Singapore & Malaysia Backpacking

Related Articles

Mungkin bagi kebanyakan orang backpacking sendirian itu nggak seru, nggak rame, nggak ada teman ngobrol, membosankan, atau bahkan menakutkan. Tapi bagi saya, itu sudah menjadi salah satu mimpi. Keinginan terbesar saya setelah lulus kuliah adalah ingin backpacking sendirian ke Singapura, Kuala Lumpur, bahkan kalau bisa sampai di Phuket, well, as my graduation celebration. Akhirnya di akhir Mei 2011, mimpi saya itu terwujud juga. Setelah mengantongi izin dari oran gtua dan menguras tabungan selama empat tahun kuliah, saya mulai mencari tiket pesawat. Browsing sana-sini, akhirnya menemukan tiket promo Air Asia Jakarta – Singapura seharga IDR 269.000 untuk keberangkatan tanggal 24 Mei 2011 dan Batavia Air Singapura – Jakarta seharga IDR 500.000 untuk keberangkatan tanggal 31 Mei 2011. Dengan pertimbangan waktu dan uang, saya harus menghapus Phuket dari list tujuan saya, next time barangkali. Saya pun mulai merencanakan perjalanan saya, baca-baca referensi tempat-tempat yang akan dikunjungi. Dan keputusannya, saya akan memulai perjalanan dari Jakarta ke Singapura dengan pesawat, kemudian melanjutkan ke Johorbahru, Malaka, Kuala Lumpur, dan kemudian kembali lagi ke Singapura untuk menghabiskan weekend di sana.

View dari Sky Park Marina Bay Sands

Hari keberangkatan pun tiba. Exited, deg-degan, dan rasa tidak sabar ingin segera berada di negeri seberang sana menyelimuti hati saya. Wow! I am really gonna do this! Pukul 09.00, Pari datang untuk  mengantarkan saya ke Shuttle Cipaganti di Dipati Ukur. Setelah sekitar hampir tiga jam perjalanan dengan mengeluarkan saya sampai juga di Bandara Soekarno Hatta Cengkareng Terminal 2 untuk penerbangan Internasional. Istirahat sebentar,  makan roti, barulah  saya masuk ke dalam. Setelah mengurus check in, bayar airport tax,  dan mengisi kartu imigrasi, akhirnya mendapatkan juga cap perdana di paspor saya yang baru ini. Hehehe… Saya segera berjalan menuju gate D4. Ternyata ketika melewati security check, air mineral 300 ml saya tidak boleh dibawa masuk. Sial! Padahal airnya masih tersisa 1,5 botol dan yang satu lagi masih disegel. Saya langsung mencari tempat duduk, mengeluarkan buku untuk dibaca sambil menunggu boarding pukul 16.45. Saya duduk di seat 22A dan akhirnya pada pukul 17.25 penerbangan Air Asia flight QZ 7790 terbang menuju Changi International Airport.

Sekitar pukul sembilan malam saya sampai di Changi International Airport. Saya tidak langsung turun ke imigrasi, tapi saya akan menginap dulu di airport untuk malam ini. Changi memang terkenal sebagai bandara yang ramah untuk backpacker, banyak yang menginap di sini, bahkan sampai ada yang tidur di lantai. Lantainya dialasi karpet tebal, jadi nyaman untuk tidur, lumayan untuk menghemat pengeluaran.

Keesokan paginya, sekitar pukul 07.30 saya turun ke bawah menuju immigration clearance dan naik skytrain ke Terminal 3 untuk menuju ke stasiun Mass Rapid Transit atau yang lebih sering disingkat MRT. Di sini saya  membeli ez-link card seharga SGD 12 dan segera naik MRT untuk keluar dari Changi Airport menuju Stasiun MRT City Hall. Saya berencana untuk foto-foto di Esplanade dan Patung Merlion dulu, karena saya baru akan kembali ke Singapura waktu weekend, sudah pasti ramai dan susah untuk berfoto. Setelah puas foto-foto, saya kembali ke stasiun MRT dan naik MRT menuju stasiun MRT Orchard. Saya berniat mengunjungi Singapore Visitor Centre, tapi karena turun hujan saya terpaksa mengurungkan niat dan kembali masuk ke stasiun MRT, top-up SGD 10, dan naik MRT ke Bugis. Di Bugis, saya ingin mencari penginapan dulu dan reservasi untuk hari Sabtu. Setelah itu, saya langsung berjalan menuju Terminal Queenstreet. Di terminal ini, saya mencari bus untuk menuju Johorbahru. Tiketnya lumayan murah, hanya SGD 2.4 untuk satu jam perjalanan menggunakan Singapore – Johorbahru Express.

