan bagian genitalia (alat kelamin) luar yang sebanding dengan naik turunnya kadar estradiol (pembentuk estrogen terbesar) sepanjang siklusnya.
Selain itu, pada masa subur owa Jawa yang berpasangan menunjukkan intensitas perilaku pergerakan, memanggil, menelisik, dan makan yang lebih tinggi dibanding masa tidak subur. Owa betina juga menunjukkan perilaku lebih aktif pada masa suburnya dibanding masa tidak subur. Temuan-temuan ini dituangkan dalam desertasi berjudul “Penilaian Biologi Reproduksi Spesies Owa Jawa (Hylobates moloch AUDEBERT 1797) Betina di Penangkaran dengan penekanan pada Determinasi Siklus Ovari dan Pengamatan Aktivitas Harian” yang disampaikan di hadapan Senat Akademik Universitas Indonesia, Selasa (8/8).
Owa Jawa termasuk dalam famili Hylobatidae yang memiliki sebaran di beberapa lokasi hutan bagian barat dan tengah Pulau Jawa. Faktor-faktor seperti berkurangnya luas dan kualitas habitat serta perburuan liar menyebab populasi owa Jawa berkurang secara signifikan menjadi kurang dari 5.000 ekor.
Dari beberapa pasangan Owa Jawa yang tersebar di penangkaran-penangkaran di seluruh dunia, kurang dari 10 pasangan owa Jawa yang mempunyai keberhasilan dalam memperoleh keturunan. Rendahnya tingkat keberhasilan perkembangbiakan ditambah dengan terus menurunnya jumlah populasinya di alam menempatkan spesies ini dalam daftar merah (red list) World Conservation Society sebagai salah satu spesies primata dengan status Critically Endangered.
“Faktor lainnya yang juga menjadi penyebab dari turunnya populasi yang drastis tersebut adalah rendahnya tingkat kesuksesan perkembangbiakan serta kurangnya pemahaman atas perilaku reproduksi dan biologis Owa Jawa” papar Luthfiralda. Berdasarkan latar belakang tadi, lanjut Luthfiralda, disertasi ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan pengetahuan dasar pada proses biologi reproduksi owa Jawa betina dalam penangkaran sebagai unsur vital dalam upaya meningkatkan jumlah populasinya.
Disertasi ini merupakan penelitian pertama di dunia primata yang mengukur kadar hormon reproduksi owa Jawa betina sebagai bagian dari upaya peningkatan jumlah populasi spesies tersebut di penangkaran. ”Kami harap disertasi ini dapat berkontribusi dalam upaya menjaga keanekaragaman genetik owa Jawa,” kata Dr. Adi Basukriadi, M.Sc., Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia. []
Sumber : Kompas Online, Edisi 9 Agustus 2006