SEKRETARIAT : TEMPAT BERDEBAT ATAU TEMPAT BERPULANG?
Saya akan bercerita bagaimana suasana Sekretariat ASTACALA sejak secara resmi menjadi anggota muda, sampai dengan saya yang sekarang sedang dalam proses pendidikan lanjut Peminatan dan Perjalanan Wajib.
Saya berasal dari Bandung, iya betul. Saya warga lokal disini, tentunya menguntungkan untuk sekretariat ketika kebanyakan orang berpulang ke tempat tinggal masing-masing, aku bisa menjadi backup ketika ada urgensi di sekretariat. Awal mula saya pergi ke sekretariat yaitu saat setelah Pendidikan Dasar ASTACALA, seringkali abang-abang di sekre mengajakku untuk datang, awalnya kukira itu seperti panggilan resmi, atau ada obrolan serius yang harus dibicarakan secara langsung. Namun setelah datang, ternyata hanya bincang-bincang biasa, selayaknya di tongkrongan. Hanya saja, kaku rasanya harus mengobrol dengan abang dan teteh yang umurnya diatasku. Saya pertama kali datang disambut oleh bang Pego, abang medis yang kukenal dari Pendidikan Dasar. Tak lama pun datang Hafizh, teman dari angkatanku yang setahun lebih tua. Bang Pego banyak menceritakan berbagai ceritanya di ASTACALA. Dan satu hal yang kusadari saat itu, Bang Pego ternyata jago masak, beliau membuat nasi kuning dan meminta Hafizh untuk membeli gorengan serta lauk pauk tambahan, itu pertama kali aku melakukan Kuluk-kuluk di sekre setelah menjadi anggota muda. Setelah kami makan-makan bersama bang Cules dan bang Pego, datanglah kak Hilma, atau kerap dipanggil kak Uni. Ia menjelaskan bagaimana asal muasal panggilannya, serta bercerita tentang kebiasaan-kebiasaan di sekre. Setelah obrolan-obrolan kaku itu mulai kehabisan topik, aku memutuskan untuk pulang dan pamit. Sekretariat saat itu sedang sepi, karena sebagian besar orang pulang kampung, sampai saatnya tiba masa-masa pendidikan lanjut.
Kegiatan Kuluk-kuluk
Welcoming Party Riuh Rembulan. Acara menyambut angkata kami yang dilakukan di sekretariat, itu adalah pertama kalinya anggota riuh rembulan lengkap ada di sekre untuk merayakan atas resminya kami menjadi anggota muda. Kami makan-makan dan banyak bercerita kejadian selama Pendidikan Dasar, lucu rasanya ketika mengingat bagaimana hal-hal lucu terjadi saat pendidikan, termasuk saat dimana saya mendapat panggilan “Kokil”. Nama lapangan yang muncul dikarenakan salah pengucapan dari kata “Indomie Kol Sosis” menjadi “Indomi Sos Kokil”. Momen dimana komandan kami yang amat dingin, pecah karakternya karena harus sedikit tertawa. Setelah acara Welcoming tersebut, kami diharuskan menghadiri rapat-rapat yang ada. Rapat pertama yang angkatan kami hadiri adalah rapat Evaluasi Pendidikan Dasar. Rapat itu dihadiri seluruh panitia serta angkatan Riuh Rembulan. Namun, ada hal baru kuketahui, ternyata rapat menyita waktu yang sangat banyak, berlarut-larut sampai melewati jam malam teman-temanku yang asrama. Hal ini cukup mengganggu bagi diri pribadi sendiri.
Karena menurutku rapat yang berlarut dimana orang-orang sudah kehabisan fokusnya, tidaklah efektif. Akhirnya rapat tersebut di-pending ke hari esok, namun banyak yang tidak hadir di keesokan hari. Melihat kejadian tersebut, saya membuat aturan rapat untuk angkatan kami, yaitu rapat tidak dilakukan sampai lebih dari jam 10. akhirnya ada rapat-rapat pendidikan lanjut untuk angkatan kami.
Rapat Navigasi Darat, rapat ini cukup hectic karena komunikasi antara angkatan kami yang belum serasi. Kami baru tahu kalau kehadiran setiap anggota harus ada kabarnya. Menyita banyak sekali waktu untuk mencari tahu kabar-kabar anggota yang tidak hadir, tujuannya memang untuk menguatkan solidaritas. Namun, tekanan nya membuat rapat berjalan tidak nyaman, sampai ada yang harus dijemput ke tempat kost mereka dikarenakan kabar yang tak kunjung datang. Setelah pendidikan lanjut Navigasi Darat, ada beberapa anggota Riuh Rembulan yang mulai menghilangkan diri, beragam alasan-alasan untuk tidak hadir rapat. Belum lagi tekanan dari DP (Dewan Pengurus) yang terus menanyakan kabar teman-teman kami yang mulai tidak aktif. Jujur, saat itu muak rasanya harus datang rapat, ditanya begini-begitu. Disisi lain, mereka yang menghilang seolah tidak ada keharusan ataupun kewajiban, sampai saatnya datang di pendidikan lanjut Gunung Hutan. Kacau, pendidikan Gunung Hutan kami sampai kena undur. Hal ini dikarenakan faktor biaya, partisipasi dalam pencarian dana juga kurang, sebut saja dari 22 anggota, mungkin tidak sampai setengahnya yang benar mencari dana-nya. Operasional 3 hari lagi namun dana masih kurang, anggota yang hilang bertambah, dan akhirnya DP memberikan tambahan waktu. Kami diberi waktu untuk benar-benar mengusahakan pendidikan ini. Pada saat itu, sekre tak lebih dari tempat rapat bagi kami. Mengobrol santai dengan para abang dan teteh disana saja rasanya tidak bisa tenang, muncul ketidaknyamanan untuk datang ke sekre. Datang kesana hanya karena kewajiban, mengerjakan apa yang harus dikerjakan lalu segera pulang, angkatan kami belum ada yang menemukan kenyamanan di sekre, semuanya datang hanya untuk menggugurkan kewajiban. Sampai akhirnya pendidikan gunung hutan selesai dilaksanakan.