Selama perjalanan menuju Johorbahru ini, saya turun dua kali di Immigration Checkpoint Singapura dan Malaysia. Ketika selesai mengurus immigration clearance, saya segera turun menuju bus. Tetapi ternyata saya sudah ditinggal oleh bus yang tadi saya tumpangi. Akhirnya saya naik bus lain dari perusahaan yang sama. Sesampai di batas wilayah Malaysia, saya turun lagi dari bus untuk melewati immigration clearance. Di Johorbahru, bus berhenti di Terminal Larkin. Awalnya saya hanya berniat jalan-jalan dulu seharian di Johorbahru, tapi akhirnya batal karena sudah ‘teracuni’ oleh orang-orang di terminal. Semua mengatakan bahwa ‘nggak ada yang bagus di Johorbahru’. Memang, dari yang saya baca tidak ada yang benar-benar menarik di tempat ini, kesannya seperti kota yang baru dibangun, belum ada apa-apa. Akhirnya saya langsung membeli tiket bus untuk menuju Malaka seharga RM 19.10 dan berangkat pukul 12.30. Perjalanan ke Malaka menghabiskan waktu sekitar tiga jam. Sesampainya di Terminal Malaka Sentral, saya langsung menaiki taksi untuk ke tempat tujuan wisata. Saya diturunkan di depan Christchurch merah yang terkenal itu dan memberikan uang sebesar RM 20 kepada supir taksinya.

Di Christchurch Malaka

Puas foto-foto di depan gereja merah itu, saya lanjut jalan kaki menuju ke atas bukit tempat reruntuhan St. Paul’s Church. Dari atas sini, saya bisa melihat pemandangan Kota Malaka dan menara Taming Sari yang bisa berputar 180 derajat itu. Setelah puas menikmati Kota Malaka dari ketinggian, saya turun lagi menuju Malaka River untuk berfoto-foto. Setelah cukup lama berkeliling dan mengambil foto, saya kemudian menuju menara Taming Sari. Ternyata tiket untuk naik menara berputar ini seharga RM 20. Dengan tiket di tangan, saya segera menuju tempat duduk menara ini. Jad,i menara ini memiliki sejenis kotak kaca berbentuk lingkaran yang ada tempat duduknya. Kita duduk di kotak kaca ini, dan kotak ini akan naik ke atas dan berputar 180 derajat sehingga kita bisa menikmati pemandangan menakjubkan Kota Malaka dari ketinggian. Setelah kembali turun ke tanah, saya kembali menuju Malaka River untuk ikut river cruise seharga RM 10. Perjalanan menyusuri Malaka River ini di mulai pada pukul 18.00. Di sepanjang sungai ini saya bisa melihat bangunan rumah-rumah dan penginapan di sisi kiri dan kanannya. Di tengah perjalanan, berkali-kali terlihat biawak, dan bule-bule yang ada di kapal langsung berteriak excited. Semua mengeluarkan kamera siap untuk mengabadikan biawak tersebut. Sekitar hampir satu jam lamanya perjalanan river cruise ini, kemudian saya langsung berjalan lagi sambil mencari-cari taksi untuk kembali ke Malaka Sentral. Biaya yang harus dikeluarkan untuk taksi kembali ke Malaka Sentral ternyata lebih murah, seharga RM 15. Saya langsung mencari tiket ke Kuala Lumpur, ternyata hanya ada bus terakhir jam 22.00 seharga RM 12.20.

