ATEX IV : Salju dan Semangat: Langkah-Langkah Menuju Puncak Harapan (Bagian 1)
14 Agustus Hari Keberangkatan: Melesat ke Petualangan!
Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba! Pagi buta sekitar pukul 1 dini hari, kami mulai bersiap untuk perjalanan besar kami—ATEX! Saudara sekre berkumpul untuk mengantar kami, menambah semangat petualangan yang sudah membara. Setelah mengecek ulang barang-barang yang akan dibawa, kami pun menempatkan semua perlengkapan di depan gedung logistik, tempat tikum keberangkatan bus.
Tepat pukul 2 pagi, bus melesat membawa kami menuju Bandara Soekarno-Hatta. Suasana bus awalnya ramai dengan canda dan tawa, tetapi dalam hitungan menit, suasana berubah menjadi senyap. Satu per satu tertidur, mencoba mencuri waktu istirahat sebelum petualangan panjang dimulai. Tepat pukul 5:30 WIB, kami tiba di Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta.
Setelah salat subuh di mushola yang ramai dengan jamaah umroh, kami disambut oleh saudara sekre yang sudah lebih dulu tiba di bandara, termasuk Ka Tiara, Ayub, Bang Ogur, dan Bang Adam. Bersama mereka, kami menuju terminal keberangkatan.
Di tengah kebingungan dan antusiasme, kami sempat salah antri di counter check-in AirAsia—hanya karena melihat kata “Asia” di tiket! Setelah diarahkan ke counter yang benar, yaitu Jetstar Asia, kami menuju ke sana, tapi ternyata counter-nya masih tutup. Kami pun akhirnya keluar dulu, berbincang-bincang di luar, dan mengambil foto bersama dengan banner. Di saat itu, Bang Bintang juga baru tiba, disambut dengan tawa. Setelah jam menunjukkan pukul 7, kami berpamitan dengan tim sekre dan semua yang ikut mengantar. Kami berdua kemudian masuk kembali untuk check-in dengan tiga bagasi, dan setelah mendapatkan boarding pass, kami siap melanjutkan perjalanan.
Melewati imigrasi dengan rasa cemas yang berubah menjadi lega, kami menuju ruang tunggu. Tapi perjalanan belum mulus! Ternyata tripod yang kami bawa tak diizinkan masuk kabin, dan harus masuk bagasi. Dengan sedikit panik, saya kembali ke counter untuk memasukkan tripod dan ransel logistik ke bagasi. Setelah kembali ke ruang tunggu, sekitar 30 menit kemudian, kami pun naik ke pesawat yang membawa kami ke Singapura. Tepat pukul 9:40 WIB, pesawat lepas landas menuju petualangan!
Transit Singapura: Petualangan di Negeri Singa
Pukul 12:40 waktu setempat, kami mendarat di Bandara Changi, Singapura. Ini bukan transit biasa—kami punya 12 jam di Singapura! Setelah turun di Terminal 4, kami harus berpindah ke Terminal 1 untuk penerbangan berikutnya. Dengan semangat, kami mampir dulu menggunakan bus menuju Terminal 3 untuk bergabung dalam tur gratis Singapore Tour yang disediakan bandara. Tur ini ditujukan bagi penumpang yang transit lebih dari 5 jam, dan kami tak mau ketinggalan!
Setelah mendaftar tur dengan menunjukkan boarding pass, kami menunggu panggilan untuk berkumpul. Tepat jam 3 sore, kami sudah dipanggil oleh pemandu tur yang ramah. Sebelum keluar bandara, kami harus mengisi SG Arrival Card, syarat untuk melewati imigrasi Singapura.
Begitu semua siap, kami menuju bus yang akan membawa kami keliling Singapura. Perhentian pertama adalah Gardens by the Bay, taman kota yang memukau dengan berbagai spesies pohon dan bunga dari seluruh dunia. Suasana hijau dan segar di taman ini benar-benar menyegarkan setelah perjalanan panjang.
Destinasi berikutnya adalah ikon Singapura, patung Merlion. Namun, hujan deras menyambut kedatangan kami. Beberapa penumpang mengenakan jas hujan dan melanjutkan eksplorasi mereka di bawah hujan, sementara kami memilih berteduh di dalam bus, menikmati pemandangan kota yang masih indah meski dalam keadaan hujan.