Keberangkatan Gunung Hutan Susulan Riuh Rembulan
pembukaan peminatan dan perjalanan wajib, dibuka rapat online bagi yang tidak berada di Bandung. Singkatnya, kami semua akhirnya sudah menentukan divisi dan mulai merencanakan pencarian dana usaha, sponsor, serta konsep perjalanan wajib. Saya pribadi mulai terbiasa dengan rapat-rapat yang kadang mempertanykan segala macam hal, seiring waktu mulai bisa membangun komunikasi dengan abang-abang sekre serta angkatanku. Saat awal pendidikan peminatan ini, ada satu hal yang kuingat dari Kak Fio.
“Harus ada yang jadi penggerak, harus ada yang memulai.” Ini adalah jawabannya atas curahan hati dan omelan keluh kesah yang kurasakan di angkatanku yang kuceritakan ke kak Fio.
Akhirnya aku mulai membiasakan diri dengan suasana sekre, mencari kenyamananku sendiri di sekre. Aku juga pernah mendengar cerita dari bang Zeva dan bang Minur, tentang bagaimana angkatan Kelana Halimun juga menghadapi kritisnya anggota. Beliau memberikan beberapa saran dan wejangan. Sampai akhirnya beberapa angkatanku mulai terbiasa datang ke sekre, mulai bercanda ria dengan abang-abang disini. Hal ini baru lebih terasa ketika kami sedang mencari dana usaha melalui menjual perlengkapan untuk mahasiswa baru. Dengan anggota terbatas yang ada di Bandung, dengan semangat tanpa tekanan kami berhasil mengumpulkan beberapa pundi Rupiah untuk peminatan kami. Disitulah aku sadar yang angkatan kami butuhkan adalah “pemantik” yang tepat.
Pengantaran Produk Dana Usaha
Sesaat setelah antusiasme dalam mencari dana usaha saat itu, mungkin teman seangkatanku yang lain mulai tergerak hatinya. Jadi emang bener, percuma kita mau setulus apapun, kalau orang itu hatinya nggak tergerak sama aja sia-sia.
Setelah masa libur, teman angkatan kami banyak yang kembali aktif, tidak semua, namun bertahap banyak yang kembali. Seiring dengan kegiatan Pendidikan Dasar ASTACALA yang selanjutnya, angkatan kami pun banyak yang bergerak untuk meng-sukseskan acara tersebut. Suasana sekre belakangan ini jadi lebih sering dipenuhi oleh angkatan kami, mengingat abang-abang DP kami akan segera lulus dan sibuk dengan revisian nya, suatu saat mereka akan hilang satu-persatu dari sekre. Terasa sedih dan sepi juga ternyata, Abang dan Teteh DP yang cerewet itu akan segera meninggalkan sekretariat ASTACALA ini. Ternyata sekretariat yang tadinya hanya tempat rapat dan ribut soal pendidikan, bisa menjadi rumah hangat untuk mencurahkan dan mendengarkan segala cerita kami. Yang awalnya hanya sebagai kewajiban bisa jadi malah untuk kebutuhan beberapa teman di angkatanku.
Ada mereka yang datang hanya untuk sekedar berbincang setelah kuliah yang melelahkan, ada yang datang hanya untuk mengisi waktu senggang, ada pula yang datang ketika sedang galau ataupun ada masalah, ada yang memilih untuk mengerjakan tugas disana, ada pula yang memilih tidur dan menghabiskan waktu di sekre daripada di kostnya yang sepi. Ternyata omongan bang Raisul buat nyari nyamannnya sendiri di sekre itu ada benernya, cuma butuh waktu aja buat masing-masing bisa nyaman di sekre.
Mungkin sekian ceritaku tentang sekretariat kita yang sederhana namun banyak ceritanya ini, buat abang-abang yang akan lulus, yang udah lulus, yang belum lulus, ataupun adik-adik nanti yang lagi baca cerita ini, semoga sekretariat kita ini bisa terus dijaga yah. ASTACALA sampe mati deh pokoknya.
Terima kasih atas waktunya telah membaca cerita pendek tentang sekretariat ini, sejujurnya semua ini diketik dengan jari-jemari yang tulus dan nurani yang bersih, tanpa bantuan GPT pastinya.
ASTACALA!
Radit | AM-001-RR
mantap… jaga terus apinya