Sambil menunggu keberangkatan, saya berkeliling terminal untuk makan dan mencharge baterai kamera. Ternyata orang-orang d isana ramah. Saya diajak ngobrol oleh seorang ibu-ibu pemilik warung makan, ditanya kenapa jalan sendiri, ada keluarga tidak di Kuala Lumpur, menginap di mana, dan lain-lain. Saya jawab sejujurnya kalo belum tau bakal nginep dimana dan ga da keluarga disana. Dia menunjukkan raut muka prihatin dan khawatir kemudian mengingatkan untuk hati-hati karena di Kuala Lumpur banyak orang jahat. Saya tersenyum dan berpikir bahwa orang Malaka tidak jauh berbeda dengan orang Indonesia. Sewaktu naik bus, saya juga dibombardir pertanyaan oleh sopir bus, pertanyaan basa-basi seperti ibu-ibu sebelumnya. Reaksinya pun sama dengan ibu-ibu itu saat mendengar jawaban saya. Dia kaget dan mulai nyeramahin saya, mengingatkan untuk berhati-hati. Tsaaaah…!!! Jiper juga kalau begini terus. Sendirian di negari orang, uang terbatas, dan lewat jam sepuluh malam masih ada di jalan. Pikiran ini tiba-tiba melintas di otak saya. Dengan perasaan mulai was-was, saya mencari tempat duduk di bus. Busnya sepi, sepertinya hanya ada tiga orang termasuk saya. Saya berusaha menenangkan diri, everything’s gonna be ok. Kurang lebih tiga jam perjalanan saya sampai juga di Kuala Lumpur, begitu turun langsung dikerubung oleh sopir taksi. Akhirnya, saya naik taksi menuju ke Bukit Bintang. Ternyata suasana di Bukit Bintang masih ramai. Bule berkeliaran di mana-mana. Saya langsung mencari hostel, check in untuk dua malam seharga RM 60. Kamar hostel ini, berisi 6 beds tapi hanya ada dua orang di dalamnya. Setelah seharian keliling Malaka yang mataharinya terik membuat baju basah penuh keringat, badan pegal-pegal karena membawa carrier 34 L kemana-mana, dan belum mandi semenjak keluar dari Jakarta. Dan shower di hostel ini menggunakan air hangat benar-benar nyaman. Semua capek yang dirasakan terasa hilang, kembali exited menunggu hari esok.

Sekitar pukul lima pagi, alarm HP berbunyi. Saya buru-buru bangun, segera bersiap-siap karena hari ini rencana saya adalah akan naik ke Skybridge Petronas Twin Tower yang menjadi ikon kota Kuala Lumpur itu. Karena masih pagi, suasana sepi dan udara masih segar, saya memutuskan untuk berjalan kaki ke Petronas. Menara ini bisa terlihat dari Bukit Bintang, jaraknya cukup dekat dan petunjuk arah ada di mana-mana, sangat membantu. Sekitar pukul tujuh, saya sudah berada di depan Petronas Tower dan segera menuju basement tempat penjualan tiket masuk untuk ke skybridge. Sesampainya di sana saya kaget melihat antrian sudah sangat panjang, padahal baru pukul tujuh pagi dan loket tiket baru dibuka pada pukul 08.30. Saya segera ikut mengantri. Setelah beberapa lama, petugas menara Petronas ini mulai berkeliling membagikan nomor urut antrian. Ternyata saya ada di antrian ke 297! Ada tiga paket yang ditawarkan oleh petugas. Paket pertama hanya memperbolehkan kita untuk naik sampai di skybridge yang berada di lantai 40-an seharga RM 20, paket kedua yang ditawarkan memperbolehkan kita untuk naek ke skybridge dan lanjut ke lantai teratas, lantai 86, seharga RM 40. Sedangkan paket ketiga menawarkan hal yang sama dengan paket kedua ditambah dengan makan siang atau makan malam. Akhirnya, saya memutuskan untuk mengambil paket ke 2 yang dimulai pukul 11.00. Sudah bangun pagi-pagi, jalan kaki hampir sejam, antri dua jam, sayang sekali kalau tidak dimaksimalkan.

Twin Tower Petronas

Setelah puas berfoto-foto dengan latar belakang Petronas Twin Tower, saya berjalan menuju Malaysia Tourism Center, hanya sekedar ingin tahu seperti apa pelayanan yang mereka berikan untuk pelancong yang datang ke sana. Sesampainya di sana, saya disambut dengan keramahan para petugasnya. Mereka melayani dengan sangat sabar dan tidak terkesan terburu-buru. Saya memanfaatkan kesempatan ini untuk bertanya mengenai jadwal dan biaya night train ke Singapura. Saya ingin sekali nmerasakan suasana naik kereta malam di luar negeri. Hehehe. Setelah puas bertanya-tanya, saya melanjutkan perjalanan ke KL Tower yang merupakan menara telekomunikasi dan salah satu landmark juga di Kuala Lumpur. Perjalanan ke KL Tower ini juga saya tempuh dengan berjalan kaki. Saya kira dekat, ternyata jarak yang harus ditempuh lumayan jauh dan agak mendaki. Di menara ini terdapat sebuah ruangan untuk pemutaran film tentang proses pembangunan KL Tower. Di sini kita juga dapat menikmati pemandangan Kota Kuala Lumpur dari ketinggian dan dapat melihat Petronas Twin Tower.