Tur kami diakhiri dengan kunjungan ke Jewel Changi Airport, sebuah keajaiban arsitektur di jantung Bandara Changi. Air terjun indoor terbesar di dunia, yang dikelilingi oleh taman tropis, membuat kami terkagum-kagum. Kami sempat berfoto di sana sebelum akhirnya kembali ke Terminal 1 untuk melanjutkan perjalanan.
Setelah sekitar 2,5 jam tur keliling Singapura, kami merasa puas dan lapar. Kami pun menyantap bekal nasi dan ayam yang kami bawa dari Indonesia di salah satu sudut bandara.
Jam 23:30 waktu Singapura, kami bersiap untuk boarding. Dengan perasaan penuh antusias, kami naik ke pesawat yang akan membawa kami ke Dubai. Tepat pukul 00:50 pesawat kami lepas landas, membawa kami menuju petualangan selanjutnya.
Dubai: Transit yang Menghibur di Dubai
Jam 4:15 pagi, kami tiba di Bandara Dubai, siap memulai transit 18 jam yang panjang. Setelah pindah ke Terminal 2, kami segera mencetak boarding pass untuk penerbangan berikutnya ke Mineralnye Vody, Rusia. Ruang tunggu yang kecil memaksa kami untuk mencari tempat strategis dengan colokan charger. Di sudut terminal, kami dengan cermat mengisi baterai kamera dan laptop, mempersiapkan diri untuk tahap selanjutnya.
Lapar karena nasi yang kami bawa sudah basi, kami mencari solusi dengan membeli nasi briyani di bandara. Rasanya yang lezat menghibur kami di tengah kelelahan. Setelah makan, aku memanfaatkan waktu untuk tidur, mencoba mereset tenaga sebelum penerbangan berikutnya.
Pukul 22:30 tiba, dan kami sudah bersiap untuk boarding. Dengan energi yang terisi kembali, kami memasuki pesawat dan siap untuk lepas landas menuju Mineralnye Vody. Tepat pukul 11 malam, pesawat kami meluncur ke arah tujuan berikutnya, dan kami melanjutkan perjalanan dengan semangat baru.
16 Agustus Hari Kedatangan: Petualangan Dimulai
Pukul 12:40 pagi, pesawat kami akhirnya mendarat di Bandara Mineralnye Vody. Terbang dengan Flydubai, Kami duduk di kursi 35F—di tengah, berdampingan dengan penumpang dari Rusia. Makanan yang disajikan adalah nasi ayam dengan sayur dan mayones, sayangnya rasanya kurang memuaskan selera kami.
Sebelum melewati imigrasi, kami sempat ditanya oleh petugas tentang tujuan kami dan paspor kami diperiksa. Setelah proses imigrasi, kami menunggu dijemput di bandara yang masih sepi. Kami memutuskan untuk tidur sejenak, dan saat matahari terbit, aku bangun untuk mengambil beberapa footage.
Namun, saat kami mencoba merekam live report, petugas datang dan memberitahukan bahwa video tidak diperbolehkan. Kami kemudian dihubungi supir melalui pesan whatsapp pada pukul 7:30 pagi. Ia memberitahukan bahwa ia akan tiba di bandara sekitar satu jam lagi. Selama menunggu, kami memutuskan untuk membeli kartu SIM di bandara. Ternyata, kartu SIM tersebut gratis! Dan sudah isi 300 rubel dan internet unlimited. Kami hanya perlu menunjukkan paspor kami dan mendapatkan kartu SIM tersebut dengan mudah.
Pukul 8:30 pagi, supir kami akhirnya tiba. Kami sempat berfoto di depan bandara kedatangan sebelum melanjutkan perjalanan menuju kantor. Sepanjang perjalanan, supir menceritakan sejarah singkat daerah tersebut, mulai dari gunung-gunung yang terkenal dan lima puncak yang disebut Tasabak, hingga trekking yang populer di daerah ini. Ia juga menyebutkan bahwa tentara Tartar dan Mongol pernah melewati gunung-gunung tersebut.
Sesampainya di kantor, kami mendapati bahwa kantor belum buka. Supir pamit dan memberi kami korek api sebagai kenang-kenangan. Tak lama kemudian, seorang wanita bernama Adha datang dengan carrier-nya. Ia juga akan mengikuti trip ke Elbrus tetapi melalui jalur utara. Kami berbincang mengenai peralatan dan latar belakang perjalanan kami.
