Jika Keselamatan Alam Terancam – Pemerintah Harus Tegas dan Konsekuen
Langkah recovery dengan gerakan selamatkan alam Bali idealnya menjadi momentum baru untuk membentengi Bali.
Gerakan ini layak menjadi budaya bagi masyarakat Bali di tengah tingginya ancaman bencana. Dan gerakan selamatkan alam sebagai langkah alternatif pemulihan Bali harus menjadi agenda bersama. Pemerintah kabupaten/kota haruslah menjadikan agenda ini bagian dari kepedulian menjaga lingkungan ditengah makin tingginya bidikan investasi terhadap tanah Bali. Namun jangan sampai imbauan ini hanyalah omong kosong belaka. Pemerintah harus tegas dan konsekuen. Jika memang ada hal yang akan mengancam keselamatan alam agar ditindak tegas.
Alam Bali harus dijaga. Hal-hal yang sifatnya mengeksploitasi alam harus dihentikan. Semakin lama alam ini dibiarkan maka semakin terpuruklah alam ini. Alam sudah memberikan kita banyak manfaat, kenapa harus dirusak? Marilah kita sama-sama introspeksi diri untuk apa kita merusak alam sendiri? Demikian terungkap dalam acara Warung Global yang disiarkan secara langsung oleh Radio Global FM 96,5 Rabu (12/7) kemarin.
Acara ini juga dipancarluaskan oleh Radio Genta Bali dan Singaraja FM. Berikut rangkuman selengkapnya.
* * *
Nang Tualen di Penebel setuju jika alam Bali diselamatkan. Namun tidak hanya sebatas setuju saja hendaknya pihak terkait yang begitu gencarnya ingin menyelamatkan alam Bali harus tegas. Sebagai contoh, kasus illegal logging begitu ditangkap ternyata keputusan pengadilan sangat mengecewakan. Ini artinya ketegasan yang tidak berlanjut dan nantinya akan bisa menjadi teladan yang tidak baik. Jadi, apa pun alasannya semua aparat harus berlaku tegas.
Menurut Sudira di Batuan sebenarnya masyarakat Bali sudah dari dulu mengatakan tidak terhadap investor terutama investor yang menggarap geothermal, namun kenyataannya Gubernur Bali mencla-mencle sampai membentuk pansus. Beberapa daerah di Bali sudah dirusak oleh para investor seperti galian C di Klungkung, kemudian di Selat Duda Karangasem dan masih banyak lagi daerah lainnya. Sudira optimis penyelamatan alam Bali akan tercapai asalkan pejabat berani turun tangan sebagai pelopor.
Sementara Sutama di Kerobokan menilai bahwa imbauan ini hanyalah omong kosong. Jangankan selamatkan alam Bali, hutan bakau di By Pass Ngurah Rai saja tak bisa diselamatkan. Jika memang ada perintah lakukan dengan segera, jangan hanya diwacanakan saja.
Hal senada disampaikan oleh Dek Su di Gianyar yang juga menilai ini hanya omong kosong dari pemerintah. Yang benar adalah selamatkan diri masing-masing untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Pemerintah hanya bisa membuat kebijakan untuk kepentingan dirinya sendiri.
Hal ini dipertegas juga oleh Ireng di Bajra. Apapun alasannya pejabat harus bisa menjadi guru yang patut digugu dan ditiru. Merekalah yang mestinya memberikan contoh, baru akan diikuti oleh masyarakat. Jika hanya ngomong siapa pun bisa.
Made Karya di Mengwi mengatakan jika bicara masalah penyelamatan alam kita harus berpikir riil saja. Modernisasi ternyata telah merubah prilaku manusia semakin tak beradab. Manusia telah menguras habis setiap jengkal isi alam ini. Kenapa begitu mudahnya kita berbuat seperti itu? Ke depan yang harus dilakukan adalah menegakkan kembali hukum adat dan hukum nasional sehingga terjadi kerjasama antara keduanya. Semua elemen masyarakat dan pejabat harus mengabdi demi bangsa tidak hanya melihat uang.
Marbun di Nusa Dua tak habis pikir kenapa kita senang merusak alam? Marilah kita menggugah pikiran dan hati nurani, jangan sampai alam ini dirusak. Alam sudah memberikan kita banyak manfaat, kenapa harus dirusak? Marilah kita sama-sama introspeksi diri untuk apa kita merusak alam sendiri?
Menurut Artajaya Astawa di Singaraja, yang diperlukan di sini adalah Gubernur dan jajarannya membuat tindak lanjut dari himbauan dan semua aturan yang telah dibuat. Caranya harus diinformasikan secara kedinasan (tidak secara pribadi) kepada seluruh aparat pemerintah dengan tata tertib yakni membuat semacam inventarisasi/validasi lokasi mana yang rusak. Ini adalah salah satu wujud nyata kepedulian pemerintah sesuai dengan imbauan yang dimaksud sehingga tidak hanya sekedar wacana.
Sementara Natri Udiani menanyakan bisakah Gubernur menegur Bupati Tabanan yang jelas-jelas sudah memberikan izin kepada investor di daerah Tabanan yakni di daerah aliran sungai Yeh Ho yang katanya banyak pohon sudah dibabat disana. Tumbuh-tumbuhan sangat penting untuk kehidupan kita. Semestinya kita bisa menjaganya, tidak justru merusaknya.
Adnyana di Pedungan sangat mengharapkan ketegasan dari pemerintah. Pemerintah juga harus konsisten, mana yang tidak boleh jangan diijinkan. Jika memang ada hal yang akan mengancam keselamatan alam mohon ditindak tegas.
Menurut Jero Wijaya, bicara masalah alam memang sangat radikal ditengah keharmonisan antara investor dengan pemerintah. Namun hal itu harus kita lakukan, bagaimanapun juga alam Bali harus dijaga. Hal-hal yang sifatnya mengeksploitasi alam harus dihentikan. Semakin lama alam ini dibiarkan maka semakin terpuruklah alam ini.
Agung Purnawijaya menegaskan keadaan alam Bali saat ini sudah sangat memprihatinkan. Dimana- mana terjadi perusakan alam. Manusialah yang melakukannya. Untuk itu sekaranglah saatnya kita menyelamatkan alam ini.
Jodog di Denpasar berpendapat, satu-satunya jalan selamatkan alam Bali adalah stop pariwisata. Sebab tidak ada sesuatu yang bisa kita dapatkan tanpa ada pengorbanan. Sekarang kita berteriak selamatkan alam Bali namun tanpa disadari kita sendiri telah merusak alam Bali. []
Dari Warung Global Interaktif Bali Post
Sumber : Bali Post Online, Edisi 13 Juli 2006