Setelah puas berkeliling di KL Tower, saya berniat untuk kembali ke hostel dengan menggunakan monorail dari stasiun Bukit Nanas dan turun di Bukit Bintang seharga RM 1.20. Sayangnya penjual tiket monorail ini terkesan sangat tidak ramah. Untung saja di antrian setelah saya ada seorang wanita yang cukup baik mau menjelaskan rute perjalanan monorail ini. Terlintas di kepala saya untuk tetap berada di dalam monorail sampai stasiun terakhir dan baru turun di stasiun Bukit Bintang ketika monorail ini berbalik arah lagi menuju Stasiun Bukit Nanas. Saya bertanya pada wanita itu apakah hal tersebut memungkinkan. Dia berpendapat bisa saja hal tersebut dilakukan yang penting saya turun di stasiun yang sesuai dengan tiket yang sudah saya beli, jika tidak saya bisa kena denda. Ya sudah, akhirnya dengan pede saya melaksanakan ide tersebut. Sampai di stasiun terakhir semua penumpang di monorail ini turun, hanya tinggal saya sendiri, dan penumpang baru pun mulai berdesakan masuk. Ternyata ada bapak-bapak yang baru saja naik yang menyadari keberadaan saya, bahwa saya tidak turun hingga stasiun terakhir. Dia bertanya saya menuju stasiun mana, yang saya jawab dengan jujur, hendak menuju stasiun Bukit Bintang. Dia langsung memarahi saya dengan nada yang agak tinggi bahwa saya seharusnya tidak melakukan hal seperti ini. Akhirnya saya pun ngeles, merespon ucapan bapak tersebut dengan jawaban “Maaf Pak, tadi kelupaan turun di Bukit Bintang, sudah terlewat, maklum baru pertama kali naik monorail”. Mendengar jawaban saya, bapak itu langsung menurunkan nada bicaranya dan bilang “Ya udah, ga apa, lain kali jangan begitu lagi”. Saya hanya tersenyum, walaupun di hati merasa kesal dan berikir “Apa dah ne orang, mau tahu aja urusan orang”.

Sesampainya di hostel, saya beristirahat sejenak sambil ngobrol dengan teman sekamar yang baru saja saya kenal, ternyata dia berasal dari Medan dan bisa berbahasa Melayu. Kami pun akhirnya memutuskan untuk jalan bersama sore itu menuju Central Market dan berfoto lagi dengan latar belakang Petronas Twin Tower di saat malam hari. Perjalanan dari Bukit Bintang ke Central Market saya tempuh dengan menggunakan bis seharga MYR 1.00, begitu pula dari Central Market ke Bukit Bintang dengan harga sama.

Keesokan paginya, saya check out dari hostel sekitar pukul 10.00 pagi. Saya berjalan kaki menuju Dataran Merdeka. Ternyata jaraknya sangat jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki dari Bukit Bintang. Sesampainya saya di sana, ternyata Dataran Merdeka itu hanyalah lapangan luas seperti kantor Walikota, nothing special. Cukup mengecewakan juga. Dan saya pun berjalan lagi memutar kembali ke Bukit Bintang, karena saya harus naik monorail ke KL Sentral untuk membeli tiket night train ke Singapura. Tiket monorail Bukit Bintang ke KL Sentral seharga RM 2.10. Di KL Sentral saya pun menuju loket tiket night train untuk menanyakan ketersediaan tiket tersebut. Ternyata tiket itu sudah habis, dan saya pun mulai bertanya opsi lain yang bisa saya lakukan untuk menuju ke Singapura. Petugas informasi menyarankan saya untuk menggunakan bus dari Bandar Tasik Selatan. Tanpa buang waktu lagi, saya segera menuju Bandar Tasik Selatan menggunakan KTM Komuter seharga RM 1.00. Tiket bus ke Singapura dapat diperoleh seharga RM 39.00. Saya pun langsung membeli tiket bus dengan waktu keberangkatan tercepat yang berangkat pukul 17.00.

Perjalanan menuju Singapura ditempuh kurang lebih selama lima jam. Saya sampai di Beach Road Street, Singapura pada pukul 23.00 dan langsung menuju hostel di daerah Bugis seharga SGD 13 per malam. Keesokan harinya, perjalanan saya di Singapura dimulai dari stasiun MRT Raffles City. Saya berjalan menuju St. Andrew’s Church hingga sampai di The Fullerton Hotel dan Merlion Park. Singapura memiliki banyak sekali gedung-gedung dengan arsitektur yang unik dan tertata dengan sangat rapi. Hal yang paling saya suka di Singapura adalah kita bisa berjalan kaki dengan nyaman ke mana saja. Lalu lintasnya tertata rapi, jadi tidak perlu takut menyeberang jalan. Sungguh berbeda dengan kota-kota yang saya ketahui di Indonesia.