Sekitar pukul 10 pagi, karyawan kantor baru datang. Kami memasukkan barang ke dalam kantor dan disuguhi teh hijau hangat. Guide kami, Anatoli, tiba dan mulai mengecek peralatan yang kami bawa. Ia menyarankan agar kami menyewa jaket tambahan yang lebih tebal. Kami juga mencatat barang-barang yang akan dipinjam, totalnya 240 rubel per orang. Kami mencoba berbagai peralatan, dari sepatu yang harus pas hingga mittens, crampon, dan jaket tebal.
Pukul 2 siang, kami pergi makan siang di sebuah tempat yang hanya lima menit dari kantor. Kami menyantap hidangan nasi yang agak berminyak, daging ayam, kentang, dan minuman madu, dengan total biaya 320 rubel per orang. Setelah makan, kami kembali ke kantor dan menunggu mobil yang akan membawa kami ke penginapan.
Sekitar pukul 4 sore, kami siap untuk naik mobil van dan mulai perjalanan. Pemandangan gandum yang luas menyambut kami, namun tiba-tiba mobil mogok. Kami mencoba mendorongnya dan sempat hidup sebentar, tetapi akhirnya mati lagi. Kami berhenti untuk foto sunset sembari menunggu armada baru. Pukul 18.00 sore, mobil pengganti tiba dan kami melanjutkan perjalanan. Malam mulai gelap saat kami melewati lembah dengan gunung di kiri dan kanan.
Pada pukul 21:30 malam, kami akhirnya tiba di Burka Hotel, penginapan kami. Udara sangat dingin, dan setelah menaruh barang, kami dimintai paspor untuk pendaftaran. Kami kemudian makan malam dengan hidangan daging, salad, dan kentang. Setelah itu, kami memasukkan barang ke kamar yang berisi ranjang atas dan bawah untuk enam orang.
Di dapur, kami mengikuti briefing untuk kegiatan esok hari sambil berkenalan dengan anggota tur lainnya
Boby, Yana, Sunny, dan Cristop dari Bulgaria;
Inna dan Artur dari Rusia;
Yusuf dari Turki.
Kami disuguhi teh hangat, manisan, dan kue. Setelah briefing, kami kembali ke kamar, di mana terdapat pemanas ruangan, sementara shower dan water heater tersedia di luar. Dengan semua persiapan selesai, kami bersiap menghadapi petualangan berikutnya.
17 Agustus: Aklimatisasi dan Pengibaran Bendera Merah Putih
Hari ini adalah hari pertama kami aklimatisasi di Pegunungan Kaukasus. Pukul 7 pagi, kami bersiap dengan peralatan dan pakaian yang akan digunakan untuk trekking. Pada pukul 8:30, kami menuju ke bawah untuk pemeriksaan tekanan darah menggunakan alat otomatis. Setelah semuanya terverifikasi, kami siap untuk sarapan.
Sarapan pagi ini cukup unik. Kami disajikan bugur, semacam nasi yang bisa dinikmati dengan berbagai bumbu. Kami memilih antara selai blueberry untuk rasa manis atau telur dan daging untuk rasa asin. Setelah sarapan, kami masing-masing mengambil bekal berupa sandwich dan cokelat untuk makan siang.
pukul 10 pagi, mobil van menjemput kami menuju Terskhol, yang berjarak sekitar 20 menit dari hostel. Sesampainya di sana, kami belajar cara mengatur panjang trekking poles dan memastikan siku kami membentuk sudut 90° saat trekking. Trekking dimulai dengan semangat, dan setelah 10 menit, kami tiba di pintu masuk hutan. Di sini, kami menerima karcis dari guide dan melanjutkan perjalanan.
Trekking awalnya melewati hutan lebat yang dipenuhi pohon-pohon tinggi. Setelah keluar dari area pohon, pemandangan pegunungan Kaukasus yang megah dan dipenuhi es mulai terlihat. Setelah berjalan selama satu jam, kami berhenti sejenak untuk istirahat, minum, makan cemilan, dan mengambil foto dengan latar belakang pegunungan.
Kami melanjutkan perjalanan dan menemukan formasi batu yang unik. Angin sejuk berhembus menyegarkan kami di tengah terik matahari. Pemandangan indah menyertai langkah kami, dan setelah satu jam lagi trekking, kami tiba di air terjun Terskhol. Airnya mengalir indah di lembahan, dan kami menghabiskan waktu di sini dengan berfoto dan video, menikmati suasana dan beristirahat sambil melihat beberapa orang berendam di sekitar air terjun.
Setelah kurang lebih 20 menit, kami beranjak menuju Observatorium. Kami mengabadikan momen dengan foto grup di depan air terjun sebelum melanjutkan trekking ke atas. Jalur ini adalah jalur timur menuju Elbrus, dan akhirnya, kami bisa melihat puncak gunung Elbrus yang megah. Jam 2 siang, kami tiba di Observatorium, tempat penelitian luar angkasa yang terletak di ketinggian sekitar 3000 meter. Kami hanya berada di area luar karena tempatnya dipagar.
Di Observatorium, kami istirahat selama 30 menit dan makan bekal siang yang kami bawa. Momen paling istimewa hari ini adalah pengibaran bendera merah putih. Kami mempersiapkan dan mengibarkan bendera di depan gunung Elbrus yang megah, menciptakan video yang akan menjadi kenangan berharga dalam perjalanan ini. Setelah pengibaran bendera selesai, kami kembali turun. Sepanjang perjalanan turun, kami menikmati pemandangan luas pegunungan Kaukasus dan bertemu dengan tupai lucu di sepanjang jalan.
Jam 3:30 sore, kami tiba di bawah, tetapi mobil belum datang. Kami mampir ke minimarket terdekat dan meminjam uang dari salah satu teman untuk membeli minuman isotonik. Setelah menunggu sekitar 30 menit, mobil akhirnya tiba, dan kami kembali ke hostel.
Sesampainya di hostel, kami segera beres-beres. Sore itu, aku memutuskan untuk mampir ke sungai di depan jalan dan menikmati sunset yang indah, di mana matahari mulai terbenam sekitar pukul 7 malam. Jam 8 malam, kami makan malam dengan sup hangat sebelum briefing untuk kegiatan besok. Dalam briefing, kami juga mendiskusikan cuaca untuk tanggal 22 yang tampaknya tidak bersahabat. Guide kami mengatakan bahwa kita akan menunggu hingga hari H untuk keputusan akhir.
Dengan semua persiapan selesai, kami kembali ke kamar masing-masing untuk istirahat, siap menghadapi petualangan berikutnya di hari-hari mendatang.
18 Agustus: Aklimatisasi ke-2 dan Pengenalan Sape
Hari ini adalah hari kedua aklimatisasi kami, dan destinasi kami adalah Gunung Chaget. Pukul 8:30 pagi, kami sudah bersiap dengan peralatan trekking dan menjalani pemeriksaan tekanan darah. Sarapan pagi ini adalah bubur Rusia yang bisa ditambah dengan selai sebagai topping. Setelah sarapan, kami mempersiapkan bekal makan siang berupa sandwich.
Awalnya, kami dijadwalkan berangkat jam 10 pagi, namun mobil baru siap jam 11. Sambil menunggu, aku kembali ke kamar untuk rebahan sejenak. Dua orang dari Bulgaria sudah inisiatif untuk berjalan lebih awal menuju titik start.
Jam 11 pagi, kami berangkat menuju titik start trekking ke Gunung Chaget, yang berjarak sekitar 15 menit dari hostel. Tempat ini cukup ramai karena banyak pengunjung yang naik menggunakan kereta gantung untuk menikmati wisata. Kami memilih jalur trekking, yang langsung menanjak.
Setelah sekitar satu jam mendaki, kami berhenti di persimpangan di ketinggian 1600 meter. Dari sana, kami melanjutkan perjalanan ke danau Donguz-Orun Kel yang mempesona. Danau ini sangat indah dengan latar belakang Gunung Kazbek yang menjulang. Kami tidak berenang, meskipun airnya mengundang untuk dicoba, karena sangat dingin. Hanya dua orang dari kelompok kami yang nekat untuk berenang. Kami memutuskan untuk merendam kaki sebentar untuk meredakan kelelahan otot, sambil menikmati teh hangat dan cemilan.
Perjalanan dilanjutkan dengan menanjak lagi menuju Chaget. Kami melewati papan informasi yang menjelaskan tentang danau dan perbatasan dengan Georgia di balik Gunung Kazbek. Setelah 40 menit trekking, kami tiba di stasiun kereta gantung pemberhentian pertama. Kami beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan.