Merlion Park

Dari Merlion Park saya kembali berjalan menuju stasiun MRT terdekat untuk melanjutkan perjalanan ke Orchard Road yang terkenal sebagai surga belanja. Sepanjang Orchard Road ini dipenuhi dengan mall-mall dengan basement yang saling menyambung. Kedatangan saya di Singapura ini bertepatan dengan Singapore Sale Event yang diadakan setiap pertengahan tahun. Puas berkeliling mall dan dikarenakan tidak punya uang untuk ikut berpartisipasi memborong barang-barang diskon, saya melanjutkan perjalanan menuju Marina Bay, gedung dengan tiga tower yang bagian atasnya memiliki bangunan berbentuk sampan ini sekarang menjadi salah satu landmark Singapura. Tadinya saya berniat untuk naik ke atas Marina Bay ini, tapi berhubung weekend dan antriannya panjang, saya mengurungkan niat dan berencana untuk datang lagi keesokan hari. Saya kembali berjalan dan menyeberangi Helix Bridge, jembatan yang arsitekturnya berbentuk rantai DNA manusia. Saya hanya bisa terpana melihat semua gedung-gedung dengan arsitektur yang sangat unik dan terlihat sangat cantik di malam hari. Saya langsung mengeluarkan kamera, mengabadikan suasana Marina Bay di malam hari.

Marina Bay di Malam Hari

Selagi saya asik memotret, tiba-tiba ada pancuran air berwarna-warni selama beberapa detik. Saya kaget dan langsung bersiap untuk mengabadikan pancuran air selanjutnya. Tanpa saya sadari ternyata semakin banyak orang berkumpul dan ada alunan musik yang mengiringi setiap pancuran air itu. Ternyata di sini akan dimulai sebuah pertunjukan pendek. It was an amazing 15 minutes show. Susah untuk menggambarkan dengan kata-kata betapa mengagumkannya pertunjukan tersebut. Di tengah sungai, tanpa layar, hanya menggunakan air dan cahaya. Pertunjukan yang membuat saya merinding dan ingin menyaksikannya terus hingga malam terakhir saya di Singapura.

Keesokan harinya, tujuan saya berikutnya adalah Sentosa Islands. Pulau kecil yang katanya dibangun dengan pasir impor dari Indonesia, dan saya juga tidak tahu apakah isu ini benar atau tidak. Untuk menuju Sentosa Islands, kita harus membeli tiket dulu di Vivo City. Saya menggunakan MRT menuju ke Vivo City. Sesampainya di Vivo City, petunjuk untuk menuju tempat penjualan tiket ke Sentosa Islands sudah sangat jelas. Hanya perlu mengeluarkan uang sebesar SGD 3.00, tiket sudah di tangan. Saya pun mengantri untuk naik monorail ke Sentosa Islands. Pretty amazing, keseluruhan Sentosa Islands dapat dilihat dari atas monorail. Begitu banyak wahana unik dan menarik, tapi harus keluar uang lagi untuk masuk ke setiap wahana. Karena dana saya terbatas, saya hanya berkeliling pulau dan memotret. Di sini terdapat juga patung Merlion dengan ukuran yang lebih besar dari patung yang ada di Merlion Park. Di Sentosa Islands ini juga tempat didirikannya Universal Studio yang terkenal itu. Lagi-lagi karena uang yang terbatas, saya hanya berfoto di depan Globe Universal Studio. Hehehe.

Untuk keluar dari Sentosa Islands, kita bisa memilih naik monorail lagi atau bisa berjalan kaki. Saya lebih memilih berjalan kaki di jembatan yang menghubungkan Sentosa Islands dengan pulau utama Singapura. Perjalanannya memang lumayan jauh dan panas, but I wanna experience different things. Akhirnya setelah tidak tahu berapa lama berjalan, saya sampai lagi di Vivo City. Saya beristirahat di taman roof top Vivo City memandang ke arah Sentosa Islands. Setelah itu saya kemudian melanjutkan perjalanan ke China Town. Di China Town kita bisa membeli oleh-oleh seperti kaos Singapura, gantungan kunci, kalung, dan cenderamata lainnya. Di sini juga terdapat Sri Mariamman Temple dan Masjid Jamae. Kemudian saya berjalan lagi menuju Clarke Quay sampai ke Marina Bay untuk menyaksikan pertunjukan lagi.