Setelah satu jam perjalanan lagi, kami mencapai ketinggian 3050 meter dan bisa melihat pemandangan Gunung Elbrus dari sini. Kami memesan roti isi daging untuk makan siang dan menikmati pemandangan yang menakjubkan. Setelah makan, kami mengantri untuk turun menggunakan kereta gantung, kembali ke stasiun pertama dan kemudian naik kereta gantung lagi sebelum akhirnya turun sepenuhnya.
Pemandangan indah menemani perjalanan turun kami, dan akhirnya kami tiba di bawah. Mobil menjemput kami dan membawa kembali ke hostel. Jam 7 malam, kami berkumpul untuk makan malam, menyantap nasi dengan ayam.
Malam ini juga istimewa karena kami memperkenalkan alat musik tradisional Sape. Aku mempersiapkan set up dan Tarsin mulai memainkan Sape. Aku juga menjelaskan hubungan Sape dengan ekspedisi kami. Awalnya hanya rombongan kami yang tertarik, namun kemudian orang-orang di hostel keluar dan menunjukkan antusiasme mereka. Mereka turut meramaikan dengan memainkan alat musik mereka sendiri, Vagans. Kami semua berkumpul, berfoto, dan berbincang mengenai ekspedisi kami.
Jam 11 malam, setelah semua berakhir, kami kembali ke kamar masing-masing untuk istirahat. Malam ini adalah pengalaman yang menyenangkan dan berkesan, menggabungkan petualangan, budaya, dan persahabatan.
19 Agustus: Pindah ke High Camp dan Pelajaran Teknik Self Arrest
Hari ini adalah langkah besar dalam ekspedisi kami—pindah ke High Camp di Garabashi pada ketinggian 3800 meter. Pagi dimulai dengan sarapan bubur Rusia yang hangat setelah pemeriksaan tekanan darah. Setelah sarapan, kami beres-beres barang dan bersiap untuk perjalanan ke Garabashi.
Pukul 11 pagi, kami berangkat menuju stasiun kereta gantung. Sesampainya di sana, kami mendapatkan kartu untuk naik kereta gantung. Proses masuk ke kereta gantung melibatkan bantuan tim untuk memindahkan barang-barang, karena kami harus naik dari ketinggian 2350 meter ke 3000 meter dengan dua kali ganti kereta gantung. Dari stasiun terakhir, kami melanjutkan perjalanan menuju 3800 meter di Garabashi.
Setelah tiba, kami memindahkan barang ke dalam Barrel Hut, yang merupakan kontainer dengan delapan kasur tingkat di dalamnya. Kami makan siang dengan roti sebelum mempersiapkan diri untuk pendakian lebih lanjut ke ketinggian 4100 meter. Persiapan kami termasuk crampon, ice axe, cowstail dengan carabiner, seat harness, dan mountaineering boots.
Di sore hari, kami belajar teknik berhenti saat terjatuh menggunakan ice axe. Ada tiga teknik utama yang dipelajari: jatuh langsung, jatuh ke depan dan berputar balik, serta meluncur menghadap depan dan berputar balik. Kami juga mempelajari cara menggunakan crampon dengan benar, penempatan cowstail yang tepat, dan cara menyimpan ice axe dengan aman.
Setelah latihan, kami turun kembali ke Barrel Hut. Senja sudah tiba saat kami tiba di base camp, dan kami menghabiskan waktu dengan foto-foto menikmati pemandangan saat matahari terbenam. Malam ini, supermoon muncul dengan keindahan yang luar biasa, menambah pesona malam di pegunungan.
Makan malam di dapur camp menyajikan sup ayam dan mashed potato dengan daging. Kami mengalami sedikit kesulitan karena lupa membawa alat makan dan harus meminjam dari dapur, di mana chef-nya juga terlihat agak jutek.
Kami juga beradaptasi dengan kebiasaan hemat air di sini—alat makan dibersihkan dengan lap bekas makan dan hanya menggunakan tisu di toilet. Setelah makan, kami istirahat di dalam Barrel Hut, siap untuk petualangan esok hari dengan semangat baru dan keindahan malam yang masih membekas di ingatan.