Chinatown Singapore

Selesai pertunjukan, saya langsung menuju hostel untuk beristirahat, memulihkan tenaga untuk esok hari. Di hari ketiga ini, tujuan pertama saya adalah mengunjungi Singapore Botanic Garden. Memanjakan mata dengan hijaunya dedaunan. Banyak juga warga Singapura yang datang ke sini untuk berjalan kaki menikmati udara pagi yang sejuk. Di antara mereka bahkan ada yang membawa anjing perliharaanya. Dari Singapore Botanic Garden, saya melanjutkan perjalanan menuju Little India. Dan menghabiskan sore hari di Sky Park Marina Bay Sands. Harus mengeluarkan uang SGD 20 untuk bisa naik ke Sky Park ini. Dari atas Sky Park kita bisa menikmati pemandangan kota Singapura dari ketinggian. Di Sky Park ini pula terdapat kafe dan kolam renang. Akhirnya sampai juga di hari terakhir perjalanan backpacking saya. Saya check out dari hostel sekitar pukul 09.00. Karena saya baru boarding pukul 16.20, jadi masih ada waktu untuk berkeliling Singapura. Saya pun menghabiskan pagi hari berkeliling di daerah Bugis. Berjalan ke National Library, CHIJMES, dan kemudian ke staisun MRT terdekat untuk menuju ke MRT Marina Bay. Saya ingin mengunjungi Marina Barrage. Tempat ini merupakan tempat penyedia air Singapura. Sebagian besar kebutuhan air Singapura masih impor dari Malaysia, sebagian lagi dihasilkan dari tempat ini. Arsitektur Marina Barrage ini juga didesain untuk menjadi tempat wisata. Kita bisa melihat Singapore Flyer dan Marina Bay dari sini.

Dari Marina Barrage saya langsung menuju Changi Internasional Airport. Menunggu waktu check in, boarding, dan kembali ke Indonesia. Berakhir sudah perjalanan saya kali ini. Walaupun negeri Singapura dan Malaysia bagus, tapi kecintaan saya tetap pada negeri sendiri, Indonesia.

Tulisan dan Foto oleh Diana Pratiwi

Comments

  1. @carita : nama hostelnya bugis backpacker’s hostel. SGD 13 utk per bed per malem, ini hrga tahun lalu.. Posisinya strategis, ga jauh dr hostel ada tmpt makan yg hrga makanannya SGD 3.30.. Utk kebersihan dan kenyamanan mungkin agak kurang d banding hostel laen.. 🙂

  2. mbak diana aku rizka.
    mau tanya-tanya dong, ada kontak yang bisa dihubingi?
    Aku mauu backpacker dari sg ke malaysia juga hehe

  3. Kereeen nih, aku jg mau bacpakeran sendiri rencana april ini btw dananya habis berapa yah???

    Itu rizka kpn mau berangkat?? Bareng aja yukk hehe

  4. tgl 28 juni ini mau backpacker ke sing juga nih….letak hostel’a d bugis yah.klo ada yg pnya rencana sama bareng yuk…

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Artikel Menarik

Pendidikan Lanjut ORAD Mentari Pagi

Pendidikan Olah Raga Arus Deras (ORAD) AM Angkatan Mentari Pagi Teori Kelas : 28 April 2006 / 20.00 / Sekretariat Astacala Praktik Lapangan : 29 -...

Sepenggal Perjalanan Kartini Team 2006

{nl}    {nl}    Tak  mau pasrah dengan keadaan ini, akhirnya{nl}saya minta diajarkan teknik self rescue : yosemithdennis system.{nl}Lumayan, saat itu kami latihan hingga pukul 3 dini...

Earth Hour 2018 : Satu Jam Jangan Hanya Menjadi Seremonial, Jadikan Sebagai Gaya Hidup!

Earth Hour pertama kali dicetuskan oleh Word Wide Fund for Nature (WWF) dan Leo Burnett pada tahun 2007. Bertempat di Sydney. Earth Hour muncul didasari atas keprihatinan atas perubahan iklim yang terjadi begitu cepat, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan perlunya tindakan serius menghadapi perubahan iklim, tercetuslah aksi penghematan penggunaan listrik dengan mematikan lampu-lampu penerangan maupun peralatan listrik lainnya selama kurang lebih satu jam.