20 Agustus: Aklimatisasi Terakhir di Tengah Hujan Salju dan Mimpi Puncak
Hari ini adalah hari keempat aklimatisasi kami, juga menjadi tantangan terakhir sebelum upaya menuju puncak Gunung Elbrus. Pagi dimulai lebih awal dari biasanya. Jam 7, kami sudah bersiap untuk sarapan, menikmati bubur Rusia yang hangat, dan merapikan perlengkapan untuk pendakian.
Sekitar jam 8, dengan semangat yang tinggi dan sedikit kegelisahan, kami mulai perjalanan menuju ketinggian 5000 meter, melewati Pastukhova Rock. Saat kami mulai mendaki pada jam setengah 9, terlihat banyak kelompok pendaki lain yang juga bersiap-siap, semua dengan tujuan yang sama—mendekati puncak.
Pendakian dimulai dengan langkah-langkah teratur. Pada ketinggian 4100 meter, kami berhenti untuk istirahat selama 10 menit, memberi tubuh kami waktu untuk menyesuaikan diri dengan udara yang semakin tipis. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan, menggunakan teknik zigzag untuk mengurangi kelelahan saat mendaki.
Setelah mencapai ketinggian 4300 meter, kami kembali berhenti untuk istirahat selama 15 menit. Di sini, tantangan fisik semakin terasa. Kaki mulai berat, dan nafas semakin pendek. Namun, semangat tetap terjaga. Kami melanjutkan perjalanan menuju Pastukhov Rock di ketinggian 4500 meter, tempat yang sering digunakan pendaki untuk beristirahat.
Ketika kami tiba di Pastukhova Rock, banyak pendaki lain juga berhenti, menikmati pemandangan yang spektakuler dan mengisi kembali tenaga. Selama istirahat, kami melihat beberapa pendaki lain turun dari puncak menggunakan mobil salju, menambah semangat sekaligus memberi gambaran tentang apa yang menanti di atas.
Namun, perjalanan tidak selalu mulus. Salah satu anggota rombongan kami mulai merasa tidak enak badan dan muntah. Dengan berat hati, dia memutuskan untuk turun, ditemani oleh seorang guide dan satu pendaki lainnya. Sebelum melanjutkan, guide kami memeriksa kondisi kami semua. Kami merasa masih kuat untuk melanjutkan perjalanan.
Langkah kami semakin berat ketika hujan salju mulai turun, butiran-butiran salju menempel di tubuh, menambah beban yang sudah berat. Saat kami terus mendaki, kabut mulai turun, membuat jarak pandang terbatas. Kami diminta untuk tetap berdekatan, menjaga ritme dan fokus agar tidak terpisah di tengah kondisi yang semakin menantang.
Setelah mendaki selama satu jam lagi, kami akhirnya tiba di ketinggian 4950 meter, hanya 50 meter dari tempat mobil salju biasa parkir. Waktu menunjukkan pukul 1 siang, dan meskipun lelah, kami dengan sigap mengeluarkan bendera Sponsor. Kami mengambil foto dengan latar belakang salju putih yang tampak tak berujung Dengan semua bendera sudah berkibar, kami memulai perjalanan turun sekitar jam setengah 2. Turun di salju ternyata lebih menantang dari yang kami duga. Kami diajarkan dua teknik: jika salju lembut, kami bisa meluncur dengan kaki, namun jika salju keras, kami harus menapak dengan kuat menggunakan crampon. Perjalanan turun ini terasa lebih berat karena kombinasi antara kelelahan, beratnya crampon, dan boots yang membuat kaki terasa semakin berat.
Kami tiba kembali di Barrel Hut sekitar pukul 17.00. Saat itu, rasa pusing mulai datang, efek dari ketinggian yang baru saja kami hadapi. Setelah beres-beres dan makan siang, kami beristirahat sejenak untuk mengembalikan energi.
Pada pukul 20.00, kami dibangunkan untuk makan malam. Menu malam ini adalah pasta dan ayam, makanan yang sederhana tapi cukup untuk mengembalikan tenaga. Setelah makan, kami berkumpul untuk briefing terakhir mengenai upaya pendakian ke puncak esok hari. Ada ketegangan di udara, tapi juga semangat yang membara. Kami kembali di cek tekanan darah sebelum kembali ke Barrel Hut untuk beristirahat, mencoba tidur dengan bayangan puncak yang semakin mendekat di benak kami.
Besok adalah hari besar. Semoga semuanya berjalan lancar.